3/28/2018

SINOPSIS Grand Prince Episode 2 PART 1

SINOPSIS Grand Prince Episode 2 BAGIAN 1


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 1 Part 4
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 2 Part 2

Hwi menjatuhkan bunga teratai di sungai untuk mengenang Yeon Hee. Dia bertanya gimana kabarnya sekarang. Hwi penasaran. Apakah Yeon Hee masih anak-anak atau udah dewasa? Nggak jauh dari tempat Hwi berdiri, ada seseorang yang sedang menarik busur. Dia mengarahkan anak panahnya ke arah Hwi. Pelan-pelan orang itu mulai menarik panahnya. Hwi mengatakan kalo baru-baru ini ia bahkan nggak bisa membayangkan wajah Yeon Hee lagi dengan jelas. Orang yang lagi memanah itu melepaskan anak panahnya ke arah bunga teratai Hwi. Hwi yang terkejut melihat ke arah si pemanah. Pemanah itu melangkah menghampiri Hwi. Hwi menatapnya dan berkata kalo ia merasa suatu hari orang itu akan benar-benar memanahnya. Orang itu bertanya apa yang Hwi pikirkan begitu dalam? Hwi bahkan nggak menyadari kedatangannya. Hwi menghela nafas. 


Orang itu adalah Kang. Ia bertanya apa Hwi melempar bunga ke kolam seperti anak perempuan? Kenapa? Apa ada sesuatu yang bisa di lihat? Hwi menyuruhnya untuk menyimpan panahnya. Jangan menyia-nyiakan kerja keras si pembuat panah. Kang merangkul Hwi dan mengajaknya berburu bersama hari ini. Hwi mengatakan kalo dia nggak suka berburu. Dia akan berada dalam masalah kalo melewatkan pelajarannya. Kang mengatalan kalo Hwi bisa menggunakan paman sebagai alasannya. Ibu dan ayah pasti nggak akan mengatakan apa-apa. Hwi menghela nafas lalu beranjak. Kang menatapnya sambil tersenyum lalu menyusulnya. 


Para putri di angkat menggunakan tandu. Mereka akan pergi ke istana. Dua putri dari arah yang berbeda  sampai bersamaan. Pelayan mereka membukakan pintu agar mereka bisa keluar. Mereka keluar dan saling memberi hormat. Ja Hyeon sampai nggak lama kemudian. Pelayannya membukakan pintu tapi Ja Hyeon nggak juga keluar. Pelayannya mencoba memanggilnya. Tapi nggak ada jawaban dari Ja Hyeon. Ya terang aja nggak menjawab, Ja Hyeon lagi tidur. Pakai menguap juga. Pelayan Ja Hyeon kesal dan melongok kedalam tandu. Dia menghela nafas melihat nonanya. Dia berusaha membangunkan Ja Hyeon dan ngasih tahu kalo mereka udah sampai. Ja Hyeon bangun dan mau keluar. Tapi belum apa-apa kepalanya udah kepentok pintu. 


Para putri itu dapat pelatihan buat jadi ratu. Dayang nyuruh mereka buat melemaskan bahu dan meluruskan punggung mereka. Harus tampak ringan seperti seolah mereka menginjak cangkang telur. Ia melarang mereka untuk menyeret kaki mereka tapi jangan berjalan terlalu cepat juga. Na Gyeom lolos. Saat gilirannya Ja Hyeon malah jatuh karena kakinya menginjak rok. Sontak dia jadi bahan tertawaan para putri yang lain. Ja Hyeon yang merasa kesakitan hanya bisa mengelus-elus lututnya. Dayang menghampirinya dan bertanya apa dia benar nona Ja Hyeon? Bukan pelayan yang dikirim untuk menggantikannya? Ja Heon tersenyum. Itu sebabnya ia meminta dayang buat membiarkannya. Ja Hyeon bangkit. Ia merasa dayang harus mengajari mereka yang ingin menjadi ratu dan menikahi seorang pangeran. Dayang menghela nafas lalu melihat Na Gyeom. Ia berkata kalo Ja Hyeon harus mengikuti jejaknya. Dia udah bertunangan tapi tetap bekerja keras. Karena Ja Hyeon nggak jadi kandidat, maka ia harus bekerja lebih keras lagi. Apapun itu, Ja Hyeon udah memutuskan nggak ingin menikah. Ja Heon kembali ke barisan. 


Seorang putri mengatakan kalo Ja Hyeon sok polos. Dia udah menghadiri kelas untuk menjadi istri yang layak secara teratur. Seharusnya Ja Hyeon ngak usah darang kalo nggak ingin menikah. Ja Hyeon membalas kalo dia nggak datang maka dia akan di pukuli sampai mati. Putri itu merasa Ja Hyeon hanya alasan. Jujur aja dia hanya ingin selamat, kan? Ja Hyeon tersenyum. Gimana ya, mereka berdua berada di kapal yang sama. Putri itu udah nggak berkutik lagi. Na Gyeom mencoba menghentikan mereka dengan memanggil dayang dan menanyakan pelajaran selanjutnya. 


Dayang menyuruh para putri untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing. Para putri segera beranjak ke tempat mereka semula. Selanjutnya dayang akan melihat posisi duduk dan cara memberi hormat mereka. Ja Hyeon tersenyum dan melarikan diri. Dayang bertanya Ja Hyeon mau kemana? Ia nyurih Ja Hyeon untuk kembali. Ja Hyeon mengatakan kalo dia mau ke kamar mandi  ia meminta dayang untuk melanjutkan pelajarannya, ia akan segera kembali. Dayang hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Ja Hyeon. 


Para pelayan berkumpul di belakang. Ada yang lagi makan dan ada yang lagi bakar-bakar. Ja Hyeon berlari sambil manggil Kkeutdan. Kkeutdan menghalangi Ja Hyeon. Apa dia mau bolos lagi? Nggak boleh. Ja Hyeon akan berada dalam masalah kalo orangtuanya tahu. Ja Hyeon nggak peduli. Dia udah di absen hadir. Ja Hyeo  berhasil melewati Kkeutdan. Kkeutdan hanya bisa menghela nafas dan terpaksa mengikuti nonanya. 


Hwi berjalan bersama dengan Gi Teuk di pasar. Dari arah yang berbeda Ja Hyeon juga berada di pasar yang sama. Ja Hyeon bertanya pada Kkeutdan, mereka pasti memilikinya, kan? Kkeutdan mengiyakan. 


Ja Hyeon sampai di toko yang di tuju. Penjualnya menyapanya ramah lalu memangmbil kotak warna dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Ja Hyeon bertanya padanya barangnya udah datang, kan? Penjual itu mengeluh. Dia udah mengatakannya berkali-kali, setiap Sim Jung Cheong warna biru ada di istana. Nggak mungkin menemukannya di pasar. Ja Hyeon bertanya apa dia buta warna? Ja Hyeon mengambil paksa warna biru yang di sembunyikan penjual di punggungnya. Ja Hyeon memperlihatkannya dan bertanya kalo itu bukan warna biru apa itu merah? Penjual mengatakan kalo pigmen warna itu udah ada yang punya. Ia minta Ja Hyeon memberikan kembali padanya. Ja Hyeon nggak mau. Ia udah menunggu selama berbulan-bulan. Ia harus memilikinya. Penjual mengatakan kalo itu bukan milik Ja Hyeon. Meskipun Ja Hyeon membayar mahal, ia tetap nggak bisa mengambilnya. Penjual itu mau merebutnya tapi Ja Hyeon dan Kkeutdan nggak mau melepaskannya  


Hwi dan Gi Teuk datang dan melihat perebutan antara Ja Hyeon dan penjual. Bubuk warna itu akhirnya terjatuh dan tumpah mengenai pakaian Ja Hyeon. Penjualnya marah pada Ja Hyeon. Itu adalah warna biru tua yang harganya lebih dari 100 yang. 100 yang? Kkeutdan dan Ja Hyeon terkejut. Apa harganya sangat mahal? Penjual mengatakan kalo itu sangat mahal dan hanya di gunakan di istana. Ja Hyeon harus membayarnya kalo ingin memilikinya. Ja Hyeon bertanya penjual itu mau ia membayar 100 yang sekarang? 


Penjual itu bangkit dan menghadap Ja Hyeon. Ia bertanya apa Ja Hyeon ingin menghancurkan usahanya dan langsung pergi gitu aja? Kkeutdan nanya apa yang harus mereka lakukan? Nyonya bahkan nggak tahu kalo mereka datang kesana. Penjual itu menarik Kkeutdan. Kalo Ja Hyeon nggak bisa membayar, maka ia harus meninggalkan pelayannya di sini. Kkeutdan nggak mau dan menghampiri Ja Hyeon. 

22
Hwi yang dari tadi hanya melihat saja kini menghampiri ketiga orang itu. Hwi menarik rok Ja Hyeon. Ja Hyeon panik, apa yang Hwi lakukan? Hwi mengambil warna yang tumpah di rok Ja Hyeon. Ja Hyeon bertanya apa Hwi g*la? Hwi terlihat normal tapi bertindak kayak gini. Penjual itu mengatakan kalo Hwi lah pemilik Shim Jung Cheong itu. 

23
Hwi mengoleskan warna itu di lidahnya. Hwi bertanya pada penjualnya apa itu di impor? Penjual itu memuji Hwi yang memiliki mata yang bagus. Mereka bahkan nggak akan bisa menrmukannya di Joseon. Itu di impor melintasi laut, itulah sebabnya kenapa harganya sangat mahal. Hwi nyuruh Ja Hyeon mendekat. Hwi mendekatkan wajahnya ke wajah Ja Hyeon dan menjulurkan lidahnya. Hwi bertanya warna apa itu? Apa warna lidahnya? Ja Hyeon ragu-ragu menjawab hitam. Hitam? Ja Hyeon mengangguk. 

24
Hwi tersenyum lalu kembali menghadap penjual. Hwi nanya apa itu Shim Jung Cheong yang masuk ke Biro Lukisan? Penjual mengiyakan. Itu nggak di jual secara komersial. Ia sengaja memilihnya untuk Hwi. Tapi pelanggan ini menumpahkan semuanya. 


Hwi menghadap Ja Hyeon dan bilang 1 yang. Ja Heon nggak ngerti. Hwi mengulangi. Dia nyuruh Ja Hyeon membayar satu yang sebagai kompensasi. Penjual memotong dan mengatakan kalo harganya 100 yang. Hwi ngasih tahu, kalo itu asli harganya nggak hanya 100 yang. Kalo itu hanya warna biru biasa yang di campur dengan jelaga, bahkan satu yang terlalu mahal. Ja Hyeon memandang kesal ke penjual karena di bohongi. Penjual menatap Hwi, maksudnya itu palsu? Hwi kesal pada penjual. Beraninya dia memberi Hwi Jung Cheong palsu dan mengelabui pelanggan yang b*doh. Heh? B*doh? Ja Hyeon tersinggung Hwi menyebutnya b*doh. 


Hwi mengamcam apa penjual itu mau di seret ke biro polisi dan dipukuli supaya otaknya waras? Penjual itu langsung berlutut dan meminta maaf. Dia mengaku nggak melakukannya dengan sengaja. Nggak mudah untuk mendapatkan Sim Jung Cheong. Ia hanya menjual Sim Jung Cheong asli... Hwi bilang ke Gi Teuk kalo mereka akan berhenti membeli di tempat ini. Gi Teuk mengiyakan. Hwi nyuruh Gi Teuk untuk menginformasikan kepada Biro Lukisan untuk mengganti prmasok. Tempat ini nggak bisa di percaya. Gi Teuk mengiyakan. Ia mengerti. 


Habis itu Hwi dan Gi Teuk pergi meninggalkan tempat itu. Ja Hyeon juga ikutan pergi. Kkeutdan kesal pada penjual itu. Yang benar aja. Kkeutdan melemparkan satu yang ke penjual itu lalu pergi. Penjual itu nggak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menangis. 


Ja Hyeon menyusul Hwi. Ia berterima kasih. Kalo bukan karena Hwi, ia pasti sudah membayar 100 yang. Hwi tersenyum mengejek. Gimana mungkin seorang pelukis nggak tahu. Ia kebetulan melihat ada penjual yang menipu pelanggan. Ja Hyeon nggak perlu berterima kasih padanya. Hwi berbalik mau pergi. Ja Hyeon bertanya bagaimana Hwi bisa tahu kalo dia adalah seorang pelukis? Hwi berbalik kembali menghadap Ja Hyeon. Ia melihat tangan kiri Ja Hyeon. Tangannya memegang kuas. Ja Hyeon menyembunyikan tangannya ke punggung. Hwi mengatakan kalo itu di warnai dengan aroma Sim Jung Cheong biru. Gimana Hwi nggak tahu? 


Hwi berbalik dan meninggalkan Ja Hyeon. Ja Hyeon memanggilnya lagi dan memintanya untuk minta maaf. Bisa-bisanya Hwi mengangkat rok wanita. Bukankah itu tindakan yang nggak sopan? Hwi harusnya bersyukur karena Ja Hyeon nggak menamparnya. Hwi menghela nafas. Dia menolak permintaan maaf Ja Hyeon. Sebagai gantinya Ja Hyeon bisa melakukan hal yang sama untuknya. Mari berpura-pura nggak terjadi apa-apa hari ini. Hwi berbalik. Ja Hyeon kesal melihat tingkah Hwi. Nggak hanya kasar tapi juga nggak tahu malu. Dan kenapa Hwi bicara banmal padanya. Berapa umurnya? Hwi berbalik lagi. Ja Hyeon kesal. Hwi pikir bisa bicara banmal padanya hanya karena ia seorang wanita? 


Gi Teuk menasehati agar Ja Hyeon nggak ngomong seperti itu. Orang ini... Hwi mengangkat tangannya dan menyuruh Gi Teuk diam. Dia menghampiri Ja Hyeon. Dari apa yang Hwi lihat, sepertinya Ja Hyeon berasal dari keluarga bangsawan. Tapi sepertinya dia bukan dari keluarga yang baik. Ka Hyeon membalas, Hwi juga nggak terlihat seperti seorang bangsawan yang baik. Hwi mengingatkan, Ja Hyeon bisa juga bicara banmal dengannya. Meskipun Ja Hyeon udah melakukannya. Hwi akan mengijinkannya. Ja Hyeon mengaku nggak tahu siapa atau dari mana asal Hwi, tapi ia akan memberinya pelajaran hati ini. Hwi tersenyum mengejek. Apa Ja Hyeon ingin tahu siapa Hwi? 


Gi Teuk menghampiri Hwi.  Ia mencegah Hwi agar nggak mengungkapkan identitasnya. Hwi mengatakan kalo dia...dari keluarga Lee di Gwangwangbang. Kalo ada yang ingin Ja Hyeon katakan, Ja Hyeon bisa menemuinya kapan saja. Hwi mendekatkan wajahnya ke wajah Ja Hyeon. Ia berpesan agar Ja Hyeon jangan melupakan ...wajahnya dan namanya. Ja Hyeon terdiam nggak bisa berkata-kata. Hwi lalu pergi.


Kkeutdan berkomentar kalo Hwi punya wajah tampan tapi nggak ramah. Ja Hyeon menambahkan karena itulah dia nggak ingin menikah. Orang-orang Joseon seperti itu. Kkeutdan mengingatkan kalo Ja Hyeon nggak lebih baik dari dia. Ja Hyeon menatap Kkeutdan. Apa katanya? Kkeutdan langsung berpaling. 


Ja Hyeon mencium tangannya. Dia bertanya pada Kkeutdan, bisakah diaencium baunya? Kkeutdan mencium tangan nonanya tapi dia nggak mencium apa-apa. Situasi ini, yang benar aja. 


Hwi bertanya pada Gi Teuk. Apa semua wanita seperti itu? Gi Teuk mengaku nggak tahu. Dia belum pernah ketemu dengan wanita dari kelas menengah. Hwi mengeluhkan, ia memiliki niat baik tapi diperlakukan sebagai orang mesum. Benar-benar penghinaan. Gi Teuk mengatakan pendapatnya. Dalam situasi sekarang ini, is pikir wanita itu punya alasannya sendiri. Hwi kesal. Ia berhenti berjalan dan menatap Gi Teuk. Ditatap seperti itu membuat Gi Teuk menunduk. Hwi hanya bisa menghela nafas. 

Bersambung...

Komentar :
Aw, ikutan berdebar saat Hwi terus-terusan mendekatkan wajahnya ke wajah Ja Hyeon. Manisnya ^_^
Tapi kenapa dia nggak mau mengakui kalo dia adalah seorang pangeran? Penasaran.
Comments


EmoticonEmoticon