SINOPSIS The Perfect Match Episode 3 PART 1
SINOPSIS The Perfect Match Episode 3 BBAGIAN 1
Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: SET TV
EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 2 Part 3
All images credit and content copyright: SET TV
EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 2 Part 3
Tingen menemukan Fenqing udah duduk
meringkuk diantara meja tamu. Dia menangis sesegukan saking takutnya. Tingen
mendekatinya dan menepuk pundaknya. Fenqing langsung memegang erat tangannya
kemudian memeluk kakinya sambil mengatakan jangan pergi. Perlahan-lahan Tingen
melepaskan tangan Fenqing sambil bilang jangan takut, itu dia, Tingen. Fenqing
menatap wajah Tingen. Tingen menunduk dan memeluknya dari belakang. Tingen
mengatakan kalo semua akan baik-baik aja. Tingen mengusap kepala Fenqing dengan
maksud untuk menenangkannya. Ia ada di belakangnya. Jadi ia melarang Fenqing
untuk takut.
Xiaobin datang mencari Tingen. Dia melihat
mobil Tingen di luar... Xiaobin yang tahu situasinya lagi nggak tepat langsung
terdiam saat ia melihat Tingen dan Fenqing. Ia meninggalkan ruangan saat itu
juga.
Tingen berbisik meminta maaf. Ia mematikan
lampunya nggak bermaksud apa-apa. Ia hanya ingin bercanda aja dengan Fenqing.
Fenqing langsung melepaskan pelukan Tingen dan memberinya tatapan tajam. Tingen
bilang ia hanya bercanda. Fenqing langsung menyikut dada Tingen sampai ia
kesakitan. Tingen yang udah kesakitan bertanya kenapa Fenqing memukul yang
lain? Ia bahkan baru selesai makan. Tingen mengeluh kesakitan tapi Fenqing nggak
peduli.
Ruxi lagi menikmati segelas anggur. Ia menelpon
ayahnya dan menanyakan apakah pesta malamnya udah selesai? Ayah menjawab nggak
sesingkat itu. Ruxi berpesan agar ayahnya nggak terlalu banyak minum anggur.
Ayah menanyakan apakah putrinya ingin bilang sesuatu padanya? Ruxi mengabarkan
kalo waktu investigasi udah selesai. Huo Tingen akan menjadi menantunya.
Ayahnya senang mendengarnya dan menunggu kabar baik selanjutnya. Ruxi menutup
telponnya.
Dan kita beralih ke Fenqing yang sedang
menatap selembar kertas yang ada di meja. "Anda nggak di ijinkan untuk
memberitahu siapapun tentang nyctophobia saya yang anda ketahui malam ini".
Ia berbicara pada kertas itu seolah sedang bicara dengan Tingen. Tingen sengaja
menakutinya. Apapun itu, sekarang dia malah meletakkan kontrak kerja di atas
meja agar semua orang mrlihatnya. Itu terlalu jahat. Kalo Fenqing nggak
membalasnya sekarang juga, maka nama keluarganya bukan Wei.
Fenqing mengambil kertas itu dan berjalan
mau menemui Tingen. Saat hendak melewati pintu, ia malah hampir bertabrakan
dengan Tingen. Untung tangan Tingen sempat berpegang pada pintu sehingga mereka
nggak terjatuh. Mereka saling bertatapan dalam waktu lama sampai Tingen hampir
kehilangan kekuatannya dan pegangannya hampir terlepas. Dan saat ia udah nggak
kuat lagi, dan hampir terjatuh, Fenqing dengan sigap menariknya. Secara nggak
sengaja tangan Tingen berada di dada Fenqing.
Fenqing melotot sambil melihat tangan
Fenqing. Tingen mengaku nggak melakukannya dengan sengaja. Fenqing langsung
meraih tangan Tingen, menjegal kakinya dan membantingnya ke lantai. Tingen yang
udah menggelepar di lantai bertanya berapa kali lagi Fenqing akan menyakitinya.
Fenqing mengatakan kalo Tingen pantas mendapatkan itu. Itu adalah hukuman yang
pantas bagi perilaku buruknya. Ia layak mati. Siapa suruh dia membiarkan semua
orang tahu kalo Fenqing takut sama gelap?
Tingen bertanya apa Fenqing bisa melihatnya
dengan benar? Tingen udah menandatanganinya. Ia meninggalkannya disana agar
Fenqing punya salinannya. Tingen mengaku kalo pinggangnya sakit banget. Tingen
mencoba bangkit dengan berpegangan pada kursi.
Fenqing mengambil kertas kerjasamanya dan
membacanya lagi. Ia sadar ia telah keliru. Ia lalu menghampiri Tingen yang udah
duduk dan menawarkan untuk mengusap punggung Tingen. Tingen menolak karena
Fenqing malah membuatnya semakin sakit. Fenqing cuman mau mengurutnya. Tingen
menolak. Fenqing kesal, lalu Tingen ingin dia ngelakuin apa? Tingen menoleh dan
mengatakan kalo dia ingin Fenqing pulang kerumah. Fenqing protes karena Tingen
berjanji untuk mengajarinya bagaimana membuat kari lobster pada pagi hari.
Tingen yang udah malas ngasih tahu kalo sekarang udah larut. Maksudnya adalah,
Tingen ingin Fenqing pulang dan besok ia akan mengajarinya. Fenqing setuju. Ia
akan pulang. Tingen memanggilnya lagi karena Fenqing melupakan sesuatu. Fenqing
kembali lagi. Ia ingat kalo ia hampir melupakannya. Tingen memanggilnya lagi.
Ia ingin Fenqing mengirim pesan padanya saat sudah sampai rumah. Fenqing tanya
kenapa? Tingen menjelaskan untuk melaporkan kalo Fenqing udah tiba dengan
selamat. Kenapa harus gitu? Tingen mengulurkan tangannya agar Fenqing ingat tentang
tujuh hari yang udah mereka sepakati. Fenqing membetulkan dengan melipat satu
jari Tingen. Sekarang hanya tersisa 6 hari. Tingen tetap minta Fenqing melapor
kalo udah sampai rumah. Fenqing dengan malas mengiyakannya. Tingen kembali memegang
pinggangnya setelah kepergian Fenqing.
Ah Wei lagi nungguin Fenqing sambil minum
dan makan camilan. Fenqing datang dan langsung bergabung dengannya. Ah Wei tanya
kenapa? Apa Fenqing dalam situasi hati yang buruk? Fenqing cerita kalo dia
habis dimarahi tanpa sebab. Lebih jauh lagi, ia mendapatkan masa yang sulit. Ah
Wei memberkan sebotol minuman pada Fenqing. Masa yang sulit? Pasti karena Huo Tingen,
tebak Ah Wei.
Ah Wei bangkit mau pergi tapi Fenqing
menahannya pakai kaki. Ah Wei pikir dia nggak akan balik memukul kalo dia
diberi waktu yang sulit? Ah Wei kembali duduk emang bener, sih! Mereka yang
memperlakukan Fenqing dengan buruk akan berakhir dengan sangat menyakitkan.
Fenqing meletakkan minumannya dan mengagetkan Ah Wei sampai ia terkejut.
Tapi Fenqing merasa kalo Huo Tingen tuh
aneh. Fenqing cerita kalo saat itu dia bilang kalo Ah Wei adalah pacarnya. Berikutnya
Tingen bilang kalo kari buatannya di pasar malam nggak akan laku. Ah Wei bertanya
apakah benar Tingen berpikir kalo dia pacarnya? Fenqing mengangguk membenarkan.
Ah Wei berpikir kenapa dia nggak memperkenalkan diri sebagai pacar Fenqing aja
nantinya? Ia menanyakan pendapat Fenqing. Fenqing mengatakan kalo Tingen jadi
gila dan sekarang Ah Wei juga jadi gila bersama Tingen. Mereka kan udah
bersahabat selama bertahun-tahun. Gimana dia bisa ngerti? Ah Wei membenarkan.
Telpon Fenqing berbunyi. Dari Tingen yang
nanyain Fenqing yang setuju untuk menelponnya ketika sampai rumah tapi nggak
kunjung ngasih kabar. Fenqing ngasih tahu kalo dia udah dirumah. Fenqing kesal
karena Tingen menutup telponnya gitu aja. Dan dia tiba-tiba marah. Dasar orang
aneh.
Ah Wei menanyakan siapa yang barusan
nelpon. Nggak mungkin itu Huo Tingen, kan? Fenqing membenarkan. Ah Wei berpesan
agar Ia waspada terhadap Tingen. Fenqing malah balik nanya kenapa dia mesti
waspada? Bukannya Fenqing bilang Huo Tingen ingin mengejarnya? Fenqing yang
lagi minum, langsung muncrat saking terkejutnya. Tingen ingin mengejarnya? Ah
Wei membenarkan. Fenqing merasa nggak mungkin Tingen ingin mengejarnya. Apa sih
yang Ah Wei katakan?
Tingen mau pakai celana tapi kesulitan
gara-gara tangannya yang lagi sakit. Akhirnya dengan susah payah ia berhasil
pakai celana sendiri. Menyusahkan. Ia duduk di ranjangnya dan teringat saat
Fenqing menangis di kegelapan sambil mrmeluk kakinya. Dia hanya seorang gadis.
Tingen benar-benar... Tingen meraba bibirnya dan teringat saat bertabrakan
dengan Fenqing di pintu. Saat itu mereka hampir berciuman. Ia memandangi
tangannya yang sakit.
Ah apa yang Tingen pikirkan? Ia merasa
Fenqing terlalu keras kepala dan sulit di atur. Ia pasti udah gila. Tingen
mematikan lampudan merebahkan diri di atas kasur. Tingen mencoba memejamkan
mata tapi malah tersrnyum gara-gara inget Fenqing yang benar-benar takut akan
gelap. Ia tertawa. Ia rasa Fenqing menarik. Sangat menarik.
Fenqing tengah tidur di kamarnya. Ia merasa
gelisah dalam tidurnya.
Ibu Fenqing sedang menggendong adiknya. Ia
meletakkan chenyang karena akan mengangkat telpon. Itu adalah telpon dari
rumah sakit yang mengabarkan bahwa Wei Shili mengalami kecelakaan mobil. Ibu
kaget saat tahu ayah mengalami kecelakaan mobil. Pihak rumah sakit menginformasikan
bahwa saat ini korban sedang diresusitasi. Ibu menanyakan di rumah sakit mana. Perawat
memberitahu di rumah sakit Aiyu. Ibu yang sedang panik lalu menggendong Chenyang
dan meninggalkan Fenqing kecil sendirian di rumah. Setelah ibu pergi, perawat
yang telponnya belum diputus memberitahu kalo operasi Wei Shili nggak berhasil.
Dan ia baru saja diberitakan. Mendadak listrik mati. Fenqing kecil meringkuk
ketakutan sambil memanggil ayahnya.
Fenqing mengigau memanggil ayahnya. Ia terbangun
dan mendapati dirinya ada di kamarnya. Fenqing terdiam dan menghapus air
matanya. Fenqing bangun dan menyalakan lampu meja. Ia menambil buku catatan
milik ayahnya dan membukanya. Fenqing mengajaknya bicara seolah-olah itu adalah
ayahnya. Ia memberitahu ayahnya kalo ia sudah mempelajari teknik mengasinkan daging
yang ayahnya berikan padanya. Fenqing tersenyum dan mengatakan kalo rasanya
sangat enak. Tiba-tiba ia ingat ucapan Tingen, bagi seseorang yang telah
meninggal, waktu untuknya udah membeku. Kita yang masih hidup, kenangan kita
hanya akan terus meningkat dan bahkan mungkin bisa berubah.
Fenqing menambahkan tulisannya di buku
ayahnya. Seorang koki yang bagus, juga harus mempertimbangkan kebiasaan status
kesehatan dan makan pelanggan. Bagi mereka untuk dapat membuat makanan lezat
yang juga diisi dengan niat baik. Fenqing menoleh melihat ponselnya menyala.
Panggilan dari Huo Tingen.
Fenqing melajukan motornya menuju pelabuhan.
Disana Tingen sedang berbicara pada seseorang. Tingen ingin orang itu menelponnya
jika lain kali ia mendapatkan barang bagus. Orang itu setuju dan nyuruh Tingen
buat sering-sering datang kesana. Tingen rasa nggak masalah. Tingen melihat
Fenqing udah datang dan nanya jam berapa? Bukannya Tingen udah bilang buat datang
pagi-pagi? Kenapa baru datang? Fenqing melepaskan helmnya. Apa maksudnya baru
datang? Ini kan masih pagi? Tingen marah, apa dia kira Tingen mengajaknya kesana
buat buat melihat laut? Ia memintanya datang untuk menangkap ikan segar. Tingen
mengenalkannya dengan kapten De. Fenqing menyapanya kakak De. Tingen ngasih
tahu kalo bahan-bahannya segar, masakannya udah setengah berhasil. Ada barang
bagus hari ini. Tingen mengambil sekotak udang segar dan nyuruh Fenqing buat
kesana dan mengambilnya.
Tingen ngasih kotak yang kecil kepada
Fenqing sementara dia membawa kotak yang besar. Tingen membuaka kotak miliknya
dan membandingkan dengan kotak yang dibawa Fenqing. Tingen bertanya apa itu dan
Fenqing menjawab kalo itu lobster merah. Tingen lalu bertanya apa yang ada di
kotak miliknya. Barang bagus? Jawab Fenqing.
Tingen membenarkan. Ia mengambil lobster
itu. Itu benar-benar barang bagus. Itu adalah mutiara naga. Tingen ngasih tahu
kalo dia datang hari ini untuk itu. Untuk itu? Fenqing kira mereka hanya akan
membeli lobster merah. Tingen menanyakan gimana kalo lobster merah yang mereka
beli hari ini nggak terlalu bagus? Sebagai contoh, mungkin selama perjalanan
terjadi sesuatu. Dalam hal itu apa restoran mereka harus tetap membuat kari
lobster?
Fenqing membenarkan. Tingen mengangguk. Ia
nyuruh Fenqing buat melihat lobster mutiara naga yang ia pegang. Tubuh dan
kulitnya berbentuk silindris. Kakinya berbulu banyak. Ada bintik putih di
punggungnya. Kita juga bisa menyebutnya lobster bunga bintik-bintik. Fenqing
mengangguk.
Tingen mengambil lobster merah yang ada dihadapan
Fenqing. Ia kembali menerangkan, kalo kita mengelompokkan mereka berdasarkan
beratnya, ketika Fenqing pegang, sentuh, dan rasakan. Jika terlalu ringan, ada
kemungkinan daging di dalamnya nggak terlalu banyak. Jika Tingen harus memilih
diantara perempat mana yang lebih baik? Perempat? Memilih? Fenqing nggak ngerti.
Tingen menjelaskan kalo itu adalah istilah yang
digunakan dalam membedakan lobster berat. Permpat adalah sekitar 1,25 pon.
Pilih di antara 1,50 dan 1,75 pon. Di restoran ada buku-buku. Fenqing bisa
membacanya. Fenqing mengerti.
Tingen memanggil kakak De. Tingen akan
menhambil semua lobster merah dan 5 lobster mutiara naga. Oke sahut kakak De.
Fenqing bangkit disusul Tingen. Dan sekali lagi wajah mereka saling berdekatan seperti
saat di restoran. Tingen menjauh dan jadi gugup. Ia melihat dada Fenqing dan
teringat saat ia nggak sengaja memegangnya.
Tingen menutup wajah Fenqing dengan lobster
yang ia pegang. Apa yang Tingen lakukan? Tingen nyuruh Fenqing untuk
membawanya. Fenqing protes kenapa Tingen harus meletakkannya begitu dekat dengannya?
Tingen ngeles agar Fenqing bisa mengenalinya dengan lebih baik. Pelajari itu
lagi. Pelajari lagi?
Fenqing menerimanya. Ia menanyakan apakah
tangan Tingen sakit lagi? Fenqing memberi nasehat kalo sakit, jangan di ayunkan
terlalu kuat. Fenqing meletakkan lobster kembali ke tempatnya. Ia udah
menyiapkan perban untuk Tingen hari ini. Fenqing mengambil sesuatu di sakunya.
Perban pergelangan tangan itu khusus untuk kondisinya. Fenqing dengan sabar
memakaikan itu pada tangan Tingen. Tingen menatapnya seperti terharu. Ia
tersenyum dan berterima kasih.
Di belakang mereka, kakak De sudah seleai
mengemas. Ia memuji Fenqing sebagai pacar Tingen yang benar-benar baik padanya.
Mereka sama-sama menoleh. Tingen menunjuk Fenqing. Pacar? Dia? Ia
menyangkalnya. Gimana mungkin Fenqing pacarnya? Tingen memperkenalkan Fenqing
sebagai karyawan baru di restorannya. Fenqing membenarkan. Tingen bukan
pacarnya. Bukan pacarnya. Oh bukan? Tanya kakak De.
Tingen menatap Fenqing dan Fenqing
bertanya, ekspresi apa itu? Apa Fenqing nggak memenuhi syarat buat jadi
pacarnya? Huh! Tingen yang nggak memenyhi syarat untuk menjadi pacarnya. Tingen
nggak terima. Ia nggak memenuhi syarat buat jadi pacar Fenqing? Kemudian
tetangganya penjual ayam goreng itu yang memenuhi syarat? Apakah bocah itu
berumur 18 tahun? Fenqing tersenyum. Apa Tingen lagi ngomongin Ah Wei? Bukannya
dia udah pernah bilang kalo dia... Ah, Fenqing jadi malas lupakan. Mulut Tingen
ada pada tubuhnya. Katakan saja semaunya.
Tingen bertanya apa Fenqing mengingat semua
yang Tingen katakan tadi? Tingen mencoba mengingatkan, perempat...saat itulah
tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengambil gambar mereka menggunakan
kamera ponsel.
Fenqing udah menaiki motornya. Tingen menghampirinya,
kurang lebih itu cukup untuk pagi ini. Sampai ketemu di dapur, dan Tingen tak
lupa berterima kasih atas perbannya. Tingen menuju mobilnya saat Fenqing menerima
telpon dari nyonya Chen. Ia nyuruh nyonya Chen untuk tenang dan ia akan segera
kesana.
Tingen bertanya apa yang terjadi? Apa itu
darurat? Fenqing ngasih tahu kalo temennya dalam bahaya. Ia akan segera kesana.
Tingen menghampirinya dan mematikan mesin motor Fenqing. Fenqing bilang itu
bahaya dan ia masih tetap akan pergi? Fenqing ngeyel, temannya lagi dalam
bahaya, ia minta agar Tingen nggak menghalanginya.
Tingen ngajak Fenqing buat naik mobilnya.
Ia akan kemudukan buat Fenqing. Ia akan pergi bersamanya. Fenqing menolak. Saat
ini banyak kemacetan di jalan. Akan lebih baik kalo naik sepeda motor. Tingen
memperhatikan motor Fenqing. Oh, Fenqing lupa kalo Tingen nggak mau naik kalo
dia yang mengemudi.
Bersambung...
Komentar:
Ah Wei kayaknya ngarep banget ya bisa jadi
pacarnya Fenqing?! Sayang Fenqing nggak punya perasaan apa-apa sama dia.
Disini kita akhirnya di kasih tahu tentang
apa yang menyebabkan Fenqing jadi phobia sama kegelapan.
Dan satu hal lagi yang masih misterius.
Kira-kira siapa yang mengambil gambar Fenqing dan Tingen secara diam-diam?
Apakah mungkin itu teror dari ibu mertua?
Kira-kira Fenqing mau kemana, ya??? Penting
banget kayaknya
Suka bnge ma crtax n karakternya... smg c4 updetannya.dtgu sll...
BalasHapus