2/27/2018

SINOPSIS Untouchable Episode 8 PART 1


Penulis Sinopsis: Cyntia
All images credit and content copyright: jTBC
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Untouchable Episode 7 Part 3
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Untouchable Episode 8 Part 2

Joon Seo menarik Ki Seo pergi, tetapi penjahat yang datang semakin banyak. Mereka berdua terpojok. Sejenak mereka semua terdiam saling mencari kesempatan. Tapi Sung Gyun yang baru datang langsung menyerang mereka, dan perkelahian pun kembali dimulai.


Sung Gyun meminta Joon Seo pergi. “Hei kau, Goo Do Soo! Aish!” teriak Sung Gyun, ketika melihat Detektif Goo yang malah melarikan diri karena ketakutan. Sung Gyun dan Joon Seo kembali melawan para penjahat.


Begitu ada kesempatan, mereka berusaha melarikan diri.


Joon Seo, yang sudah berada aman di suatu tempat bersama Ki Seo, menghubungi seseorang. Setelah memastikan mereka aman, Joon Seo menutup ponselnya.  Melihat tangan kiri Joon Seo yang berdarah, Ki Seo merobek lengan bajunya sendiri dan memberikannya pada adiknya.

Joon Seo kesulitan, jadi Ki Seo berinisiatif untuk mengingatkannya ke tangan Joon Seo. Joon Seo terlihat agak kesakitan. Ki Seo mengeluh, “Kenapa aku selalu harus ditolong olehmu? Waktu kecil juga seperti itu. Rasanya tidak enak. Sudah lama kita tidak kesini. Bebatuan Jang Goon.”


Kedua kakak beradik itu menatap laut yang ada di hadapan mereka.
Flashback..


Joon Seo berbisik, “Hyung, kita hampir sampai di Bebatuan Jang Goon.” Ki Seo lalu bernohong pada Paman Yong kalau dia mau buang air kecil. Paman Yong lalu menghentikan mobilnya.


Ketika Paman Yong sibuk bicara di ponselnya, Ki Seo dan Joon Seo malah melarikan diri.


“Cepat keluar! Ayah kalian sedang menunggu. Apa kalian mau mendapat masalah? Cepat keluar!” panggil Paman Yong ketika sadar kalau kedua anak itu sudah tidak ada di dekatnya.


Ki Seo dan Joon Seo malah asyik berenang di pinggir laut yang mereka beri nama Bebatuan Jang Goon.


Ki Seo dan Joon Seo kini berdiri di tempat yang sama, seolah mmelihat diri mereka saat masih kecil dulu yang sangat bahagia bisa berenang disana.


Ki Seo mengatakan bahwa dia sering datang ke tempat itu sendirian, setelah Joon Seo pergi. Ia merasa lebih baik setiap kali datang kesana. “Apa Jung Hye begitu berharga bagimu?” tanya Ki Seo. Joon Seo pikir begitu, karena ia merasa sangat kesulitan.


Ki Seo berkata, “Beberapa saat sebelum Jung Hye tewas, dia meneleponku.” Joon Seo menatap kakaknya.
Flashback..


Jung Hye menghubungi Ki Seo melalui telepon umum di daerah tepi laut.


Jung Hye berkata, “Aku merasa bersala pada ayahku, tapi aku akan melupakannya. Aku takkan membenci siapapun. Oleh sebab itu, biarkan aku dan Joon Seo bersama. Aku mohon. Itu satu-satunya hal yang kuinginkan. Tolonglah.”


Ki Seo ternyata mengizinkannya dengan tulus. Joon Seo bertanya kenapa Ki Seo tidak memberitahu hal itu sebelumnya. “Karena kau akan merasa tersiksa seperti apa yang kau rasakan sekarang,” kata Ki Seo yang ternyata mengkhawatirkan perasaan adiknya.


Joon Seo: “Aku harus bagaimana? Sekarang bahkan rasanya lebih sulit untuk melupakannya.”
Ki Seo: “Ikhlaskan kepergiannya. Sudah saatnya untuk mengakhirinya. Jung Hye takkan ingin kau terus seperti ini.”
Joon Seo: “Tidak. Aku terlalu banyak berhutang pada Jung Hye. Aku harus membayarnya. Itu satu-satunya cara agar aku bisa hidup.”


Ki Seo berkata kalau ada aturan hidup di Bukcheong yang tidak Joon Seo ketahui. “Itu juga cara hidup keluarga kita. Semakin kau bertahan pada wanita itu, semakin aturan itu akan hancur,” ucap Ki Seo. Tapi Joon Seo bilang ia memang ingin menghancurkan aturan yang kakaknya lindungi itu. Joon Seo berkata bahwa jika saat itu tiba, maka mereka bisa mengambil jalannya masing-masing.


Joon Seo lalu pergi lebih dulu. “Aku hanya tidak ingin kau terluka, Joon Seo,” gumam Ki Seo.


Joon Seo menyusuri jalan sendirian. Ia mengingat saat kali terakhir, Jung Hye mengajaknya minum bersama dan berkata kalau ia akan menjadi sangat mabuk dan akan bicara sembarangan tentang dirinya, tentang Joon Seo, dan tentang semuanya. “Kau akan menerima semua yang kukatakn, bukan?” tanya Jung Hye.


Sayangnya, rencana Jung Hye tidak terwujud, karena dia sudah terlebih dahulu tewas karena ditabrak oleh Moon Shik. Joon Seo menangis, “Maafkan aku. Aku sungguh menyesal.”


Di markas, Detektif Choi bertanya apa yang akan Joon Seo lakukan, karena di belakang Moon Shik adalah Kasat Park dan di belakangnya lagi ada Ki Seo. “Tidak, belum ada cukup bukti. Aku perlu bukti yang lebih meyakinkan,” kata Joon Seo.


Di ruang pertemuan, Ki Seo memberitahu Gyu Ho bahwa di siang bolong tadi ada yang mencoba membunuh dirinya dan juga Tae Sub. Gyu Ho bertanya siapa yang melakukannya. “Jika itu perangkap, kau satu-satunya orang yang terlintas di benakku,” kata Ki Seo. Gyu Ho berkata kalau dia bukanlah orang bodoh yang akan membahayakan nyawanya sendiri.


Ki Seo: “Maksudmu, sasaran mereka adalah Joo Tae Sub?”
Gyu Ho: “Mungkin saja, karena banyak orang yang mengingkan kematiannya.”
Ki Seo: “Siapa?”
Gyu Ho: “Itu…”
Ki Seo: “Cari tahu siapa di balik orang-orang yang menyerangku di tempat rongsokan itu.”


Gyu Ho bertanya bagaimana dia melakukannya. “Tidakkah menurutmu kau perlu membereskan kesalahpahaman yang kumiliki terhadapmu?” tanya Ki Seo. Gyu Ho tertawa kecil dan setuju.


“Sial,” gerutu Gyu Ho setelah keluar dari ruang pertemuan. Ia akan pergi, dan berpapasan dengan Ja Kyung.


Ja Kyung bertanya apakah Gyu Ho sudah membereskan masalahnya. Gyu Ho meminta maaf, karena tiba-tiba keadaannya menjadi rumit. Ja Kyung tersenyum sinis dan berkata, “Ternyata kau lebih tak bisa diandalkan dari yang kuduga.”


Sementara itu, Yi Ra sedang menunjukkan cincin kawin dengan nama Jung Hye kepada Detektif Choi. Detektif Choi membenarkan dugaan Yi Ra kalau Jung Hye sudah menghapus nama palsunya dan menuliskan nama aslinya di cincin itu, tanpa sepengetahuan Joon Seo.
Flashback..


Joon Seo memesan sepasang cincin kawin dengan ukiran nama dirinya dengan Min Joo, nama palsu Jung Hye.


Deketif Choi yang menenaminya ke toko perhiasan menyebut Joon Seo kekanak-kanakkan, karena itu kekanak-kanakan dan tidak seperti Joon Seo yang biasanya. Joon Seo tersenyum bahagia dan berkata, “Min Joo membuatku seperti ini. Tidak seperti diriku dan kekanak-kanakan.”


Mereka tertawa bersama, lalu Joon Seo menatap cincinnya dengan bahagia.


Detektif Choi meminta Yi Ra merahasiakan hal itu kepada Joon Seo, karena hal itu akan membuatnya semakin sulit. Yi Ra menganggukkan kepalanya dan berkata, “Kenapa Unnie Jung Hye melakukan hal berbahaya begini? Jelas segalanya akan berantakan jika Ketua Tim Jang mengetahuinya.”


Malam harinya di rumah, Yi Ra menceritakan hubungan berbahaya tentang seorang wanita dan pria kepada ibunya. Yi Ra berkata kalau dia menjadi wanitu itu, dia tidak akan bisa mencintai pria itu, walaupun memiliki ketertarikan pada si pria.


Pimp. Jung: “Kenapa kau memberitahuku hal ini sekarang?”
Yi Ra: “Ini hanya berkaitan dengan kasus yang sedang kukerjakan. Bagaimanapun aku memikirkannya, keadaan psikologisnya tampaknya agak aneh. Ibu pasti telah mengalami banyak kasus seperti ini.”
Pimp. Jung: “Ini cerita Jung Hye.”
Yi Ra: “Hah?”
Pimp. Jung: “Apa Jang Joon Seo memberitahumu ini?”


Yi Ra gugup karena ternyata ibunya bisa mengetahui kalau yang di ceritakan adalah tentang Jung Hye. Pimpinan Jung bertanya kenapa Joon Seo memberitahukan hal itu pada Yi Ra. “Apa dia gila? Apa dia, jangan-jangan, berpikir kau menyukai dia?” tanya Pimpinan Jung.


Yi Ra: “Tidak, sungguh tidak.”
Pimp. Jung: “Kalau begitu Yi Ra, apa kau…”
Yi Ra: “Ibu, tidak! Mana mungkin? Kenapa aku akan menyukai pria bodoh yang hanya memikirkan tentang mendiang istrinya? Tidak begitu”


Di kamarnya, Yi Ra memikirkan kenapa dia melakukan hal itu.


Keeseokan harinya, Ki Seo tampak makan bersama istri dan mertuanya. Ki Seo berkata kalau ia ingin agar Tuan Goo sering datang ke Bukcheon untuk pemilihan walikota dalam rangka persiapan pemilihan walikota. Ki Seo ingin jika Tuan Goo mengisi tempat sebagai ayahnya, menggantikan Tuan Jang yang sudah meninggal.


Ja Kyung tersenyum sinis. Tuan Goo berkata kalau sepertinya ia harus menjual namanya. “Mohon berusaha mempertimbangkan untuk Ja Kyung,” kata Ki Seo sambil merangkul Ja Kyung. Ja Kyung langsung menyingkirkan tangan Ki Seo. “Dia adalah kesayanganmu, putrimu satu-satunya.”


Tuan Goo setuju untuk melakukannya. Ki Seo berterima kasih, lalu ia permisi untuk mengangkat ponselnya yang berdering.


Gyu Ho bicara dengan Ki Seo melalui ponsel dan mengatakan kalau orang-orang yang menyerang Ki Seo adalah orang luar.


Ki Seo: “Kau tidak perlu menjelaskan. Cukup beritahu saja nama mereka. Siapa mereka?”
Gyu Ho: “Mantan Presiden Goo Yong Chan…. dan istrimu.”
Ki Seo: “Baiklah.”


Ki Seo lalu duduk kembali dan meminta ayah mertuanya untuk turut serta dalam upacara Beasiswa Jang Sung Joo. Tuan Goo berkata kalau Ja Kyung saja sudah cukup.


Ki Seo: “Tidak, kau harus datang.”
Tuan Goo: “Kenapa?”
Ki Seo: “Jika seorang Presiden yang dulunya Beasiswa Keluarga Jang hadir untuk memberikan beasiswa kepada para siswa, bukankah menurutmu mereka akan bisa memiliki harapan yang besar?”


Tuan Goo mengangguk-anggukkan kepalanya, tapi ia kelihatan menahan kekesalannya. Ja Kyung juga tersenyum sinis atas rencana suaminya itu. Sedangkan Joon Seo tersenyum penuh kemenangan.


Mobil Ki Seo sampai di depan hotel. Ia menyuruh Ja Kyung pulang duluan, karena dia harus menemui seseorang terlebih dahulu. Ki Seo berkata kalau dia berhutang pada orang itu, karena ada kesalahpahaman. Ki Seo bertanya apakah Ja Kyung ingin menyapa orang itu. “Tidak perlu,” kata Ja Kyung tanpa menoleh ke arah Ki Seo.


Ki Seo turun dari mobil dan langsung merangkul Na Na. Ia bahkan melambaikan tangannya pada Ja Kyung.


Ja Kyung melihatnya, lalu meminta supirnya pergi.


Di tempat berbeda, Joon Seo dan Sung Gyun sedang dalam perjalanan untuk menemui Oh Dae Sung dan Kim Sung Woo, dua petugas ambulance yang terakhir kali membantu dalam penjebakan narkoba Kasat Park. Mereka berdua lalu terkejut, karena melihat ada banyak orang di tempat pertemuan mereka.


Di tempat itu sudah ada garis polisi dan mayat Dae Sung dan Sung Woo sedang akan dibawa masuk ke ambulance. Kasat Park juga terlihat baru sampai disana. Ia memeriksa mayatnya. Sung Gyun segera menyembunyikan wajahnya saat Kasat Park melihat ke arah Joon Seo.


Anak buah Kasat Park mengatakan bahwa Dae Sung dan Sung Woo dianggap saling menusuk saat mereka berada dibawah pengaruh obat-oabatan. Kasat Park tersenyum senang sambil masih melihat ke arah Joon Seo. Joon Seo dan Sung Gyun kemudian pergi meninggalkan tempat itu.


Di markas, Tim Joon Seo kesal karena sekarang semua bukti dan saksi menghilang. Detektif Choi mengeluh ditambah lagi tindakan mereka sudah terungkap. Sung Gyun mengusulkan agar mereka memeriksa rumah Kasat Park, lalu menyebut kalau disana ada anggota mereka yang ahli mencuri sambil melihat ke Detektif Goo.


“Kau memintaku menyusup ke rumah Park Tae Jin? Baiklah. Aku akan membuka pintunya, lalu kamu masuk ke dalam karena kau hebat dalam berkelahi,” kata Detektif Goo. “Aku akan berjaga di luar. Kenapa? Karena kau akan keluar sebagai mayat.”


Sung Gyun: “Silakan. Buka saja pintunya dan aku akan masuk.”
Det. Goo: “Kenapa kau membual seperti ini? Jika kau menjadi anggota pasukan bunuh diri, kurasa kau akan dibayar besar.”
Joon Seo: “Lupakan saja. Bahkan jika dia menyembunyikan sesuatu di rumahnya, ia pasti sudah menyingkirkannya sekarang.”


Mereka kemudian dikejutkan dengan kedatangan Detektif Go yang sebelumnya mengatakan kalau ia tidak suka dengan cara kerja Tim Joon Seo. “Aku ingin menjadi Polisi yangs sebenarnya seperti kalian,” kata Detektif Goo.


Detektif Goo lalu memperlihatkan rekaman dari blackbox salah satu mobil dan terlihat seorang detektif mengeluarkan barang bukti narkoba milik Kasat Park lalu menendangnya hingga tersembunyi di kolong mobil.


“Sudah kubilang itu adalah sulap,” kata Detektif Goo lalu menyundul perut Sung Gyun. Detektif Choi mengatakan kalau sekarang mereka sudah tahu bagaimana bukti itu bisa menghilang, dan sekarang harus menemukannya. Joon Seo lalu meminta Detektif Goo untuk membuat tas yang sama dengan tas berisi narkoba itu. “Aku lagi? Apakah aku seseorang seperti mesin cetak 3d yang bisa segera menghasilkan semua yang kulihat?” keluh Detektif Goo.


Esoknya, sebuah tas yang mirip terlihat dibawa oleh Detektif Go ke dalam kantornya. Ia meletakkannya di atas meja. Ia membuka tas itu dan terlihat ada narkoba di dalamnya. Detektif Goo meminta para bawahannya untuk segera menangkap Kasat Park.


Dua orang detektif korup kebingungan, karena Detektid Go bisa menemukan buktinya. Detektif Go memperhatikan gerak-gerik mereka.


Joon Seo dan Sung Gyun tampak sedang mengikuti mobil Kasat Park.


Dua detektif itu membawa sebuah surat dan pergi gudangi. Seorang petugas membukakan pintunya untuk mereka.


Mereka berdua terkejut, karena narkobanya masih ada disana. Tanpa mereka sadari Detektof Go dan Goo sedang merekam aksi mereka.


“Oh, jadi narkoba itu sebenarnya ada disini,” kata Detektif Go mengagetkan dua orang itu. “Wah, kalian pintarm menaruh buktinya di gudang. Kalian menyembunyikannya di tempat yang sangat aman dan baik. Ide siapa ini? Hah?”


Kedua detektif korup tampak pasrah.

1 komentar


EmoticonEmoticon