4/04/2018

SINOPSIS Grand Prince Episode 3 PART 2

SINOPSIS Grand Prince Episode 3 BAGIAN 2


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 3 Part 1
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 3 Part 3

Kkeutdan sedang bersantai di kamar Ja Hyeon. Dia memakai pakaian Ja Hyeon dan berpura-pura sebagai Ja Hyeon. Apa nggak ada orang disana? Cepat bawakan kudapan! Lapar, nih. Kkeutdan bangkit dan mengambil sepiring makanan. Dia meletakkan piring itu sambil bilang, ini kudapan anda. Apa anda butuh sesuatu yang lain? Kkeutdan lalu pindah lagi ke tempat tudur. Ya, cobalah memijat pundaknya. Kkeutdan memijat lengannya sendiri. Ah, bukan sebelah sana. Kkeutdan lalu memijat lengan kanannya. Habis itu dia mengambil makanan dan memakannya. 


Tiba-tiba ibu membuka pintu. Kkeutdan terkejut. Dia sampai tersedak. Kkeutdan langsyng bersujud meminta ampunan. Ibu marah dan memukul Kkeutdan. Dasar j*lang, mereka hampir nggak bisa menahan Ja Hyeon untuk pergi tapi Kkeutdan malah membantunya dengan menggantikannya. Dia ingin diusir, ya? Ja Hyeon berusaha menghalangi. Ibu yang marah banget nanya apa Kkeutdan ingin dijual ke pulau yang jauh? 


Ja Hyeon ikutan berlutut. Dialah yang nyuruh Kkeutdan. Dia yang memaksanya melepas bajunya. Ibu meledek, memaksanya untuk melakukan apa? Tertawa dan berpura-pura menjadi nyonya? Ibu mengaku mendengar semuanya dari luar. Kkeutdan berjanji nggak akan pernah melakukannya lagi. Ja Hyeon juga ikut memohon agar Kkeutdan diampuni. Ibu mengatakan kalo sepertinya ada kudis yang akan tumbuh di telinganya. Bukan cuma sekali atau dua kali ibu mendengarnya dari mulut Kkeutdan. Ja Hyeon mengakui kalo itu semua adalah salahnya. Kkeutdan hanya melakukan apa yang ia suruh. Ibu bilang mereka nggak punya pilihan lain. Meskipun dia nggak beruntung dengan majikan yang buruk, ibu nggak punya pilihan lain selain mengirimnya pergi. 


Keduanya terkejut. Yang satu manggil nyonya dan yang satu manggil ibu. Ibu merasa nggak mungkin mengusir putrinya sendiri, kan? Keduanya panik akan dipisahkan. Mereka saling memeluk dan menangis. Ibu nyuruh pelayannya untuk membawanya pergi. Kkeutdan nggak mau dan pegangan ke meja. Kkeutdan di seret keluar. Ja Hyeon menangis. Dialah yang bersalah  


Kkeutdan di lempar ke luar. Ja Hyeon menghampirinya dan membantunya. Ibu nyuruh pelayannya untuk mengirim Kkeutdan ke makelar. Berapapun harganya. Kalo nggak ada yang menginginkannya, segera jual dia. Kkeutdan dan Ja Hyeon terkejut dengan keputusan ibu. Kkeutdan meminta maaf. Dia mengakui sudah membuat kesalahan. Ia minta diampuni. Tolong agar dia nggak diusir. 


Deuk Sik pulang dan bertanya-tanya kenapa Kkeutdan dihukum? 


Ja Hyeon mengatakan kalo ibu ingin menghukum, hukum aja dia. Dia bahkan rela kelaparan. Ibu nyuruh Kkeutdan untuk melepaskan pakaian itu. Ja Hyeon melarang. Ibu nggak bisa melakukan itu. Ibu mengatakan kalo Ja Hyeon nggak punya pelayan, dia nggak akan pernah berani melakukan itu. Itu semua karena Kkeutdan membantunya. Ibu ingin agar mereka berdua berpisah. 


Ja Hyeon bangkit. Kalo gitu dia akan pergi juga. Ibu terkejut. Apa? Ja Hyeon mengulangi, kalo ibu mengusir Kkeutdan, ia akan menggunduli kepalanya dan pergi ke pegunungan untuk menjadi biksu. Ibu menatapnya. Apa Ja Hyeon mengancam ibunya? Ja Hyeon menantang, apa ibu pikir dia nggak bisa? 


Deuk Sik mendekat. Ia menyampaikan ke ibu kalo ini bukan waktunya melakukan ini. Ibu bilang enggak. Kali ini ibu harus mrmberi mereka pelajaran. Deuk Sik memberitahu kalo pangeran akan datang ke rumah mereka. Ibu bertanya, apa? Pangeran? Kenapa? Dimana? Deuk Sik memperjelas kalo pangeran Jinyang (Kang) memberi mereka kehormatan untuk mengadakan perayaan di rumah mereka. Ibu terkejut mendengarnya. Deuk Sik mengatakan kalo ini kesempatan emas baginya karena keluar dari pertandingan. Pangeran Jinyang nyuruh mereka mengamankan lokasi, dan pangeran Jinyang yang akan menyiapkan semua makanan dan hal-hal penting lainnya. Tapi gimana bisa mereka menemuinya dengan tangan kosong? 


Deuk Sik menepuk tangan Ja Hyeon. Ibu mengatakan kalo ini bukan kehormatan tapi seperti tersambar petir. Ibu lalu turun dan bertanya pada pelayannya. Apa yang mereka punya di dapur? Ah, enggak. Ibu nyuruh pelayan buat membuka gudang. Ibu pergi ke gudang dengan diikuti oleh semua pelayannya. 


Ja Hyeon menolong Kkeutdan untuk bangkit. Apa dia nggak papa? Mana yang sakit? Kkeutdan menggeleng. Dia hanya bisa menangis. Deuk Sik berdehem. Ia meminta mereka agar jangan khawatir. Ia akan pastikan kalo hal ini nggak akan terjadi lagi. Ja Hyeon menatap kakaknya. Deuk Sik nyuruh Ja Hyeon untuk membawa masuk Kkeutdan dan kasih dia obat atau apa ajalah. Ja Hyeon malah nanya apa Deuk Sik mengenalnya? Deuk Sik nggak ngerti maksudnya. Ja Hyeon melanjutkan, kalo aja oraboeni menutup mata sekali aja, semua ini nggak akan terjadi. Deuk Sik marah. Apa Ja Hyeon sungguh nggak sadar apa yang baru saja ia lakukan? Ja Hyeon menyalahkannya? Ja Hyeon nanya kenapa kakaknya nggak bisa memaafkannya sekali aja. 


Deuk Sik membuka pakaiannya dan memperlihatkan luka di bahunya ke Ja Hyeon. Karena Ja Hyeon dia nggak bisa ikut bertanding dan berakhir seperti itu. Dia bisa aja dibunuh oleh pangeran Jinyang. Ja Hyeon terkejut dan bangkit. Apa Deuk Sik baik-baik aja? Bukankah sebaiknya dia menemui tabib? Bisa-bisanya pangeran mencambuk seseorang seperti itu. Deuk Sik mengatakan kalo Ja Hyeon mengganggunya sekali lagi, bukan Kkeutdan yang akan diusir tapi Ja Hyeon. Jadi diam aja di kamarnya seolah-olah dia udah mati. Berhentilah membuat malu keluarga. Deuk Sik pergi meninggalkan Ja Hyeon. Ja Hyeon memanggil kakaknya dan merasa bersalah. 


Ibu berjalan ke gudang bersama dengan kelima pelayannya. Ibu bertanya pada mereka, seperti apa dia tadi? Apa dia menakutkan seperti harimau betina? Pelayan ibu menyampaikan kalo mereka ketakutan. Ia benar-benar berpikir kalo Kkeutdan akan dijual. Ibu mengatakan kalo dia bertindak dan memarahinya, orang-orang dirumah ini pasti sudah memberi banyak masalah kepada Ja Hyeon. Pelaa  ibu memujinya yang benar-benar perhatian. Ibu bertanya-tanya haruskah dia merubah sifatnya? Dari orang yang lembut menjadi orang yang kasar? Seperti harimau betina. Pelayan bilang lupain aja. Seperti biasanya aja. Ibu berhenti dan menatap pelayannya. Gitu, ya? Itu sungguh nggak cocok untuknya, kan? Pelayan ibu mengangguk mengiyakan. Ibu lalu melanjutkan langkahnya. 


Pelayan ibu membukakan pintu gudang untuk ibu  ibu masuk dan ngasih tahu pelayan untuk menggunakan nasi yang terbaik. Ini dan ini. Pertama masak nasi. Suruh seseorang ke toko daging untuk membeli daging sapi dan babi. Pelayan mengangguk. Ibu melanjutkan agar mereka menangkap tiga atau empat ekor ayam besar dari kandang ayam. Lalu buka gudang minuman. Ia harus melihat mana yang cukup layak untuk diletakkan diatas meja. Pelayan mengiyakan dan keluar. 


Ibu masuk ke gudang minuman. Ibu bilang lagi, karena mereka harus melakukannya dengan cepat, nggak akan selesai hanya dengan mereka. Ibu nyuruh pelayannya buat nanya ke tetangga, apakah mereka memiliki pelayan yang pandai memasak. Pelayan ibu mengiyakan dan nyuruh pelayan yang lain untuk pergi mencari. 


Kang dan paman sedang berendam air mawar. Seorang pelayan menuangkan minuman buat mereka. Anak buah Kang datang membawa beberapa giseng. Kang dan paman meminum minuman mereka sembari melihat para gisaeng itu memperkenalkan diri. Gisaeng pertama bernama Cho Ee. Kang menggeleng. Lanjut ke gisaeng yang kedua. Ia bernama Nae Yang. Dia berputar dengan anggunnya. Kang menatap paman dan sekarang giliran paman yang menggeleng. Gisaeng yang ketiga pun maju. Namanya Weol Hwa. Kang nggak menggeleng tapi juga nggak mengangguk. Dia hanya menghela nafas. 


Anak buah Kang mengerti. Ia keluar membawa ketiga gisaeng itu. Kang menyampaikan ke paman kalo menteri Kim Chu membuat kesepakatan besar tentang memilih istri raja. Paman me.balas dalam situasi ini, perintah untuk memilih seorang ratu telah dibuat dan keributan telah terjadi. Keluarga kerajaan akan merasakan banyak tekanan. Kang mengatakan karena putri mereka adalah selir. Mereka mengejar gelar ratu. Sejak selir itu hamil, ibunya merawatnya. Paman nanya gimana dengan itu? Nggak ada yang bisa melahirkan putera raja. Ratu dan selir bisa hamil tapi nggak bisa melahirkan. Itulah takdir mereka. Ini adalah kesempatan Kang. Nggak ada ratu dan nggak ada ahli waris. Kang lalu mengatakan kalo paman membuat takdir wanita seperti itu. Dia sudah membentuk opini publik dari menteri pengadilan. Nggak lama lagi keputusan akan dibuat. Paman mengangguk dan tersenyum. Kang menatapnya dan tertawa. 


Anak buah Kang datang lagi dan membawa 3 gisaeng yang lain. Paman dan Kang melihat mereka. Gisaeng yang pertama maju. Dia memberi hormat pada paman dan Kang. Dia adalah Cho Yoo Kyung. Kang tersenyum menatapnya. 


Hwi mengelus kudanya yang kini sudah diperban. Gi Teuk menghampirinya. Bukankah seharusnya mereka mencari tahu kebenaran tentang siapa yang ada dibalik ini semua? Kang mengatakan kalo dia seseorang yang menginginkan agar tim biru kalah. Atau seseorang yang ingin dia terluka. Gi Teuk menghela nafas. Makanya itu. Hwi nanya menurut Gi Teuk siapa itu? Kalo dia ingin Hwi kalah, maka dia pemain tim lawan. Jika dia ingin Hwi terluka, maka dia seseorang yang membencinya. Kalo mereka mengetahuinya, itu hanya akan menimbulkan keributan. Gi Teuk memanggil Hwi. Hwi memberitahu, setelah pemakaman kerajaan, keluarga bangsawan tampak khawatir. Hwi nggak ingin menimbulkan masalah lagi. Gi Teuk mengeluh. Setiap kali hal buruk terjadi pada Hwi, ia pasti menghiraukannya. Hwi nanya menurut Gi Teuk apa tugas pangeran? Gi Teuk nanya apa? Hwi memberitahu. Keluarga kerajaan ini dibentuk melalui pertumpahan darah dan masalah. Saat raja ingin menjadi pemimpin yang baik, apa yang menurut Gi Teuk harus dilakukan? Gi Teuk terdiam. Hwi melanjutkan. Agar raja bisa mewujudkannya, tugas Hwi adalah menawarkan perdamaian dan keharmonisan keluarga kerajaan. Gi Teuk nanya gimana dengan Hwi? Apa Hwi nggak punya mimpi yang lain? Apa itu yang Hwi inginkan? Hwi menghela nafas dan mengelus kudanya. Ia minta maaf untuk hal ini. Hewan yang nggak bisa bicara ini menderita karena tindakan jahat manusia. Gi Teuk mengaku lebih mencemaskan Hwu ketimbang kuda itu. Hwu nggak menghiraykan Gi Teuk dan asik dengan kudanya.


Kang ingat kalo Yoo Kyung adalah gisaeng yang melempar bola hari ini. Yoo Kyung mengatakan kalo suatu kehormatan kalo Kang sudah mengetahuinya. Kang bertanya apa Yoo Kyung tahu siapa yang menangkap bola? Yoo Kyung menyampaikan kalo dia adik Kang, pangeran Eunseong. Kang mengatakan kalo Hwi kecewa setelah kalah hari ini. Bisa nggak Yoo Kyung menghiburnya. Yoo Kyung bertanya itukah yang Kang inginkan? Kang ngasih tahu kalo Hwi belum tahu banyak tentang wanita. Kalo Yoo Kyung bisa membuatnya menjadi pria, maka Kang akan memberinya hadiah besar. Yoo Kyung mengatakan kalo dia masih pemula yang sedang berlatih menjadi pemain musik. Ia nggak seperti gisaeng rendahan yang akan melakukan apapun. 


Paman berujar kalo gisaeng yang membuat para pria hidung belang rela menjual harta mereka. Apa itu Yoo Kyung? Kang mengatakan ke paman kalo dia dengar  dia sombong dan angkuh. Paman mengatakan Kang seharusnya bertemu banyak wanita cantik untuk meredam kesombongan mereka. Kenapa memberikannya pada Hwi? Kang harus memilikinya terlebih dahulu. 



Yoo Kyung tersenyum. Ia akan membuat pilihan. Ia akan melihat mana dari dua pangeran yang bisa memenangkan hatinya. Paman tertawa, apa katanya? Kang jyga ikutan tertawa. Ia lalu melempar mangkuk minumnya sehingga mengenai pipi Yoo Kyung membuat pipinya sedikit tergores. Gisaeng yang lain terkejut dan berteriak. 


Yoo Kyung meraba pipinya. Kang bertanya apa Yoo Kyung terlalu yakin kalo kecantikannya lebih dari siapapun dan bermain-main. Alih-alih menginginkannya, bawalah adik laki-lakinya. Jika Yoo Kyung gagal, maka semua kabar tentangnya yang dikatakan oleh orang-orang itu akan menjadi palsu. 


Kang mengangguk pada anak buahnya. Anak buah itu mengerti dan hendak menaril Yoo Kyung pergi. Yoo Kyung nggak mau. Dua gisaeng yang lain pergi. Yoo Kyung mengambil mangkuk Kang tadi dan mengisinya dengan minuman. Yoo Kyung meneguk minuman itu. Habis itu Yoo Kyung masuk ke dalam bak mandi Kang (mohon maaf, untuk adegan ini harus aku potong sampai disini. Sekali lagi mohon maaf). 


Yoo Kyung akan melihat Kang ada di pesta. Habis itu Yoo Kyung berjalan meninggalkan tempat berendam Kang dan paman. Paman memuji Yoo Kyung yang sangat luar biasa. Kenapa Kang nggak memilikinya? Kenapa memberikannya pada adiknya? Kang menjawab, dengan kecantikan dan kepribadiannya, sayang sekali kalo hanya dijadikan sebagai gundik. Lalu? Kang melanjutkan, alih-alih membuatnya menjadi wanitanya, ia alan membuat Yoo Kyung berada di pihaknya. Paman menghela nafas. Kalo Yoo Kyung berada di pihak Kang,... Kang memberitahu dalam teknik yang digunakan untuk berperang, nggak ada teknik yang lebih baik daripada madu. Jika Cho Yoo Kyung, bukankah menurut paman dia adalah senjata terbaik untuk perangkap madu? Paman menasehati kalo Kang ingin mencapai hal-hal besar, ia membutuhkan banyak orang. Seseorang adalah senjata. Paman tersenyum. 


Paman dan Kang sudah kembali berpakaian dibantu sama pelayan. Paman bertanya, pesta dilakukan di rumah skretaris kerajaan bukan? Kang mengatakan sekretaris kerajaan Seong nggak gampang mengungkapkan pikirannya. Sulit untuk mengetahui apakah dia dipihalnya atau enggak. Paman ingat bukannya anaknya di tim merah seperti Kang? 


Kang tersenyum menatap paman. Dia memberitahu kalo dia juga punya anak perempuan. Jika calon istrinya seseorang dari keluarga Yoon yang nggak memiliki ayah, berasal dari keluarga itu, dia akan berada dipihak Kang, bukan? Paman menasehati Kang agar mengikuti saja arusnya. Kang nggak mau. Bukankah paman mengatakan agar ia membuat arus? Paman tersenyum. Kang bilang kalo dia ingin melihat paman ada disana. Ayo pergi bareng. Paman merasa nggak bisa bergabung dengan para pemuda lainnya. Sebagai orang tua, ada hal lain yang harus ia lakukan. Kang mengangguk sambil senyum. 


Gi Teuk membuka saputangan yang membalut luka di lengan Hwi. Hei tampak memalingkan wajahnya, nggak tega melihat lukanya sendiri. Gi Teuk mengolesinya dengan salep dan setelah itu membalutnya dengan kain yang baru. Hwi melihat saputangan Ja Hyeon yang direndam di dalam air. Setelah selesai membalut luka Hwi, Gi Teuk membantunya memakai pakaian. Anak buah Kang masuk dan memberitahu kalo Hwi harus datang ke rumah sekretaris kerajaan. Pangeran Jinyang telah pergi untuk melakukan persiapan. Hwi hanya menghela nafas.

Bersambung...

Komentar :
Hahaha... kirain ibu bakalan marah sama Ja Hyeon dan Kkeutdan, tahunya cuman pura-pura. Bagus juga deh biar mereka pada jera.

Kang serem amat ya ngelempar mangkuk sampai kena pipi. Pipinya sampai luka gitu. Apa jadinya kalo sampai membekas? Hadeuh...
Comments


EmoticonEmoticon