SINOPSIS Haru ga Kita Episode 1 PART 1
Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: MBC
Supported by: oppasinopsis.com
DRAMA SEBELUMNYA || SINOPSIS The King of Romance
All images credit and content copyright: MBC
Supported by: oppasinopsis.com
DRAMA SEBELUMNYA || SINOPSIS The King of Romance
Seorang wanita keluar dari gedung Suzuran Department
Store. Ia berlari sambil membawa manekin pakai pakaian dalam. Di tempat lain,
tepatnya di sebuah studio, seorang pria, Lee Ji Won, lagi melakukan pemotretan
gaun pengantin. Dia tampak serius memotret. Seorang model kembali ke ruang make
up setelah selesai menjalani pemotretan. Seorang model lainnya malah belum ngapa-ngapain dan hanya duduk di
meja riasnya. Ia kehilangan bustiernya. Setelah berlari cukup jauh, akhirnya Naoko
sampai di tempat tujuan. Ia berdiri di tangga dan menyaksikan Lee Ji Won yang sedang
sibuk memotret. Naoko bilang permisi. Ji Won berhenti memotret dan melipat tangannya,
seperti nggak suka di ganggu. Ia memperhatikan modelnya lalu mendekat memperbaiki
posisi buket bunganya. Setelah merasa udah pas ia kembali memotret sambil
bilang sekali lagi.
Naoko kembali bilang permisi untuk meminta
perhatian orang-orang yang sibuk itu. Pelan-pelan ia menuruni tangga dan
memperkenalkan diri kalo dia dari Suzuran Department Store. Ia membawa sebuah
item dalam stock. Tiba-tiba Ji Won berhenti memotret dan menatap Naoko. Ia
mempersilakan Naoko untuk duluan. Naoko nggak ngerti dan bertanya siapa yang Ji
Won maksud? Ji Won kembali menatapnya lalu berkata, kamu. Naoko mengerti dan
segera pergi ke ruang make up.
Naoko membantu model itu memakai
bustiernya. Semua staf melihat dari belakang dan pada mengangguk suka. Model
itu sudah memakai gaunnya dan berpose dengan sangat cantik di hadapan Ji Won. Ji
Won memotretnya dengan tersenyum (oh, manisnya senyumnya.... Emang, bahagia itu
menular). Naoko melihat pemotretan dari belakang Ji Won. Ia merasa lega
pemotretan bisa berjalan dengan lancar.
Berkali-kali Ji Won mengatakan cantik,
indah, cantik sekali. Tanpa sadar, Naoko pun ikut tersenyum merasakan suasana
hati Ji Won yang bahagia dalam menjalani pemotretannya. Tiba-tiba Ji Won
berhenti dan menoleh kebelakang. Ia tersrnyum sambil menatap Naoko. Naoko
seperti nggak nyaman. Ji Won sedikit mengangguk seperti mengucapkan terima
kasih. Naoko membalasnya dengan membungkuk, seolah bilang, sama-sama. Habis itu
Ji Won kembali memotret
Pemotretan udah selesai. Semua orang
saling berterima kasih sambil membungkuk. Naoko menyaksikan hal itu dari
kejauhan. Orang-orang itupun pergi. Naoko seorang diri. Ia lalu duduk. Ia
merasa seperti badai musim semi yang baru aja lewat. Setelah badai, yang
tersisa hanyalah dirinya. Tiba-tiba lampu padam dan ruangan jadi sedikit gelap.
Naoko nggak bisa pergi kemana-mana. Baik itu maju ataupun mundur. Ia
menghabiskan hari-harinya hanya untuk bernafas. Naoko menghela nafas kemudian
bangkit. Ia terkejut karena ada Ji Won di hadapannya.
Ji Won membungkuk mengucapkan terima kasih
pada Naoko. Naoko merasa ialah yang seharusnya berterima kasih. Ia pun membungkuk
dan berterima kasih. Ji Won tersenyum menatap Naoko. Ia lalu mengajaknya pergi.
Naoko yang nggak ngerti hanya bilang, apa? Ji Won memegang pundak Naoko dan
mendorongnya pergi bersamanya. Mereka sampai di pintu pagar. Ji Won membuka pintu
untuk Naoko. Seketika keadaan menjadi terang benderang. Ji Won menatap Naoko
dengan tersenyum. Naoko terpesona melihatnya.
"Orang itu yang membuka pintu buatku.
Orang ini adalah..."
Musim Semi Telah Tiba
Ji Won mentraktir Naoko makan. Pemotretan
hari ini adalah pertama kalinya Ji Won
bertugas. Itu adalah proyek besar baginya. Naoko dan Ji Won saling bertukar
kartu nama. Naoko bertanya, apakah nggak papa Ji Won mentraktirnya makan malam?
Ji Won tersenyum. Ia ingin menunjukkan rasa terima kasihnya untuk hari ini.
Naoko merendah. Ia merasa nggak melakukan apapun. Tiba-tiba ia diberitahu untuk
membawa stok bustier mereka. Biasanya ia hanya seorang tenaga penjualan.
Ji Won menoleh, melihat kartu nama Naoko,
Kishikawa Naoko. Ia lalu kembali menatap Naoko. Ia merasa Naoko adalah lemari
pakaian profesional. Naoko berkata enggak. Ia nggak benar-benar prifesional. Ji
Won tersenyum mendengarnya. Ia kemudian memanggil pelayan. Ji Won memesan perut
babi untuk permulaan, japchae, dan anggur beras. Nggak lama kemudian, pesanan
mereka udah memenuhi meja.
Mereka mulai mengambil makanan di piring
masing-masing. Ji Won menatap Naoko. Ia meminta maaf. Ia belum pandai berbahasa
Jepang. Naoko menjawab nggak papa, ia sangat baik. Mereka sama-sama tersenyum. (Aku
juga ikutan senyum. Duh, bikin iri, deh.
Cuman makan malam buat ngucapin terima kasih, kok suasananya kayak makan malam
romantis, ya???? Ya, nggak??).
Ji Won bercerita kalo ibunya tinggal di
Korea. Naoko melihat kartu nama Ji Won, Lee Ji Won (nama Korea), Fotografer
Korea. Sudah dua tahun dia di Jepang. Ibunya tinggal sendirian di Korea. Dia
nggak punya saudara kandung, dia anak tunggal. Naoko menanyakan ayah Ji Won.
Mendadak raut wajah Ji Won berubah dapat pertanyaan kayak gitu. Ia menatap
Naoko dengan tatapan seolah nggak suka di tanya soal ayah. Tapi, biarpun
kelihatan nggak nyaman, ia tetap menceritakannya. Ayahnya...hilang.
Senyum Naoko langsung hilang begitu Ji Won
bilang ayahnya hilang. Ayahnya adalah seorang pemadam kebakaran. Ayahnya
meninggal saat Ji Won berusia 6 tahun. Ayah menyelamatkan seseorang dari api.
Ji Won menatap Naoko dengan senyum perih. Ia bilang pada Naoko kalo dia sangat
mencintai ayahnya. Ia masih mencintainya.
Setelah menceritakan kenangan pahitnya, Ji
Won kembali tersenyum sambil menatap Naoko. Seolah-olah ia udah menyimpan
kembali kesedihannya dan kembali pada kebahagiaan. Naoko membalas senyumnya. Ji
Won memberitahu Naoko kalo dia berumur 26 tahun. Oh, seumuran dengan Naoko. Ji
Won tersenyum. Naoko memakan makanannya lalu meminum anggur berasnya. Itu
keluar begitu saja. Ia nggak bisa mengurangi 5 tahun dari usianya.
Ji Won tersenyum lalu menuangkan minuman di
gelas Naoko. Ia bertanya gimana dengan ayah Naoko? Naoko tersedak. Ayahnya? Ji
Won meletakan sumpitnya, siap mendengar cerita Naoko. Naoko tampak ragu-ragu saat
menceritakan tentang ayahnya. Ayahnya...
Ayahnya bekerja di perusahaan dagang. Dia
sering bepergian untuk bekerja. Dia adalah seorang yang gila kerja, jadi Naoko
selalu khawatir dengan kesehatannya. Tapi ibunya adalah juru masak yang hebat. Ia
memasak setiap hari demi kesehatan keluarga. Ibunya juga melakukan upacara
minum teh dan mempraktekkan pengaturan bunga. Naoko benar-benar melihat ibunya.
Naoko juga punya adik perempuan, Junko.
Seorang siswa SMA. Adiknya sedikit belum dewasa untuk usianya, tapi dia sangat
lucu dan polos. Ibu bertanya pada Junko apakah dia mau keluar? Junko malas
menjawabnya dan main pergi gitu aja (ini anak, nggak sopan banget , ya sama
orang tua).
Meskipun rumah Naoko nggak besar, tapi dia
punya kebun. Kadang-kadang mereka memasak barbekyu di akhir pekan. Kita lalu di
perlihatkan pada papan nama keluarga Naoko. Kishikawa Shuji, Sue, Naoko, Junko.
Naoko tersenyum menceritakan tentang keluarganya. Tapi kok bohong semua, ya??
Ji Won juga tersenyum tapi sesaat kemudian
senyumnya hilang. Ia mengaku iri dengan Naoko. Keluarga yang baik. Dalam
hatinya Naoko mengatakan kalo dia nggak bisa berhenti berbohong. Nggak peduli
seberapa keras ia mencoba.
Ji Won mengantar Naoko hingga kestasiun
Higashi-Ueno. Naoko mengucapkan terima kasih untuk makan malamnya. Naoko
membungkuk. Ji Won menanyakan tempat tinggal Naoko (oh, Ji Won nekat banget!
Baru kenal udah nanyain tempat tinggal). Naoko merasa ia baik-baik aja. Dia
bisa pulang sendiri.
Naoko melanjutkan langkahnya, tapi karena
nggak hati-hati, jadinya malah terjatuh. Untung Ji Won langsung menangkapnya
tepat waktu. Tapi malah membuat wajah mereka jadi deket banget. Untuk sesaat
mereka seperti tersihir. Naoko segera bangkit. Ia meminta maaf.
Naoko mencoba untuk bangkit tapi malah mau
jatuh lagi. Ji Won yang merasa khawatir bertanya apakah dia baik-baik aja?
Naoko mengiyakan, ia baik-baik aja. Ji Won membantunya untuk berdiri. Sepertinya
kaki Naoko terkilir gara-gara terjatuh tadi.
Mereka berakhir dengan naik taksi. Ji Won
turun lebih dulu. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Naoko turun dari
taksi. Karena melihat Naoko kesulitan bergerak, Ji Won akhirnya menunduk. Ia
menggendong Naoko di belakang (duh, romantisnya, Ji Won perhatian banget, ya??!
Padahal kan baru kenal)
Sepanjang perjalanan, mereka nggak berhenti
buat tersenyum. Naoko berkata dalam hatinya, ia memang punya firasat buruk. Naoko
bilang kalo rumahnya udah dekat. Hanya tinggal tikungan, jadi dia minta di
turunin di situ aja, nggak papa.
"Langit nggak pernah membiarkan
masa-masa indah berlangsung lama.
Tiba-tiba Junko berlari dari belakang dan
bertanya apa yang kakaknya lakukan? Ji Won menatap adik Naoko yang bengong melihat
mereka lagi gendong-gendongan. Naoko mengibaskan tangannya, nyuruh Junko buat
pergi. Junko menurut. Ia berlari pulang mendahului mereka. Junko sampai rumah
dan memanggil ibunya.
"Beberapa orang hanya memberi kakak
tumpangan kuda ke rumah"
Ji Won sampai di rumah Naoko. Ia sedikit
terkejut melihat keadaan rumah itu. Ibu keluar dan menanyakan apa yang terjadi
pada Naoko. Naoko minta di turunkan. Ia mengatakan kalo kakinya terkilir. Ibu menghampirinya
dan mengatakan kalo Naoko sangat bod*h.
Beberapa detik kemudian ibu baru sadar kalo ada orang lain di sana. Ibu
sedikit tersenyum. Ia bertanya pada Naoko, kenapa nggak memintanya untuk masuk? ji Won berpaling ke Naoko seolah
bertanya, bolehkah? Naoko mempersilakannya kalo dia mau. Minum teh, oke??!!
Naoko masuk ke rumah dengan bantuan Ji Won
dan ibunya. Ayah yang lagi tiduran langsung bangun. Ibu meninggalkan mereka
untuk mengambil sesuatu. Naoko memperkenalkan Ji Won pada ayahnya. Ji Won
membungkuk sambil menyebutkan namanya, Lee Ji Won. Ayah hanya menatapnya lalu
bilang, halo. Ji Won memperhatikan kondisi rumah Naoko yang kelihatan
berantakan dan nggak seperti yang di ceritakan oleh Naoko.
Ji Won berakhir di satu meja dengan orang
tua Naoko. Ayah hanya diam dan Naoko nggak henti-hentinya tersenyum sambil
terus melihat Ji Won, membuat Ji Won nggak nyaman. Ibu datang membawakan
minuman untuk Ji Won. Habis meletakkan minuman, Ibu menatap Ji Won lekat-lekat.
Naoko menyentuh kalo ibu yang memakai kaos kaki bolong. Naoko menutupinya dengan
kain. Ayah memberikan cemilannya pada Ji Won dan mempersilakannya untuk
memakannya. Naoko menggeleng. Ia lalu mengambil makanan itu dan menyimpannya.
Suasananya jadi terasa hening. Ji Won
memutuskan untuk meminum minumannya. Ia meminumnya dalam sekali teguk, seolah
tergesa-gesa. Habis minum Ji Won pamit. Ia mengambil tasnya kemudian bangkit
dan pergi. Naoko menatapnya dengan
kecewa. "Udah berakhir".
Esok harinya Naoko bekerja seperti biasa.
Ia membantu seorang wanita gemuk memakai lingerie. Agak susah, sih tapi dia
bisa. Naoko memberitahu wanita itu kalo lingerie bisa memperbaiki bentuk tubuh.
Wanita itu tampak senang dan berputar-putar di depan cermin. Setelah di lepas,
bentuk tubuhnya kembali seperti semula (gemuk). Itu nggak berarti kamu bisa
memperbaiki kenyataan juga. Naoko merasa harus tahu itu lebih baik dari
siapapun.
Naoko sedang membuka perban kakinya saat
ibu menanyakan orang macam apa Ji Won itu? Naoko malah balik nanya, orang
seperti apa maksud ibu? Dia hanya seseorang yang Naoko temui di tempat kerja.
Sedang bekerja? Tanya ibu. Naoko protes pada ibunya, kalo aja ibunya cepat
bertindak, dia akan tertarik sekarang. Kenapa ibunya nggak bertindak seperti
itu? Ibu nyuruh Naoko buat ngasih tahu dulu sebelum membawa pulang seseorang.
Naoko memotong, kalo rumah mereka memang
selalu berantakan. Ibu nyuruh Naoko buat membersihkannya sendiri. Dia udah
cukup tua untuk tahu lebih baik. Naoko membenarkan tapi...apa ibu sedang
meledeknya? Meledek? Tanya ibu. Naoko merasa ibu mempermasalahkan tentangnya yang
harus menikah (karena udah tua). Ibu berhenti melipat pakaian dan
menatap putri sulungnya. Apa dia bercanda? Naoko merasa sedikit kurang karena
gajinya, meski nggak banyak. Ibu mengiyakan. Mereka sangat bersyukur atas kerja
keras nona Naoko.
Ayah memotong kuku kaki di depan. Ibu
mempersilakan Naoko untuk menikah kapanpun ia mau. Junko datang dan membuka
kulkas. Ia udah berumur 31 tahun. Naoko bertanya kenapa ibunya selalu mengatakan
hal itu (umur). Ibu mengaku punya banyak pekerjaan paruh waktu. Kalo nggak,
mereka nggak akan bisa melewatinya. Junko malas mendengarnya dan pergi. Ibu
bertanya apa Junko akan keluar lagi? Dan seperti biasa Junko nggak ngejawab.
Naoko menegurnya, junko harusnya membantu pekerjaan rumah .
Junko kembali lagi. Ia melarang ibunya dan
kakaknya untuk membawa-bawa dirinya. Ia mengatakan kalo Naoko di campakkan
karena nggak punya daya tarik. Itu semuanya. Naoko bangkit, ia ngasih tahu
adiknya kalo bukan itu yang mereka bicarakan. Junko nggak mau denger lagi dan
main pergi gitu aja. Junko berlari. Sangat mengganggu. Menurutnya karena itulah
kakaknya nggak bisa menikah.
Ibu memindahkan pakaian yang tadi di lipat
ke dalan lemari. Naoko menegur ibu yang punya lubang lagi di kaos kakinya. Ibu
melihat kaos kakinya, oh itu? Kenapa ibu selalu memakainya? Ibu menjawab kalo
tangan dan kakinya selalu kedinginan. Mereka mendapatkan "kiyakiya".
Naoko nggak nangkep dan nanya sama ibu. Bahasa apa itu Kiyakiya? Ibu bangkit
dan berbisik pada Naoko. Ngasih tahu kalo itu bahasa Korea. Nggak mungkin, kata
Naoko. Ibu beralih dan membereskan pakaian. Siapa yang peduli dengan kaos kaki
itu?
Ibu mau memasak tapi kehabisan bumbu. Ibu
mengambil dompetnya tapi kosong. Yang ada hanya nota. Ibu membuang nota-nota itu ke tong sampah. Ibu mengambil tasnya
dan berseru pada ayah. Ia akan nengambil uang di bank. Ibu akan berbelanja
keluar. Tapi ayah sama sekali nggak bergeming sedikitpun. Tapi dari raut
wajahnya ayah seperti terlihat sedih.
Naoko duduk
dikamarnya sambil membaca kartu nama Ji
Won. Tiba-tiba ia merasa kesal dan meremas kartu nama itu lalu membuangnya.
Di tempat
kerjanya, Naoko melihat hasil foto Ji Won. Ia meraba nama Ji Won, Lee Ji Won.
Ia lalu teringat saat Ji Won menoleh padanya dan tersenyum. Teman kerja Naoko
bertanya Apakah itu saat ia membawakan bustier untuk mereka? Naoko mengangguk.
Teman Naoko
melihat foto-foto itu dan memuji sangat cantik. Itu adalah produk baru dari Monique
Martin di Perancis. Naoko mengiyakan. Melihat foto seperti itu...membuat Naoko
ingin berusaha keras untuk mencari suami, kan? Tanya rekan kerja Naoko. Naoko
mengangguk. Temannya menyarankannya agar lebih agresif. Mereka udah nggak muda
lagi. Naoko tahu, kan?
Naoko
menggaris bawahi kata kita yang barusan di ucapin sama temannya. Teman Naoko
menatap Naoko. Bukankah Naoko tahu bahwa keberuntungan wanita nggak memiliki
rambut yang bisa Naoko tarik? Naoko dan temannya tertawa bersama. Ia membenarkan,
mungkin ungkapan yang temannya maksud adalah "raih keberuntungan pada
rambutnya". Rekannya membenarkan dan mengatakan kalo dia benar-benar botak
dari belakang. Dia harus mengembalikan rambutnya biar orang sepertinya dan
Naoko bisa meraihnya. Naoko tampak senang tapi setelah rekannya pergi, ia jadi
kembali murung.
Hari udah
malam. Naoko pulang ke rumahnya dengan jalan kaki. Sebelum masuk rumah, Naoko
melihat lampu depan berkedip-kedip. Naoko yang udah capek banget nggak
ngelakuin apa-apa dan langsung masuk. Esok paginya Naoko hendak mengganti lampu
yang berkedip semalam. Naoko agak kesulitan, tapi tiba-tiba ada tangan yang datang
membantunya. Naoko berterima kasih. Dan ternyata orang itu adalah Ji Won.
Naoko
merasa itu nggak mungkin. Ji Won tersenyum menatapnya sambil mengucapkan
selamat sore. Naoko bertanya apa yang membuat Ji Won datang kerumahnya? Ji Won
nggak menjawab dan malah menanyakan keadaan kaki Naoko. Naoko mengatakan kalo
dia udah nggak papa. Naoko melompat-lompat untuk membuktikannya. Tapi hal itu
malah membuat ia hampir terjatuh. Ji Won menolongnya dan tersenyum. (Duh, Ji
Won senyum mulu). Ji Won bertanya pada Naoko, bolehkah ia masuk? Naoko sedikit
gugup karena Ji Won ingin masuk.
Nggak lama kemudian,
Ji Won udah ada di dalam rumah Naoko. Ji Won meletakkan belanjaannya. Ia akan
memasak untuk keluarga Naoko. Ji Won mengeluarkannya satu persatu sambil
menyebutkan namanya. Sangchu (selada dalam bahasa Korea), serpihan-serpihan
merah. Naoko melihatnya, serpih paprika merah. Kimchi, saus ikan teri,
cutlassfish. Ji Won menggulung lengan bajunya, ia siap untuk memasak.
Bersambung...
Komentar:
Wah, akhirnya kesampaian juga pingin nulis
drama Jepang (meskipun pemeran cowoknya aktor Korea juga, sih). Dramanya tayang
seminggu sekali dengan durasi yang nggak pendek jadi bisa puas ngelihatin senyum
manisnya Kai EXO.
Sumpah, dari awal sampai akhir nggak bisa berhenti
senyum, sampai capek muka ini.
Ceritanya...lumayan cepet, ya. Mungkin karena
biasanya dorama kan emang episodenya dikit, kali, ya??
Yang pasti puas banget sama drama yang satu
ini. 😘😘😘
Dilanjut bak yah...
BalasHapus