SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 2 PART 1
Penulis Sinopsis: Cyntia
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com
EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 1 Part 4
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com
EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 1 Part 4
Kim Dan menyelamatkan Jae In dengan dramatis dan semua orang bertepuk tangan. Mereka saling mengenali satu sama lain. Jae In lalu meminta dilepaskan. “Aku tak bisa melepaskanmu,” kata Kim dan hampir menangis. “Aku tak bisa melepaskanmu.”
“Aku tahu orang selalu terpesona dengan wajahku, tapi... Kau tak mencium bau sesuatu?” kata Jae In. Kim Dan diam dan masih hampir menangis. “Aku penganut ajaran Plato. Tapi kau bilang tidak mencium sesuatu? Rumus Senyawa NH..”
“Ah, ahjushi itu menginjak kotoran!” kata seorang anak laki-laki. Orang-orang mulai tertawa. Jae In semakin bingung.
“Aku?” tanya Jae In lalu melihat kakinya yang menginjak kotoran. “Aaah..” dia berniat melepaskan kaki dan tubuhnya dari pegangan Kim Dan. Tapi Kim Dan menahannya karena kotoran itu adalah barang bukti.
Jae In mengangkat kakinya.”Aaah....” dia berteriak histeris. “Kotoran, kotoran, kotoran!” Dia berusaha membuang kotoran itu. “Singkirkan, singkirkan!”
Jae In keluar dari Badan Forensik dengan kaki dibungkus plastik. “Maaf, kalau bukti itu hancur maka tak bisa diidentifikasi,” kata Kim Dan merasa bersalah. Jae In bilang tidak perlu minta maaf, karena hal itu memang harus dilakukan. Ia juga bilang kalau ia bukan tipe orang yang mudah mengalami trauma psikologis. (padahal dia trauma banget wkkk)
Kim Dan: “Kau.. keluar dari Kepolisian? Pakaianmu seperti mereka yang tinggal di subway. Kenapa...”
Jae In: “Setelah pemakaman adikku, aku bertugas di Polsek Hwaju. Tapi aku tidak melihatmu.”
Kim Dan: “Ah, aku ada pelatihan.”
Jae In: “Jawabanmu harusnya kudengar 2 tahun lalu. 2 tahun lalu kau mencoba membunuh tersangka pembunuh berantai Han Sang Goo.”
Kim Dan bilang itu karena Sang Goo memang pelakunya dan dia merasa yakin Sang Goo tidak akan pernah berhenti membunuh. “Bohong,” kata Jae In. Kim Dan bilang itu adalah kasus pembunuhan pertamanya, jadi perasaannya banyak terpengaruh oleh korban. “Setengah benar, setengah bohong.”
Jae In bilang dia penasaran karena Kim Dan bisa memprediksi penjahat. Dia bilang hanya ada 2 kemungkinan, apakah Kim Dan akan mengikuti Pelatihan di Bareskrim seperti dirinya atau Kim Dan adalah komplotan pelaku. Kim Dan meminta maaf, karena hanya itu yang bisa dia katakan lalu pamit.
Jae In menghalangi jalannya dan mengganti pertanyaannya, “2 tahun lalu, kenapa kau tidak menembaknya? Kau punya kesempatan bagus sebelum aku menghentikanmu.” Kim Dna bilang ia juga berkali-kali bertanya pada dirinya sendiri kenapa ia tidak melakukan itu dulu. “Sudah kau temukan jawabannya?”
“Karena aku Polisi. Polisi menggunakan pistol untuk melindungi masyarakat. Sejak awal, harusnya pistol itu tidak kubuka. Ya, itu jawaban yang kutemukan. Maafkan aku,” kata Kim Dan. Jae In memujinya dan berkata itulah Polisi dan untuk alasan yang sama dia bukanlah Polisi lagi.
“Apa mungkin kau...” ucapan Kim Dan berhenti, karena Jae In bilang dia sibuk dan harus pergi.
“Do Hoon, hari ini maknae kita sepertinya bertemu sesuatu yang mengagetkan,” kata Choi Sung Ki rekan Kim Dan. Kim Dan lalu bercerita bahwa dia bertemu dengan Jae In. “Apa? Dia masih waras? Setelah kematian adiknya, kabarnya dia gila.” Kim dan terkejut.
Do Hoon bilang bukan itu yang terjadi. Ia bilang dulu ada yang melaporkan keberadaan Han Sang Goo di sekitar subway dan pelacakan menunjukkan posisinya berada di radius 10 km. Kim Dan tertarik.
Kim Dan: “Han Sang Goo ada di sekitar stasiun subway?”
Sung Ki: “Tidak mungkin. Kalau iya, bajingan itu pasti sudah tertangkap.”
Do Hoon: “Di rumahnya pasti dia tidak bisa tidur.”
Sung Ki: “Benar juga, di tempat itu mayat adiknya ditemukan.”
Kim Dan menyesal saat itu DNA Sang Goo tidak teridentifikasi. Sung Ki juga menyesalkannya dan berpikir bahwa DNA yang dikirimkan mungkin saja salah.
Atasan mereka datang dan mengeluh karena kompi mereka belum semuanya berkumpul. Do Hoon bilang yang lain sudah dipanggil dan akan langsung menuju tempat acara. “Benarkah? Ayo pergi,” ajak sang atasan.
Jae In pulang ke tempat tinggalnya saat ini. Ia mendapat telepon yang berkata, “Aku Han Sang Goo, bisa kuambil uangnya?” Teman si penelepon tertawa dan berkata bahwa bukan begitu caranya. Sambungan telepon pun terputus, rupanya mereka hanya ingin mengambil keuntungan saja.
Jae In lalu mencoret nomor ponsel yang menghubunginya tadi. Di dinding sudah banyak catatan nomor ponsel yang dicoret. “Selama menjadi Polisi dan ketika pertama kalinya aku menjadi keluarga korban, aku tahu sesuatu. Di dunia ini banyak yang membuat tragedi orang lain menjadi permainan. Tapi itu tidak masalah. Aku...tak berniat menantang dunia,”
Jae In mengambil sebuah kotak yang ia sampin dengan rapi di dalam lemari. Ia membuka kotak tersebut dan mengambil tali kabel yang digunakan Sang Goo untuk membunuh adiknya. Sang Goo mengelap tali kabel itu.
“Han Sang Goo...Kau harus mati,” kata Jae In.
Kim Dan bertanya siapa yang mati karena Polisi yang libur pun dikerahkan. “Putri semata wayang Grup Songha. Oh, yang keluar dari mobil itu ,” kata Sung Ki.
Para reporter mengerumi Tuan Baek dan bertanya apakah dia mengakui kematian putrinya. Tuan Baek tidak mengatakan apa-apa dan langsung masuk ke dalam gedung.
Kim Dan baru ingat bahwa mayat putri Grup Songha belum ditemukan sejak beberapa bulan lalu. Do Hoon menyenggolnya dan melarangnya membicarakan mayat, karena keluarga korban sangat sensitif. Ia juga bilang bahwa itu bukan acara pemakaman, melainkan upacara peringatan.
Pastor Wang ada disana! Dia menyambut kedatangan Tuan Baek dan Nyonya Baek.
Jaksa Kook Han Joo juga ada disana dan menyambut kedatangan mereka. Jaksa Kook dulu juga menghadiri acara donasi yang diadakan oleh gereja Kim Dan. Jadi ada kemungkinan dia dan Pastor Wang bekerja sama.
Sung Ki berdoa agar ia nanti dilahirkan kembali dalam keluarga chaebol. Ia tidak keberatan jika dilahirkan dari ibu yang merupakan wanita simpanan lagi, tapi ia ingin berasal dari keluarga kaya raya.
“Dia seperti malaikat,” puji Kim Dan ketika melihat foto korban, Baek Ah Hyun. Do Hyun bilang karena Ah Hyun adalah putri keluarga chaebol, maka hanya hal baik yang tersebar. “Kabarnya dia dibunuh oleh tunangannya,” bisik Kim Dan. Sung Ki bilang jika ia yang jadi korban, maka ia pasti mati penasaran.
Beberapa pengemudi mobil tampak ketakutan ketika melihat gadis dengan gaun berlumuran darah berjalan sempoyongan di tengah jalan. Seorang wanita berinisiatif untuk menghubungi Polisi.
Sementara itu, seorang gelandangan pria sedang bercerita tentang hantu kepada gelandangan lainnya. Semua orang ketakutan kecuali Jae In. Ia santai saja sambil membaca buku.
“Ya ampun, mengerikan sekali,” kata seorang gelandangan wanita smabil bersandar di bahu Jae In. “Bocah tampan, apa kau tidak takut?” Jae In bilang dia adalah orang yang percaya ilmu pengetahuan. Gelandangan pria terus melanjutkan ceritanya, kemudian mereka semua mendengar suara aneh.
Jae In bilang mereka harusnya membicarakan masalah kehidupan saja, seperti atmosfer atau efek rumah kaca. Tiba-tiba para gelandangan terkejut ketakutan ketika melihat sesuatu di belakang Jae In. Jae In tidak mau menengok ke belakang, karena tidak mau dibodohi mereka.
Jae In akhirnya menengok ke belakang dan melihat wanita yang bajunya berlumuran darah tadi. “Hwaaa...! Aku kaget sekali! Jantungku hampir copot!” Ia bersembunyi di pelukan gelandanganpria. Tapi kemudian dia menyadari sesuatu, “Jangan-jangan wanita itu...”
Sambil memperlihatkan rekaman Ah Hyun yang sedang melakukan kegiatan sosial, Tuan BAek mengatakan bahwa putrinya selalu diajarkan untuk berbagi dan berbuat baik. Dia bilang putrinya sudah 128 hari meninggalkan dunia ini.
Pastor Wang dan Nyonya Baek tampak menonton rekaman itu.
Jaksa Kook duduk di barisan depan dan memperlihatkan ekspresi kesedihan. Setelah Tuan Baek menyampaikan sambutannya, Pastor Wang lalu naik ke atas mimbar dan menyampaikan sambutannya juga.
Kim Dan yang sama sekali tidak mengenali Pastor Wang sama sekali ikut merasa sedih. Ia melihat seorang pria yang tertawa kecil. Ia bertanya siapa pria itu. “Jaksa yang menangani kasus ini,” kata Do Hoon.
“Jaksa yang menangani kasus ini malah tertawa?” tanya Kim Dan heran. Sung Ki menyuruhnya berhenti bicara karena suaranya bisa saja terdengar. Jaksa itu sekilas menoleh ke arah Kim Dan, lalu melihat ke panggung lagi.
Pastor Wang mengajak semua orang berdoa untuk Ah Hyun. Tapi tiba-tiba ponsel Kim Dan berbunyi dan ia terburu-buru mengeluarkannya dari dalam kantong.
Sung Ki menyuruhnya mematikan ponselnya, tapi ponselnya malah terjatuh. Kim Dan ingin menjawab ponselnya, tapi kemudian ia melihat gadis dengan darah di gaunnya tadi. Gadis itu berjalan dengan gemetar dan terisak. Tidak ada seorang pun yang menyadari kehadirannya, karena mereka sedang fokus berdoa. Kim Dan lalu menghampirinya.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Kim Dan. Gadis itu mengucapkan ‘penipu’ dengan suara pelan di telinga Kim Dan. “Apa?”
Tiba-tiba gadis itu berteriak, “Selamatkan kami! Selamatkan kami dari kejahatan!” Semua orang langsung menoleh ke arahnya. “Tertipu saat dalam kepanikan!” Kemudian seseorang mengenali bahwa gadis itu adalah Baek Ah Hyun.
Gadis itu lalu pingsan. Tuan Baek langsung berlari ke arah putrinya.
Pastor Wang dan jaksa yang menangani kasus Ah Hyun tampak sangat terkejut.
“Agassi, agassi sadarlah.” “Ah Hyun! Baek Ah Hyun!” “Cepat hubungi ambulance!” Beberapa orang lain mulai pergi meninggalkan ruangan.
Kim Dan tidak sengaja terdorong dan terjatuh. Ia melihat salib dan terlintas sedikit kenangan masa kecilnya yang buruk yang selama ini dilupakannya.
Saat itu, Pastor Wang melakukan pengusiran roh jahat padanya. Sayangnya sekarang ia belum mengingat wajah Pastor Wang.