1/26/2018

SINOPSIS Haru ga Kita Episode 2 PART 2


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: MBC
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Haru ga Kita Episode 2 Part 1
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Haru ga Kita Episode 3 Part 1

Naoko dan ibu sedang membuat pangsit. Naoko bercerita pada ibu dan ayah bahwa dia telah memberikan tabungannya pada Ji Won. Ibu bertanya apa maksud Naoko. Naoko mengatakan pada ibu, seperti yang udah ia katakan kalo bulan ini ia nggak bisa memberikan uangnya. Junko membuka kulkas dan mendengarkan. Ibu bertanya lagi kenapa enggak bisa? Naoko mengatakan ia telah menghabiskan uang itu untuk sesuatu yang lain. Ibu mendesak Naoko menghabiskannya untuk apa? Itu... Naoko nggak bisa menjawab. Ia rasa nggak masalah. Junko ikut gabung dan menebak kalo itu pasti untuk seorang pria. Ibu nyuruh Junko buat berhenti bicara seperti itu karena Naoko nggak akan pernah melakukan hal yang seperti itu. 


Ibu melihat wajah Naoko yang seolah membenarkan apa yang Junko katakan. Ibu bangkit dan manggil ayah. Ibu melihat saldo tabungan Naoko hanya tinggal 221 yen. Junko melihat dari neja dapur. Ayah terdiam dan nggak bisa berkata-kata. Naoko sendiri juga jadi merasa nggak enak hati pada kedua orang tuanya. Ibu memperhelas, jadi Naoko menyerahkan 2.500.000 yen? Seperti itu? Naoko menjawab kalo ia hanya meminjamkannya. Ibu bertanya dimana IOU itu? Naoko mengaku ia nggak mendapatkannya. Ibu merasa kecewa. Menurutnya ini nggak seperti Naoko yang biasanya. Apa yang terjadi? Naoko malah balik nanya gimana apanya? Seperti apakah ia dimata ibunya? Ibu nggak bisa menjawab. Itu... Naoko memotong, ibu bahkan belum pernah memikirkannya sebelumnya. 


Ibu membantahnya, tentu saja ia punya. Hmm ibu merasa mungkin Naoko sedikit canggung. Tapi sebagai anak sulung selama ini Naoko bisa disiplin dari waktu ke waktu. Junko ikut nimbrung. Menurutnya ini sama sekali nggak biasa. Menurutnya Ji Won adalah seorang penipu pernikahan. Naoko memotong, itu nggak benar. Naoko mengatakan kalo Ji Won hanya butuh uang untuk mimpinya.

Junko membaca tanda-tanda penindas pernikahan. 
Nomor 1. 
Dia akan tampil sangat lembut dan tulus terhadap target.


Naoko teringat apa yang dikatakan Ji Won saat di kafe saat itu. Ji Won dengan sangat lembut bilang aitakatta. Saat Ji Won meniup tangannya saat ia kedinginan. Ia menjadi terpengaruh.

Ayah mencontohkan seperti memuji gaya rambut.


Ibu teringat saat Ji Won mengucapkan yeppeseyeo saat makan siang di rumah. Ibu terlihat senang mendapat pujian dari Ji Won kala itu.

Ibu juga memberi contoh seperti membiarkan orang mabuk minum anggur beras Korea. 


Ayah teringat saat Ji Won membawakannya anggur beras Korea. 
Ibu merasa selalu ada yang menangkap. Ibu bertanya pada Junko apa lagi?


Junko melanjutkan...
Nomor 2. 
Dia akan mencoba untuk memulai hubungan seksual sejak dini. Ibu bertanya-tanya seksual? Ibu memandang Naoko, jangan-jangan... Naoko mau bangkit. Dia akan membawakan teh. Tentu saja kamu harus melakukannya. Junko bangkit dan menghampiri kakaknya. Ia hanya memberinya ¥ 2.500.000. Naoko kembali ke posisinya. Duduk di hadapan ayah dan ibu. 


Ibu berkata Naoko udah berumur 31 tahun. Ayah berkata kalo umur nggak ada hubungannya dengan hal itu. Ibu mengatakan memang nggak ada hubungannya, ibu sendiri meminjamkan sebelumnya sekitar 5000 yen. Saat ia berumur 21 tahun. Dan dengan pria itu...kalian tahu?... Ibu tertawa teringat kenangannya dahulu. Ayah terkejut ibu melakukan hal tersebut sebelum bertemu dengannya. Ibu bertanya yang selanjutnya pada Junko.


Nomor 3.
Untuk alasan seperti membuat mimpinya menjadi kenyataan. Atau dia benar-benar membutuhkannya untuk bisnisnya. Dia akan mulai meminta sejumlah kecil uang. Jumlah uang meningkat secara bertahap. Junko nanya pada kakaknya, apa yang dikatakan Ji Won padanya? 


Naoko mengatakan kalo Junko salah. Dia nggak seperti itu. Junko meminta kakaknya untuk sadar. Begitulah semua orang. Begitulah mereka. Junko memperjelas kalo mereka hanya memikirkan bagaimana mereka bisa memanfaatkan wanita. 


Ibu mengerti bagaimana Naoko ingin mendukung mimpi Ji Won tapi...Junko mengklaim kalo ibu terlalu naif. Itu sebabnya keluarganya adalah sekelompok pecundang lumpuh. Ayah menghela nafas sambil melihat ke atas. Ibu mendesak ayah untuk mengatakan sesuatu. 


Ibu bicara pada Naoko. Bagaimanapun juga Naoko harus memintanya untuk segera mengembalikannya. Naoko protes, kenapa harus dirinya? Ia mendapatkannya sendiri dan menyimpannya. Siapa yang peduli bagaimana ia menghabiskannya. Ibu menyela, tapi... Ayah berseru cukup!!! Semuanya langsung diam. Biar gimanapun menurut ayah, mereka harus mendengarkan Naoko terlebih dahulu. Kalo nggak, ini nggak akan kemana-mana. Junko merasa nggak sependapat. Tapi dia juga nggak ngomong apa-apa. Hanya melenggang pergi. 


Saat bekerja, Naoko hanya melamun. Rekannya menghampirinya. Ia cerita pada Naoko kalo kemarin ada seorang pelanggan membeli pakaian dalam yang paling mahal. Oh, gitu? Tapi rekannya mengatakan kalo itu adalah pelanggan laki-laki. Naoko menduga itu mungkin sebagai hadiah. Tapi menurut rekannya enggak. Soalnya pelanggan itu bertanya padanya apakah ia bisa mencobanya. Naoko menanyakan sikap rekannya dalam menanggapi hal itu. Rekan Naoko menjelaskan kalo tentu aja dia menolaknya dengan sopan. Rekan Naoko mengira dia adalah seorang karyawan kantoran biasa. Dia sangat semilir. Rekan Naoko berharap bisa ketemu dengan pelanggan itu di tempat lain. Naoko tersenyum. Ia setuju. Rekan Naoko mengatakan kalo Naoko nggak bisa menilai seseorang dari penampilan aja. Rekan Naoko segera beranjak karena ada pelanggan yang datang dan harus ia layani. Naoko kembali teringat apa yang di katakan oleh rekannya, "kamu nggak bisa menilai seseorang ..." Naoko teringat saat Ji Won tersenyum menatapnya. "dengan cara mereka melihat".


Ji Won menemui Naoko dan orangtuanya. Suasana terasa tegang, baik bagi Ji Won, Naoko dan orang tuanya. Junko sendiri berdiri ditempat nggak jauh dari sana. Ji Won membungkuk meminta maaf atas hal itu. Naoko mencoba membela Ji Won dengan mengatakan kalo itu adalah idenya. Ji Won berjanji akan mengembalikan uangnya nggak peduli apapun yang terjadi. Ji Won mengatakan orang tuanya harus khawatir. Jadi gimana? Tanya ayah. 


Ji Won mengeluarkan paspornya dan memberikannya pada ayah. Ia mempersilakan ayah untuk mengambilnya sehingga Ji Won nggak akan punya kesempatan untuk melarikan diri. Naoko melarangnya. Ia merasa itu nggak perlu. 


Junko tiba-tiba merebutnya dan memeriksa keasliannya. Junko rasa itu asli. Ia meletakkannya kembali di atas meja dan kembali ke tempatnya. Ji Won mengambil itu dan menyerahkannya kepada ayah. Ji Won meminta ayah untuk percaya padanya. 


Ji Won memohon sambil bersujud. Naoko mengikutinya. Ibu meminta mereka untuk berhenti bersikap begitu. Mereka melakukan itu seolah-olah ini adalah drama samurai. Biarpun ibu udah minta mereka buat berhenti, tapi Ji Won dan Naoko sama sekali nggak bergerak. Hal itu membuat ibu menjadi sedih. Ibu bilang kalo ia ngerti. Ia dan ayah bukanlah pelaut jahat. 


Ibu ngasih kode pada ayah agar membenarkan apa yang ia katakan. Naoko bangkit. Ia melihat ayah dan ibunya. Kelihatannya ibu udah bisa memaafkannya tapi ayah masih kaku. Tapi akhirnya ayah buka suara juga. Ayah bilang nggak papa kalo emang itu yang diinginkan oleh Naoko. 


Ji Won bersedia bangkit setelah mendengar omongan ayah. Ji Won berterima kasih pada ayah. Ia memastikan akan melunasi uangnya. Ayah mengambil paspor milik Ji Won. Ibu menyudahi pembicaraan hari ini karena ia menganggap masalahnya udah berakhir. 


Ibu mulai tersenyum lagi dan akan membuat teh. Ibu bangkit mau ke dapur. Tapi sesaat kemudian ibu berhenti. Ia berbalik lagi. Ibu bilang ia punya ide. Ibu bertanya pada Ji Won. Apakah ia membawa kameranya? 


Ji Won udah berdiri di belakang kamera. Ia memotret ayah, ibu, Naoko dan Junko. Ibu berpose sambil memegang paspor Ji Won. Junko malas. Ia mau pergi setelah selesai mengambil satu gambar. Naoko menahannya. Ia menariknya agar kembali lagi. J Won kembali memotret sambil nyuruh semua orang buat bilang cheese. Untuk foto selanjutnya Ji Won ikut bergabung. Ia berdiri di samping Naoko. Mereka menghitung bersama-sama. 5, 4, 3, 2, 1. 


Naoko menemani Ji Won mencuci foto. Ternyata di dalam kamera itu masih terdapat foto-foto lama yang di ambil oleh ayah. Naoko mengamati foto-foto yang baru dicetak oleh Ji Won. Foto saat ia nasuk SMA. Ia bertanya pada Ji Won, apakah foto-foto itu berasal dari kamera ayahnya? Ji Won mengangguk mengiyakan. 


Naoko tertawa. Foto-foto itu membawa kembali kenangannya. Ia ingat saat itu mereka nggak bisa membuat Junko berhenti menangis. Dan saat Naoko memeluknya, ia mengetuk seragam sekolah barunya, jadi Naoko mengatakan kalo mereka nggak perlu memotret lagi. Dan ayah mulai marah. Dan ibu berkata kalo karena itulah mereka nggak perlu beli kamera.  Naoko tertawa mengingat semua kenangan itu. 


Ji Won bertanya, lalu? Ia tampaknya sangat tertarik dengan keluarga utuh. Naoko melanjutkan ceritanya. Lalu ia berkata pada orang tuanya agar nggak bertengkar pada hari seperti ini. Naoko hampir menangis saat itu. Dan tiba-tiba Junko mulai tertawa. Jadi mereka pergi dan mencari ini. Ji Won berkomentar kalo kedengarannya menyenangkan. Naoko malah merasa sangat menyenangkan. 


Naoko beralih ke foto berikutnya. Foto saat Junko merayakan ulang tahunnya yang ke-3. Ibunya terlihat sangat muda. Naoko melihat foto berikutnya. Oh, apa itu??? Naoko mendekatinya. Oh, itu adalah ayahnya. Ayah Naoko??? Naoko mengangguk. Suatu saat ibu sakit dan tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu. Jadi ayah harus menyiapkan kotak makan siang Naoko. Ji Won menanyakan apakah Ayah melakukannya? Naoko mengiyakan sambil tertawa. Kelihatannya cokelat, kan??? Ji Won membenarkan, sangat cokelat. Naoko yakin ayah nggak pernah mikirin penampilannya. Naoko jadi sedikit malu. Jadi dia memakannya sambil bersembunyi di sudut kelas. Sambil betpikir, sekarusnya dia membuatnya sendiri. Tapi udah di siapin sama ayah ketika dia bangun. Ayah bahkan memotretnya. 


Ji Won meletakkan foto-foto itu di meja. Ia memuji gambar-gambar itu bagus. Mereka menagkap banyak kenangan indah. Mereka menangkap saat-saat bahagia. Keluarga berubah dari waktu ke waktu. Tapi...pikiran mereka tetap ada di foto selama-lamanya. 


Naoko memperhatikan Ji Won. Ia juga ingin melihat foto keluarganya. Wajah Ji Won lalu berubah memelas dapet permintaan kayak gitu. Nggak ada, katanya sambil menunduk. Naoko jadi nggak enak hati. Ia minta maaf. Ji Won nggak masalah. Ia kembali tersenyum. Ia ingin mengambil foto keluarga. Waktu yang dihabiskan bersama keluarga. Pikiran keluaga berbagi. Ia ingin mengambil foto yang semacam itu. 


Ji Won mengambil sebuah foto yang sudah ia bungkus. Ia memperlihatkannya pada Naoko. Naoko tersenyum melihatnya. Itu adalah foto yang Ji Won ambil saat bersama dengan keluarga Naoko. Naoko seperti nggak mau kalah. Ia juga mengambil foto keluarganya. Mereka tersenyum. Ji Won nyuruh Naoko buat melihat ayahnya. 


Malam udah semakin larut tapi ibu masih sibuk mau nyuci. Tapi ada sesuatu yang menarik perhatian ibu. Ada sesuatu di saku celana ayah. Itu adalah...pakaian dalam wanita. Ibu teringat dulu menemukan noda lipstik di baju putih milik ayah. Ibu mulai naik pitam. Apa ayah bercanda? (Mungkin ibu kira ayah selingkuh, kali, ya??!!). Ibu membanting pakaian dalam itu dan menginjak-injaknya. B*doh!!!


Ayah berjalan seorang diri. Ia mau masuk ke sebuah tempat tapi tengok-tengok sekitar dulu. Seperti takut kalo ada orang yang melihat. Ayah masuk ke sebuah ruangan. Dan saat ayah baru masuk, ada seorang wanita yang lewat di depan ayah. Sayang kita nggak dilihatin wajahnya. (Duh, apa bener ayah selingkuh, ya???) 


Ji Won keluar dari studio foto. Ia keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk Naoko. Setelah Naoko sampai di luar, ia tampak sangat terkesan karena turun salju. Ji Won dan Naoko sama-sama mendongak ke langit. Naoko menengadahkan tangannya menangkap butiran salju. Naoko mengatakan lingering salju. Ji Won tampak heran dengar kata itu. Naoko menjelaskan bahwa itu adalah salju terakhir musim dingin, enggan untuk perubahan musim. Ji Won kembali melihat ke atas. Begitu pula dengan Naoko. Mereka terdiam beberapa saat, sampai akhirnya Ji Won menggenggam tangan Naoko dan menariknya agar bergegas. Mereka berjalan dengan sangat cepat, juga saat menaiki tangga. 


Ji Won dan Naoko menaiki tangga menuju apartemen Ji Won. Mereka kebasahan. Mereka udah sampai di depan pintu. Ji Won membukakan pintu untuk Naoko. Ia mempersilakannya untuk masuk. Naoko sempat ragu tapi akhirnya dia masuk juga. Ji Won segera meninggalkan Naoko untuk mengambil handuk untuk Naoko dan juga untuk dirinya. Mereka menggunakan handuk itu untuk mengeringkan wajah.


Naoko berdiri di samping jendela. Melihat salju yang masih turun. Ji Won datang dan menyelimutinya dengan handuk kemudian memeluknya. Naoko mengatakan sangat hangat. Ji Eon mengatakan kalo gadis-gadis di Korea menyukai salju. Terutama salju pertama. Naoko tanya kenapa. Ji Won menjelaskan, ada pepatah yang mengatakan "jika kau melihat salju pertama dengan orang yang kau cintai, maka kau akan bahagia bersama" 


Naoko mengatakan kalo ini terlalu buruk, bahwa yang mereka lakukan malah kebalikannya. Ini bukan salju pertama melainkan yang terakhir. Hujan salju. Naoko tersenyum. Ji Won  memejamkan matanya dan kenangan itu pun muncul. Ibu berteriak memanggilnya di tengah deburan ombak. Pegangannya terlepas dan tali itu terputus. Tanpa ia sadari, ia mempererat pelukannya sehingga membuat Naoko bertanya apakah salju mengganggunya? Ji Won membuka matanya dan seketika mendapatkan kesadarannya kembali. Ia menjawab enggak. Naoko mengatakan kalo dia juga suka salju. Itu seperti hadiah dari dewa musim dingin. Ji Won tersenyum menatap Naoko dalam pelukannya. Naoko melanjutkan hal itu membawa pikirannya dari masalah yang ia miliki. Kapanpun salju turun. 


Ji Won menutup jendela. Ia mengajak Naoko untuk menyaksikan salju pertama berikutnya. Naoko tersenyum. Ia mengaku sangat senang. Ji Won mengulurkan tangannya dan membingkai wajah Naoko. Ia tersenyum penuh kehangatan. Ia memandang wajah Naoko dalam-dalam dan berkata, setiap kali salju pertama turun, mereka akan bersama. Ji Won menarik Naoko dan memeluknya erat. Naoko meminta Ji Won untuk berjanji dan Ji Won mengiyakan, ia berjanji.


Naoko dan Ji Won tidur bersama. Ji Won tampak tak tenang dalam tidurnya. Mungkin kembali bermimpi buruk. Tiba-tiba ponselnya menyala. Ji Won terbangun seketika. Ia menjawabnya di tempat lain, seperti takut diketahui oleh Naoko. Ia mengatakan pada orang di seberang bahwa ia telah mentrasfer sisa uangnya, jadi Ji Won minta agar nggak di ganggu lagi. Ji Won menutup telponnnya dan berkata kalo itu nggak menyenangkan. 


Nao pulang kerumahnya dengan mengendap-ngendap. Udah malam tentunya semua orang udah pada tidur. Naoko langsung menuju kamarnya. Ia duduk di tempat tidur lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Foto keluarganya bersama dengan Ji Won. 


Junko masih di luar. Ia berjalan bersama orang-orang yang berlalu lalang. Junko datang ke tempat itu lagi. Ia sedang berdandan bersama temannya. 


Di tempat lain seseorang juga sedang berdandan. Ia memilih gaun, pakaian dalam, memakai kuteks, memakai stoking jala. Seseorang membantunya memakai bra. Orang ini juga mengoleskan lipstik di bibirnya. Memakai anting. Dan ia bercermin ketika ia udah siap. Dan orang itu ternyata adalah...ayah???? Ayah tampak tersenyum menatap dirinya di cermin. 


Naoko sendiri lagi tersenyum bahagia menatap foto keluarganya di masa lalu. Ia mengatakan kalo itu adalah gambar yang bagus. Ia teringat apa yang Ji Wo katakan, mereka nenangkap banyak kenangan indah. Mereka menangkap saat-saat bahagia. Keluarga berubah dari waktu ke waktu tapi...pikiran mereka tetap ada digambar selama-lamanya. 
" ini menjadi pertama kali dalam waktu yang sangat lama...dan terakhir kami. Potret keluarga" 

Bersambung...

P r e v i e w...


Naoko bersama dengan Ji Won menatap jauh ke masa depan. Ji Won berjanji nggak akan melepaskan tangan Naoko nggak peduli apapun yang terjadi. 


Ayah sedang berjalan bersama dengan teman-temannya. Ayah tampak sangat bahagia bisa menjadi orang lain.


Ayah dan teman-temannya akan di foto. Ayah terkejut karena yang memotret adalah Ji Won. Ji Won sendiri juga sama terkejutnya. Tapi ayah mengaku nggak kenal sana Ji Won. Ayah memilih untuk melarikan diri. 


Ji Won seperti lagi memakaikan Naoko sebuah kalung. Naoko berharap anggota  keluarganya bisa tersenyum seperti biasanya. 


Naoko makan bersama ayah dan ibu. Naoko mengatakan kalo pernikahan mereka membisankan. 


Ji Won  ngasih tahu ayah dimana ia harus berada.


Junko ketemu dengan orang aneh. Orang yang tempo hari main basket. Dia tahu Junko bersama dengan seorang pria tempi hari. Junko membentaknya. Itu bukan urusannya. 


Ibu merasa frustasi. Ia pergi meninggalkan ayah dan Naoko. Ibu juga ingin menjadi orang lain kalo dia bisa. Bukan ibu atau seorang istri yang melelahkan. Tidakkah ayah melihat bahwa selama ini ibu udah bertahan dengan semua itu. 


Junko di bekap seseorang, ia akan di lecehkan. Dia berusaha meminta tolong.


Ayah berdiri di tepi sungai. Ia bertanya apakah ada yang pernah memberitahu sebelumnya kalo dia nggak diinginkan. Hal itu membajar ayah. Itu benar-benar membakarnya. 

Komentar :

Wah nggak nyangka bakalan jadi kayak gitu. Sumpah aku terkejut banget lihat kenyataan tentang ayah. Sempet ngira kalo ayah selingkuh gara-gara tertekan sama ibu tapi ternyata... Duh nggak bisa berkata-kata, deh pokoknya. 

Ji Won juga penuh misteri. Agak ragu apakah dia serius sama Naoko atau seperti yang di bilang sama Junko?? Tapi pas dia nyerahin paspornya buat di pegang sama ayah bikin sedikit percaya. Tapi pas ending... 

Junko juga ternyata nggak sebaik yang Naoko pikirin. Sampai mau di lecehin. Semoga ada yang nolong. Cowok yang main basket? 

Disini aku malah paling kasihan sama ibu. Ibu yang selama ini nggak tahu apa-apa tentang ayah. Ia pasti kecewa berat sama ayah. 

2 komentar

  1. Tuh kan,,, drama satu ini penuh misteri.
    Baik ayahnya, jiwon, jg junko... yg asli kyaknya cm ibu aj...

    BalasHapus
  2. Anonim1/27/2018

    Seru ceritanya. Ditunggu kelanjutannya minggu depan

    BalasHapus


EmoticonEmoticon