4/09/2018

SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 4 PART 1


Penulis Sinopsis: Cyntia
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Children of a Lesser God Episode 3 Part 4
Kim Dan mengatakan bahwa So In berusaha menyampaikan pesan untuk Jae In tepat sebelum kematiannya. Ketua tim menyuruh mereka menyingkir. Jae In marah, karena ia sudah meminta agar tidak menembak, apalagi Sang Goo tidak menarik pelatuk pistol yang dipegangnya.


Ketua tim menyebut Jae In seperti pengemis yang berani menantang. Ia lalu mengambil pistol yang tadi direbut Sang Goo menembakkannya ke udara dua kali, lalu meletakkannya kembali ke tangan Sang Goo. “Kau merekayasa TKP!” kata Jae In marah.


Semua orang berusaha melerai, ketika akhirnya mereka berkelahi. Ketua tim akhirnya pergi dan meminta bawahannya untuk mengurus Sang Goo dan Jae In.


Kim Dan sedang menggambar di buku catatannya, ketika Jae In menghampirinya dan bertanya apa yang ingin Kim Dan katakan sebelumnya. “Kelinci.. Tidak juga... Seperti bebek.. Yang pasti seperti binatang,” gumam Kim Dan.


Saat sedang sekarat karena lehernya dijerat oleh Sang Goo, So In berusaha meraih sebuah buku. “Lihat baik-baik, Oppa. Sisi yang sebenarnya,” pesan So In dalam hatinya.


“Apa ini?” tanya Jae In sambil menunjukkan gambar di ponselnya. Kim Dan mengiyakan dan menanyakan apa itu. “Gambar ilusi Kelinci Bebek-nya Ludwig Wittgenstein. Kalau pikiranmu seperti anak kecil, kau tidak bisa melihat bebeknya. Orang kerap tertipu oleh kesan pertama. Seperti halnya aku.”


Jae In bertanya lagi apakah Kim Dan benar-benar melihat gambar itu. Kim Dan mengangguk yakin.


Jae In kembali lagi ke apartemennya setelah 2 tahun. Akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk. Kim Dan melepaskan stiker-stiker iklan yang ada di pintu, lalu ikut masuk.


Seol Ok melihat foto keluarga Jae In dan melihat ayah Jae In yang juga Polisi. Jae In bilang orang tuanya sudah lama meninggal. Kim Dan berusaha menalihkan pembicaraan dan mengeluhkan tempat itu yang sangat berdebu.


Kim Dan merasa aneh karena Jae In sama sekali tidak pernah menengok apartemennya dan menanyakan pembayaran sewanya. Ia hampir tidak percaya ketika Jae In mengatakan bahwa apartemen itu adalah miliknya sendiri, karena properti di tengah Seoul itu sangat mahal.


Saat berada di depan kamar adiknya, kenangan buruk tentang kematian adiknya kembali terbayang. Matanya mulai berkaca-kaca dan tidak berani menyentuh handle pintunya. Tapi Kim Dan malah meributkan colokan listrik yang masih terpasang, padahal Jae In meninggalkannya untuk waktu yang lama. Jae In meminta Kim Dan agar berempati padanya.


“Asuransi. Tagihan properti. Tagihan gas,” kata Kim Dan saat membaca amplop surat dan melemparkannya satu per satu. “Ini. Kesederhanaanlah yang disebut kenyataan. Sekarang, jangan ingat kembali kenangan itu.”


Jae In akhirnya masuk ke kamar So In dan mulai mencari hadiah ulang tahun yang pernah ia berikan kepada So In dulu.


Jae In memberikan pena perekam dan sebuah buku. Tepat di bab kelinci bebek, ada tulisan ‘Selamat ulang tahun. Cewek jelek, sepertinya kau bisa berumur panjang tanpa penyakit’.


So In ingin memukul dan Jae In menggunakan kamera sebagai penghalangnya. “Dari sudut pandang yang lain, kebenaran bisa berubah drastis. Kuharap kau bisa menjadi reporter yang bisa melihat semuanya,” kata Jae In.


“Sejak itu, dia selalu membawa buku itu,” kata Jae In. “Buku itu dan buku pedoman jurnalistik.” Kim Dan bertanya kenapa Sang Goo mengambilnya. “Bukan Han Sang Goo. Orang di belakang Han Sang Goo. Tapi, kenapa dia mengambil bukunya So In? Bisa kau menolongku? Aku akan pergi ke tempat lain.”


Jae In kemudian pergi ke kantor lama So In dan menanyakan kepada rekan yang duduk di sebelahnya dulu. Reporter itu mengatakan bahwa sudah lama sekali, jadi ia tidak ingat. Tapi kemudian dia ingat bahwa So In sedang mencari seseorang.


So In menanyakan bagaimana caranya menemukan anak yang hilang 22 tahun lalu. Rekannya bertanya apakah So In yakin kalau anak itu masih hidup. “Aku akan menemukannya mesikpun hidup atau mati. Mungkin... anak ini adalah kotak pandora,” kata So In.


“Kotak pandora? Siapa anak itu?” kata Jae In bingung. Rekan So In bilang yang dicari So In adalah anak berambut panjang dan saat itu sepertinya So In akan tugas keluar kota. “Kemana?” tanya Jae In.


Kim Dan datang ke ruang pengawas Kantor Polisi dan minta diperlihatkan rekaman saat pemindahan Sang Goo dari sel-nya ke Kantor Kejaksaan.


“Dia tahu betul letak kamera CCTV,” kata Kim Dan dalam hati. Ia lalu menghentikan rekamannya dan melihat Sang Goo menyimpan sesuatu di mulutnya.


Sung Ki dan rekan-rekannya sedang sibuk menyiapkan ruang konferensi tentang Sang Goo yang akan dimulai 30 menit lagi.


Jae In berusaha mencari keterkaitan antara anak yang dicari So In, buku Pedoman Jurnalistik yang hilang, Sekarang ia sudah sadar bahwa Sang Goo hanyalah alat yang sengaja dibunuh karena dikhawatirkan akan membuka mulutnya. “Siapa kau?” gumam Jae In sambil menuliskan kata ‘Popeye’.


“Kau harus lihat ini,” kata Kim Dan sambil menunjukkan sebuah flashdisk.


Jae In melihat rekaman CCTV-nya sedangkan Kim Dan menerima telepon dari Sung Ki yang menanyakan keberadaannya. Kim Dan terkejut ketika Sung Ki memberitahu bahwa akan diadakna konferensi atas penutupan kasus Sang Goo dan Ah Hyun sudah dibebaskan. “Han Sang Goo dijadikan kambing hitam,” kata Jae In lalu terburu-buru pergi.


Lima menit sebelum konferensi dimulai, Jae In datang dan menghalangi Kepala. Ia melarang penutupan kasus Sang Goo dan menganggap janggal kasus itu karena Sang Goo bisa membuka borgolnya.


“Itu kunci borgolnya,” kata Jae In sambil menunjuk mulut Sang Goo di layar. Ia yakin Sang Goo mendapatkannya dari orang dalam, yaitu Polisi sendiri. Kepala tidak terima dengan tuduhan itu dan Ketua tim bilang bisa saja itu bukan kunci yang sebenarnya, bahkan menyindir Jae In yang berani masuk ke ruang interogasi padahal sudah bukan Polisi lagi..


Kim Dan lalu bertanya kenapa Ah Hyun dibebaskan, padahal korban mahasiswi itu belum sadar. Ketua Tim menyebut Kim Dan sebagai bocah yang selalu berada di belakang Jae In, lalu menyalakan berita.


Do Hoon memberitahu Kim Dan bahwa korban, Choi Eun Yoo, sudah sadar 2 jam lalu.


“Han Sang Goo menikamku,” kata Eun Yoo saat memberikan kesaksiannya. Kim Dan sangat terkejut Jae In tahu betul bahwa Eun Yoo berbohong.


Jae In bilang ia sudah memastikan dengan menganalisis bekas darahnya. Ketua Tim menyebutnya sebagai permainan Detektif Conan dan Kejaksaan menolak analisis itu. “Siapa? Polisi menargetkan siapa? Sepertinya aku tahu, setidaknya 2 orang itu ada disini,” kata Jae In sambil menatap tajam pada Kepala dan Ketua Tim. Ia lalu pergi.


Kepala memulai konferensinya dan menyatakan bahwa Polisi menembak Sang Goo demi keselamatan warga. Ia kemudian menutup kasusnya secara resmi.


Eun Yoo yang juga menyaksikan berita itu, mematikan TV-nya. Disana ada seorang pria berjas yang memberikan parsel buah untuknya.


Pria: “Biaya hidup dan uang semester sudah ditransfer ke rekening Anda. Bantuan pada Anda akan dilanjutkan setelah wisuda. Anda bisa bekerja di rumah sakit kami.”
Eun Yoo: “Setelah lulus, aku ingin mandiri. Tolong sampaikan itu padanya.”
Pria: “Baik.”


“Putri kaya itu benar-benar memiliki kekuasaan luar biasa, hingga bisa membuat orang terluka seperti ini,’ kata Eun Yoo sambil melihat lukanya. “Baginya mudah sekali. Wanita jahat.”
Comments


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)