SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 1 PART 4
Penulis Sinopsis: Cyntia
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com
EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 1 Part 3
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com
EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 1 Part 3
Terlihat seseorang bermantel pink dan sepatu merah tergantung di sebuah pohon. Dan ciri-ciri itu cocok dengan So Yoon.
Adik Jae In datang ke kantor polisi dan membawakan pakaian dalamnya. Jae In rupanya belum pulang ke rumah. Adiknya bilang ia ingin membicarakan sesuatu. “Jangan sekarang. Sampai nanti di rumah,” kata Jae In lalu langsung pergi.
“Besok oppa pulang kan?” tanya adiknya. Jae In lalu memberi tanda oke dengan jarinya. Adiknya tampak kecewa karena ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting.
Jae In pergi ke toko tanaman dan menunjukkan serbuk sari bunga yang ditemukan di sepatu Sang Goo. Pemilik toko mengatakan bahwa itu adalah anemon gunung dan banyak tumbuh di Jeollabuk-do, Bu-an, Jinan, Gunung Jili dan Gunung Hanna.
Do Hoon mengeluarkan peta dan sudah menandai area hilangnya So Yoon. Ia meminta pemilik toko untuk menandai habitat anemon gunung.
Malam harinya, para polisi dikerahkan untuk mencari So Yoon. Kim Dan juga tampak di antara mereka. Terdengar suara peluit dan gonggongan anjing. “Ketemtu!” kata salah satu polisi. Semua orang menuju arah suara.
Kim Dan terlihat sangat shock.
Mayat So Yoon sudah diturunkan.
Jae In bilang So Yoon mati penasaran dan menyedihkan. Ia lalu menutup mata So Yoon dengan tangannya. Do Hoon bertanya apakah Sang Goo yang melakukannya dan Jae In mengangguk yakin. Do Hoon bilang Sang Goo sangat bersih dan khawatir mereka tidak akan menemukan apapun.
Jae In memperhatikan tangan kanan So Yoon yang sudah kaku. Ia meminta agar DNA Sang Goo dibandingkan dengan yang ada di kuku So Yoon.
DI ruang interogasi, seorang polisi melihat ada bekas cakaran di leher Sang Goo. Polisi itu juga mengambil sample air liur Sang Goo.
Dengan suara bergetar ayah So Yoon bertanya apakah mayat yang ditemukan itu adalah putrinya. Kim Dan hanya bisa menunduk dan meminta maaf. “Apa itu So Yoon? Aku tak percaya hingga memastikannya sendiri,” kata pria itu.
Kim Dan melarang, tapi pria itu tetap berlari menuju ambulance dan membuka kainnya. Ia sangat shock dan histeris setelah memastikan bahwa itu benar putrinya. Kim Dan merasa sangat sedih melihatnya.
Jae In berada di ruang kontrol dan masa penahanan Sang Goo hanya tinggal 1 jam 20 menit lagi.
Sang Goo lalu menempelkan kepalanya di kaca dan mengetuknya. “Permisi..Bisa kita bicara? Hal penting” tanya Sang Goo. Jae In menoleh, lalu masuk ke ruang interogasi.
Jae In bilang apa suasana hati Sang Goo berubah karena mayat So Yoon ditemukan. Tapi ternyata Sang Goo hanya minta makanan. Jae In penasaran apa yang direncanakan Sang Goo. Tapi ia meyakinkan dirinya untuk santai saja, karena sebentar lagi hasil tes DNA-nya keluar.
Tim forensik mengambil sample dari kuku So Yoon.
Dan Do Hoon datang kesana membawakan sample air liur Sang Goo.
Sementara itu, Sang Goo makan dengan sangat lahap.
Kim Dan menunggu di lorong dengan cemas. Ketika salah seorang tim forensik keluar, Kim Dan menghampirinya. “Hasilnya sudah keluar?” tanya Kim Dan.
“Han Sang Goo. Benar dia, bukan?” tanya Jae In senang.
“Bukan orang itu,” kata Do Hoon.
“Apa tidak salah?!” tanya Kim Dan memastikan.
“Kau yakin? Cepat periksa ulang. Kalau tidak, kau yang mati keparat!” Jae In membanting teleponnya dan juga berkas-berkas yang ada disana.
Jae In bertambah kesal saat melihat Sang Goo makan dengan tenang dan batas waktunya tinggal 30 menit lagi.
Kim Dan mengingat kembali mimpinya. “Aku ingat... kau mengatakan ini,” batinnya. Ia lalu berlari pergi menuju tempat Sang Goo.
Polisi mengatakan bahwa kasus pembunuhan berantai sudah menyebar dan para reporter sudah tahu. Jae In mengatakan bahwa walau ditemukan serbuk sari di sepatu Sang Goo, tapi tidak ada bukti bahwa dia ada di tempat dan waktu yang sama dengan korban.
“Lalu kau akan membiarkannya pergi?! Lalu apa yang akan kau lakukan?” lempar seorang Polisi sambil melemparkan berkas ke arah pintu dan hampir mengenai Kim Dan yang tiba-tiba datang dan membuka pintu. Dengan napas terengah-engah, Kim Dan berkata kalau dia mencari Chun Jae In. Jae In menoleh.
Kim Dan menyebutkan kata-kata yang ia dengar diucapkan oleh Sang Goon dalam mimpinya. Jae In bertanya apakah Kim Dan mendengarnya sendiri. Kim Dan bilang ia tidak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. “Apa kau punya kekuatan super? Ini kejahatan, bukan fantasi!” kata Jae In kesal.
Kim Dan bilang kasus ini berbeda, tapi Jae In menyuruhnya pergi. Kim Dan memohon agar Jae In mempercayainya, karena sudah 3 orang yang meninggal. Jae In tetap mengusirnya. “Kau sendiri yang bilang. Jangan hanya percaya pada mata. Kau bilang Polisi tidak boleh begitu! Kau sendiri yang bilang begitu!” kata Kim Dan tidak menyerah.
Seorang polisi membuka pintu dan menyuruh Jae In masuk.
Jae In mengembalikan sepatu Sang Goo dan mengizinkannya pergi. Sang Goo memakai sepatunya lalu berkata, “Sampai mati, aku tak akan melupakan Anda. Detektif Chun Jae In.”
Kim Dan memaksa masuk ke ruang interogasi dan Jae In memarahinya. Kim Dan bilang masih ada waktu satu menit.
Kim Dan mencekik dirinya sendiri dan berkata, “Tolong aku, tolong aku.”
“Ssst... Aku.. akan menyelamatkanmu. Aku.. akan menyelamatkanmu,” kata Kim Dan menirukan ucapan Sang Goo saat mencekik So Yoon.
Kim Dan terus melanjutkan ucapan Sang Goo, dan itu membuat kepala Sang Goon bergetar hebat.
Sang Goo lalu membenturkan kepalanya dan memukul-mukul dinding. Kim Dan menarik tubuh Sang Goo dan menyuruhnya mengatakan yang sebenarnya. “Tak akan kukatakan,” kata Sang Goo.
Saat menyentuh lengan Sang Goo, lonceng yang dipakai Kim Dan bereaksi. Kim Dan menutup matanya.
Dalam mimpinya, Kim Dan melihat Sang Goo berjalan keluar dari kantor polisi, lalu pergi ke suatu apartemen. Ia melihat Sang Goo membawa kabel dan kembali melakukan pembunuhan.
Polisi lain datang dan bertanya a pa yang terjadi. Ia bilang Sang Goon boleh pergi. “Jangan lepaskan dia!” kata Kim Dan pada Jae In. Sang Goo lalu berpamitan. “Tidak.. tidak...”
Kim Dan menyusul Sang Goo dan menodongkan pistolnya. Sang Goo lalu mengangkat kedua tangannya. Jae In datang dan menyuruh Kim Dan meletakkan pistolnya. “Jangan lepaskan dia. Dia harus dibunuh atau seseorang akan mati,” kata Kim Dan. Sang Goo berjalan mendekati Kim Dan. “Jangan bergerak! Jangan bergerak!”
Sang Goo meraih pistol Kim Dan dan menurunkannya. Ia berbisik pada Kim Dan, “Kaburlah. Kalau tidak, mereka akan mencarimu, Byeol.”
Kim Dan terkejut, karena Sang Goon mengetahui nama kecilnya. Ia mengingat kembali kenangan buruknya. Ia lalu menatap kepergian Sang Goon dan menodongkan pistolnya lagi, tapi Jae In menghadangnya. Jae In bahkan mengatakan bahwa orang yang terpengaruh emosi pribadi seperti Kim Dan tak memenuhi syarat sebagai Polisi. Ia lalu mendorong Kim Dan.
Jae In meminta Do Hoon untuk menyuruh orang agar terus mengikuti Sang Goon dan melacak lokasinya. Semua orang lalu meninggalkan Kim Dan yang masih terduduk di lantai.
“Orang itu kenapa? Mengganggu sekali” gumam adik Jae In saat melihat seorang pria yang berdiri sendirian di halaman dan menunjuk sesuatu. Adik Jae In lalu duduk di meja belajarnya sambil mendengarkan musik.
Kim Dan berlari dan mencoba memikirkan tempat apa yang ia lihat di mimpinya. “Ah, tempat kerja ayah!” kata Kim Dan.
Adik Jae In melihat keluar dan pria tadi sudah tidak ada. Pria tadi sudah berada di luar pintu apartemen sambil membawa kabel, dan itu adalah Sang Goon. Kepala Sang Goon bergetar lagi.
Jae In berdiri di depan kedai tenda dan berusaha menghubungi adiknya, namun tidak diangkat. “Dia sudah tidur?” gumam Jae In. Ia terus menghubunginya lagi sambil berjalan pulang. Adik Jae In tidak bisa menjawab ponselnya, karena ia sedang merintih kesakitan saat Sang Goon menjerat lehernya.
Jae In masuk kamar adiknya dan menemukan adiknya sudah tergantung. Ia berusaha melepaskan adiknya. “Tunggu.. Tunggu sebentar. Oppa akan menyelamatkanmu. Tahan sebentar.” Mereka berdua lalu jatuh bersama. “So In, buka matamu!”
Jae In sangat terpukul. Ia menggenggam erat kabel yang menjerat adiknya dan mulai menangis histeris. “Seumur hidup aku taat hukum dan aturan. Tapi, kalau saat orang itu ada di depanku dan di tanganku ada pistol pilihan apa yang akan kulakukan? Benar. Dunia yang kutahu sudah hancur.”
Kim Dan sampai di lokasi, namun mobil ambulance sudah ada disana dan beberapa petugas membawa sebuah jasad. Ia juga melihat Jae In ada disana. “Bukan keinginanku, namun aku jadi saksi tragedi yang menimpa orang lain. Namun, aku seorang saksi yang tak dipercayai siapapun.”
= 2 Tahun Kemudian =
Jae In tampak berpenampilan seperti gelandangan. Seorang pedagang disana mengatakan bahwa Jae In adalah perwakilan dari Asosiasi para Tunawisma. Pedagang itu juga bilang jangan lihat tampangnya yang kumal, karena Jae In pernah kuliah.
Di tempat lain, Kim Dan dengan rambut tergerai tampak memakai sarung tangan plastik, lalu mengambil kotoran manusia yang ada di hadapannya. Rekannya bilang sebelum mencuri,pencuri suka buang air besar di rumah korban, karena mitosnya agar tidak mudah ditangkap.
Kim Dan membungkus kotoran itu dan berkata bahwa mereka akn mencari tahu pemiliknya. Ia lalu berlari untuk membawa kotoran itu ke tim forensik.
Seorang pria tampak marah dan menendang barang dagangan yang ada di hadapannya. Rupanya sebelumnya pria itu tersandung barang dagangan hingga ponselnya terjatuh dan ingin meminta ganti rugi. “Siapa yang akan menggantinya?!” tanya pria itu.
“Aku yang akan ganti rugi,” kata Jae In. Melihat penampilan Jae In, tentu saja pria itu tidak percaya. “Sudah kukatakan, aku yang akan bayar ganti ruginya. Tapi kau harus buktikan kalau dia melakukan kesalahan.” Pria tadi menyebut Jae In gembel dan meludah kepadanya. “Yang kau lihat bukanlah semuanya.”
“Suara itu...” gumam Kim Dan yang tidak sengaja lewat masih sambil membawa kotoran.
Orang tadi menyerang Jae In dengan kayu, lalu Kim Dan datang menolongnya.
Narasi Kim Dan: “Wajah yang sangat ingin kulupakan, tapi hari ini kami bertemu lagi. Setelah dua kali musim semi.”
Mbak sya tunggu eps selanjut2nya ya...soalnya penasaran n sya penggemar drama ini n blognya mba jg...hwaigting mbak :) terimakasih sdh bwt sinopsisnya
BalasHapus