4/12/2018

SINOPSIS Grand Prince Episode 4 PART 3

SINOPSIS Grand Prince Episode 4 BAGIAN 3


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 4 Part 2
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 4 Part 4

Yoo Kyung mengajak Hwi untuk melihat lukisan. Seorang pejabat yang ia kenal membeli lukisan dari cina. Setelah membawanya, ternyata ada cap di atasnya. Itu lebih mahal daripada karya seni dari Beijing. Hwi mengaku serinh mendengar kejadian seperti itu. Ja Hyeon yang ingin tahu menghampiri mereka. Yoo Kyung meminta Hwi untuk datang agar tahu apakah itu palsu atau enggak. Siapa lagi yang tahu perbedaan antara yang asli dan yang palsu selain yang mulia..eh maksudnya tuan muda. Hwi menatap Yoo Kyung kesal. Seperti yang dia lihat...Yoo Kyung memotong, kalo Hwi bersedia, dia nggak akan mrlupakan kebaikannya hadi ini. Dengan ketus Hwi bilang kalo hari ini dia ada urusan. 


Hwi berbalik mau kembali ke Ja Hyeon tapi tahu-tahu Ja Hyeon sudah berada di sampingnya dan ngajak pergi. Ja Hyeon mengatakan ke Hwi kalo dia nggak boleh menolak permintaan wanita cantik. Ja Hyeon lalu menatap Yoo Kyung dan tersenyum. Hwi bertanya pada Ja Hyeon apakah ini saatnya dia pergi ke gibang? Ja Hyeon mengaku ia benar-benar ingin pergi. Kalo nggak hari ini, kapan lagu kesempatan emas semacam itu datang? Hwi tegas menyatakan nggak mau. Kalo Ja Hyeon ingin pergi, pergilah sendiri. Hwi berjalan ke tempat mereka sebelumnya. 


Ja Hyeon akan pergi bersama dengan Yoo Kyung. Ia bertanya dimana gibang itu? Hwi langsung berbalik dengar Ja Hyeon akan benar-benar pergi. Yoo Kyung tersenyum dan ia akan menemani Ja Hyeon. Mereka berjalan bersama. Hwi nggak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Ja Hyeon. Mau nggak mau akhirnya dia mengikuti kringinannya Ja Hyeon. 


Mereka sampai ke gibang pada malam harinya. Ja Hyeon nampak terpukau dengan tempat itu. Ramai dengan orang-orang dan ada banyak lampion yang bergantung. Indah sekali. Yoo Kyung meminta mereka untuk menunggu sebentar sementara dia mengambil lukisannya. Yoo Kyung lalu nyuruh pelayan untuk mengantar mereka. Pelayan meminta mereka mengikutinya, ia akan mengantar mereka. 


Ja Hyeon  hendak mengikuti pelayan itu tapi Hwi menarik tangannya. Apa yang Ja Hyeon lakukan? Apa dia lupa kalo dia wanita dari keluarga terhormat? Ja Hyeon bilang kalo nggak ada yang tahu itu kecuali Hwi. Apa Ja Hyeon akan punta kesempatan lain dalam kehidupan ini untuk memasuki rumah pel*curan dan melihat wajah gisaeng? Ini adalah kesempatan emas untuk melukis wajah cantik mereka. Hwi menghela nafas. Kalo Ja Hyeon ingin melukis wajah cantik, lukis saja wajahnya sendiri. Ja Hyeon yang nggak nyadar kalo lagi dipuji malah bilang meski ia melukis wajahnya senditi selama seratus atau seribu hari, itu tetaplah wajah yang sama. Hwi dan Ja Hyeon terdiam dan saling menatap. Hwi kesal dan meninggalkan Ja Hyeon. Ja Hyeon meraba wajahnya. Tapi habis itu dis menyusul Hwi. 


Ja Hyeon masuk ke ruang make up. Dia terpesona lagi. Ia mengaku baru kali ini ia melihat meja rias seperti itu. Hwi menghampirinya. Ia merasa sudah cukup. Hwi menarik tangan Ja Hyeon. Ia memperngatkan sebelum terjadi sesuatu, ayo pulang. Ja Hyeon nggak mau. Ia bertanya kenapa? Mereka bahkan belum mulai apa-apa. Hwi nggak peduli dan menarik Ja Hyeon. Ja Hyeon sendiri nggak mau jadilah mereka main tarik-tarikan. 


Tiba-tiba pintu terbuka. Ja Hyeon tersenyum. Dua pelayan membawa masuk sebuah meja makanan. Nggak lama kemudian dua gisaeng masuk dan mengucapkan selamat datang pada mereka berdua. Merupakan suatu kehormatan bertemu mereka. Hwi bilang ke mereka, nggak perlu minuman keras dan nggak perlu banyak wanita. Dua gisaeng itu mempersilakan mereka untuk duduk. Ja Hyeon ikut duduk dengan senang hati. Hwi jadi nggak punya pilihan lain selain ikut duduk. 


Wanita yang duduk di sebelah Ja Hyson memperkenalkan diri. Namanya Do Hwa. Dan wanita yang di sebelah Hwi adalah Ae Rang. Ia menawari mereka untuk minum-minum terlebih dahulu. Hwi nggak peduli dan mrmalingkan wajahnya. Do Hwa menuangkan minuman untuk Ja Hyeon. Ae Rang mengatakan kalo itu lukisan yang berharga jadi perlu waktu yang agak lama. Ja Hyeon hendak minum tapi Hwi buru-buru mersbutnya dan meminumnya sendiri. Dia ngasih tahu Do Hwa kalo temannya nggak bisa minum. Hwi melarangnya mengisi cangkirnya. Ja Hyeon dan Do Hwa hanya melihat Hwi. 


Do Hwa memuji Ja Hyeon yang kelihatan cantik sekali. Ia hampir mengira kalo dia asalah wanita. Ja Hyeon hanys tertawa. Do Hwa mengusap pipi Ja Hyeon. Seakan-akan ada madu di atas kulitnya. Bagaimana kulitnya bisa indah sekali? Mungkinkah kulitnya yang telanjang juga sangat indah? Do Hwa meraih pakaian Ja Hyeon dan ingin melepasnya. Ja Hyeon nanya apa yang dia lakukan? Hwi juga ikut menanyakan hal yang sama. Do Hwa malah tertawa. Ae Rang mengatakan kalo pakaian Ja Hyeon kotor. Mereka akan mencucinya, jadi lepaskan saja. Ja Hyeon bilang nggak perlu. Ia suka pakaiam kotor. Ae Rang memaksa. Ia akan mencucinya jadi lepaskan saja. Keduanya mengerubungi Ja Hyeon. Ja Hyeon merasa nggak nyaman dan bangkit. Ia bilang ke Hwi kalo dia akan ke kamar mandi. Do Hwa dan Ae Rang tertawa geli. 


Hwi menghela nafas selepas kepergian Ja Hyeon. Dia nyuruh dua gisaeng itu untuk pergi. Ae Rang bangkit. Ia bilang ke Hwi agar jangan seperti itu. Ia menghampiri Hwi. Sebagai gantinya ia meminta Hwi menuangkan minuman untuknya. Ae Rang menyodorkan cangkirnya. Tanpa melihat Hwi melemparkan cangkir itu. Ia tampak marah. Tanpa melirik sedikitpun, ia bertanya apa mereks nggak mendengarkannya? Ia sudah menyuruh mereka untuk pergi. Kedua wanita itu bangkit dan pergi. 


Ja Hyeon sudah di luar. Ia menghela nafas lega. Ah, itu membuatnya takut. Tiba-tiba di depan ada ayahnya. Ja Hyeon terkejut dan berbalik. Ia berpura-pura mabuk dan berjalan ke arah semula. Ayah melihatnya. Ia bertanya-tanya anak siapa itu yang memberi aib pada keluarganya di rumah pelacuran (anakmu, yah!). Ayah lalu melanjutkan langkahnya. Pelayan mengatakan kalo pangeran sudah ada di dalam. Ja Hyeon melihat ayahnya sudah pergi. Ia lega. Apa-apaan ini? Setiap kali ia menyamar ia selalu bertdmu dengan keluarganya. 


Rupanya orang yang ayah temui adalah paman. Ayah mengatakan kalo Paman bisa datang kerumahnya, kenapa malah mengajak ayah bertemu di sini? Paman menjawab sambil tesenyum. Setelah kabar bahagia di keluarga kerajaan, paman merasa mereka harus minum untuk merayakannya. Paman menuangkan minuman untuk ayah. Ia merasa harus melakukan sesuatu sebagai balasan atas pesta yang ayah siapkan untuk para pangeran. Ayah tersenyum dan mereka pun bersulang. 


Paman bilang dulu saat ia turun dari posisi putera mahkota karena perintah ayahnya, saat semua orang takut dengan ayahnya yang hebat sehinhga mereka nggak bisa melakukan apapun kepadanya, hanya ayah yang mengajukan keberatan. Paman merasa nggak pernah bisa melupakan itu. Ayah mengatakan sejak berdirinya kerajaan ini, urutan pewarisan tahta belum pernah bormal. Paman mengangguk setuju. Ayah melanjutkan, Jika mereka hidup dengan aturan anak tertua menhadi pewaris, ayah pikir posisi putera mahkota akan hilang. 


Paman hanya menghela nafas lalu menuang minuman lagi. Ia ingat ia akhirnya diangkat sebagai putera mahkota dan adiknya meletakkan dasar untuk pemerintahan yang damai. Ayah menghela nafas dan menanyakan apa yang sebenarnya ingin paman katakan?  Paman menanyakan apa sekarang pemikiran ayah masih sama? Apa paman masih menganggap aturan itu masuh berlaku untuk menentukan pewaris tahta? Ayah menghela nafas dan mengatakan kalo ada sesuatu yang nggak paman ketahui. Alasan ayah mengajukan keberatan bukan untuk keluarga paman. Ayah mengaku ingin agar sistem negara baru stabil dengan cepat. Itu adalah hati nurani seorang sarjana Konfusius. Paman hanya tersenyum. Ayah menambahkan kalo perasaan raja kuat. Paman harus menyerahkan posisi sebagai putera mahkota pada akhirnya. Jangan memiliki harapan palsu berdasarkan ingatan romantis tentang tahta yang paman lepaskan. Entah bayi yang baru diangkat sebagai Wonja atau memutuskan putera mahkota yang kuat sebagai ahli warisnya. Hanya raja dan keluarga kerajaan yang bisa memutuskannya. Keluarga kerajaan nggak akan melakukan hal ceroboh. 


Paman mendengarkannya sambil meremas cangkir minumnya. Tapi habis itu dia tertawa. Paman menilai ayah terlalu jujur dan berpikiran sempit. Paman nggak akan bisa mengatakan apapun lagi kepadanya. Ayah memalingkan wajahnya. Ia serasa tahu apa yang paman katakan bukanlah hal yang sebenarnya. Paman menyarankan agar ayah jangan mengkhawatirkan durinya sendiri. Paman hanya ingin berbagi minuman dengannya. Paman menuangkan minuman lagi untuk ayah. Mereka bersama-sama meminumnya. 


Yoo Kyung memperlihatkan lukusannya pada Hwi dan Ja Hyeon. Ia bertanya apakah itu sungguh lukisan Hwi? Ja Hyeon berkomentar kalo cara melukisnya terlihat mirip dengancmilik Hwi. Hwi menghela nafas dan mengatakan Yoo Kyung menemukan itu dari suatu tempat dengan sangat baik. Hwi meneguk minumannya. Yoo Kyung bertanya apa itu asli? Hwi menyatakan kalo itu palsu. Ia menambahkan kalo itu dilukis di China. Ja Hyeon penasaran menanyakan bagaimana Hwi tahu itu? Hwi menghela nafas dan menjelaskan kalo kertas itu nggak di gunakan di Joseon. Sekilas goresan kuasnya mirip, tapi cara mewarnainya berbeda. Selain itu, gunung dan sungai itu nggak ada di Joseon. Oh... Ja Hyeon menatap Hwi. Ia kagum padanya. 


Yoo Kyung menyimpan lukisannya dan bertanya pada Hwi, apa nggak ada cara untuk mendapatkan yang asli? Hwi menatap Yoo Kyung. Jika bukan untuk kepentingan bangsa ini, ia nggak akan memberikan sesuatu yang ia lukis, jangan serakah (what? Jadi pas memberikan lukisan di saputangan waktu itu untuk kepentingan bangsa?). Yoo Kyung langsung menunduk. 


Hwi nyuruh Ja Hyeon berdiri. Mereka harus pulang. Ja Hyeon mau nggak mau menurut. Yoo Kyung mengatakan sebelum mereka pergi, ia akan memainkan musik perpisahan. Ia lalu menghadap Ja Hyeon. Baginya, pria yang seperti bunga, berada di rumah pel*curan untuk pertama kalinya akan mengotori kelopak bunganya. Yoo Kyung akan menutupinya dengan musik. Hwi menghela nafas. Dengan ketus dia nyuruh Yoo Kyung buat menganggap kalo mereka sudah mendengarkannya. Dia lalu menarik Ja Hyeon. Ja Hyeon enggan dan nyuruh Hwi menunggu karena sepertinya Yoo Kyung tulus. Nggak sulit untuk mendengarkan satu lagu. Ja Hyeon memasang senyum termanisnya sehingga membuat Hwi nggak bisa berkata-kata. 


Nggak lama kemudian mereka sudah duduk tenang menyaksikan Yoo Kyung bermain seruling. Hwi dan Ja Hyeon tersenyum menyaksikannya. Permainannya sungguh indah. Ja Hyeon melihat Hwi begitu menikmati. Dia bahkan sampai nggak berkedip. Hal itu membuat Ja Hyeon cemburu. Ia lalu meneguk minumannya. Hwi melihatnya dan khawatir. 


Kkeutdan menyapu halaman malam-malam. Dia cemas, gimana, nih? Deuk Sik keluar dari kamarnya dan melihat Kkeutdan, ia pun menghampirinya. Ia bertanya ada apa lagi ini? Kkeutdan yang terkejut langsung berbalik. Deuk Sik mendekat. Ia bertanya kenapa Kkeutdan menyapu malam-malam begini? Deuk Sik menduga Ja Hyeon keluar lagi. Kkeutdan bilang enggak. Ia hanya bosan. Ia hanya betolahraga di malam hari yang terang benderang ini. Deuk Sik tersenyum dan bilang akan memeriksanya. 


Kkeutdan langsung melempar sapunya dan meraih tangan Deuk Sik. Kkeutdan Jujur ngasih tahu kalo Ja Hyeon pergi untuk belajar melukis. Sekali ini aja. Kkeutdan minta tolong agar Deuk Sik membiarkannya pergi sekali ini saja. Kkeutdan menggengam tangan kanan Deuk Sik menggunqkan kedua tangannya. Kalo dia ketahuan, ia pasti akan diusir dari rumah ini. 


Deuk Sik balas menggenggam tangan Kkeutdan. Sambil menepuk-nepuk Deuk Sik berkata bukan salah Kkeutdan kalo dia menemui tuan yang salah. Melihat pengacau itu sudah membuatnya mengalami banyak masalah. Sebagai gantinya Deuk Sik sungguh minta maaf. Kkeutdan menarik tangannya. Sambil senyum dia berkata sejujurnya, kenyataan bahwa Ja Hyeon membuatnya stres, ...nggak ada yang tahu tentang itu. Asshi (nona) bahkan nggak mau mendengarkannya. Dia juga nggak tahu apa yang Kkeutdan rasakan. 


Deuk Sik mengangguk mengerti. Ia berpesan pada Kkeutdan agar mencarinya jika terjadi sesuatu. Ia... Deuk Sik agak mendekat dan melanjutkan kalo dia ada di pihak Kkeutdan. Kkeutdan menghadap Deuk Sik dan mengaku sangat tersentuh. Deuk Sik tertawa malu lalu meninggalkan Kkeutdan. Kkeutdan menghela nafas, yang bener aja. 


Hwi menggendong Ja Hyeon yang sedang mabuk. Ja Hyeon terus bergumam mengatakan dia sangat cantik. Dia sangat pandai memainkan seruling. Hwi terpesona dengannya yang memainkan serulingnya, kan? Jika Ja Hyeon laki-laki, dia pasti sudah jatuh cinta padanya. Hwi melarang Ja Hyeon mengatakan hal yang nggak berguna. Dia nggak tahu hati seorang pria. Hwi melihat wajah Ja Hyeon lalu menghela nafas.


Kkeutdan menunggu Ja Hyeon dengan cemas. Dia langsung berlari menghampiri saat melihat Ja Hyeon pulang dengan di gendong sama Hwi. Kkeutdan menanyakan apa yang terjadi. Hwi menurunkan Ja Hyeon dan Kkeutdan sigap menangkapnya. Kkeutdan mengeluh Ja Hyeon bau minuman keras. Hwi melemaskan badannya setelah menggendong Ja Hyeon cukup lama. Kkeutdan gantian menggendong Ja Hyeon. Dia lalu meminta tempat lukisan yang di pegang Hwi. Hadeuh, apa yang akam terjadi kalo ibu Ja Hyeon tahu? Hwi menghela nafas lalu pergi. 


Mereka sampai di rumah. Kkeutdan nggak percaya Ja Hyeon menyamar jadi laki-laki dan minum. Jika ia nggak bisa menjalani hidupnya dengan baik, ini semua adalah salah Ja Hyeon. Ja Hyeon berhenti dan menepuk dada Kkeutdan. Jika Kkeutdan mati, maka dia juga mati. Karena mereka sudah ditakdirkan. Kkeutdan menutup mulut Ja Hyeon dan nyuruh dia buat diam. 


Ibu bersama Deuk Sik tiba-tiba lewat. Ibu berkata sepertinya ayah belum pulang. Ibu melihat Kkeutdan memapah seorang pria dan bertanya siapa disana? Ja Hyeon yang mabuk mengulangi pertanyaan ibu, siapa? Siapa?


Deuk Sik yang menyadari kalo dia adalah Ja Hyeon segera mendekat dan menutupinya. Deuk Sik bilang sama ibu kalo dia adalah temannya. Ibu bertanya siapa teman Deuk Sik? Deuk Sik mengarang di ruang pertemuan mereka minum dan dia mabuk lebih dulu. Dia bilang ingin pulang tapi Deuk Sik menyuruhnya tidur disini. Ibu mengomel, kalo dia nggak ingin minum-minum seharusnya dia nggak usah datang. Deuk Sik meminta maaf. Ibu berpesan pada Deuk Sik agar nggak melakukan apapun seperti itu dimana saja. Itu aib bagi keluarga. Deuk Sik mengiyakan. Ia nggak akan pernah melakukannya. Ibu nyuruh Kkeutdan dan Deuk sik untuk cepat membawanya ke kamar. Deuk Sik mengiyakan. Ia lalu mengangkatnya bersama Kkeutdan. Ibu sendiri hanya melihat saja. 

Bersambung...

Komentar:
Ha..ha..ha.. gara-gara ja Hyeon cemburu dan minum, eh malah mabuk dan bikin susah semua orang. Kasihan Kkeutdan. Tapi masih untung ibu yang mergokin, coba kalo ayah... bisa berabe. Lagian ayah kan udah lihat Ja Hyeon waktu di gibang. Hanya saja ayah nggak ngeh kalo itu anaknya, hadeuh.. tepok jidad. 
Comments


EmoticonEmoticon