4/13/2018

SINOPSIS Grand Prince Episode 5 PART 1

SINOPSIS Grand Prince Episode 5 BAGIAN 1


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 4 Part 4
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 5 Part 2

Kang menghampiri Ja Hyeon. Ia menatapnya dan menanyakan apa Ja Hyeom sangat nggak menyukainya? Ja Hyeon menatap Kang. Kang bertanya lagi apa Ja Hyeon akan menolak perasaannya sampai akhir? Ja Hyeon nggak menjawab apa-apa. Tapi dari tatapannya seolah-olah membenarkan. 


Tiba-tiba Hwi memanggilnya, Nang-ja! Ja Hyeon menoleh dan memanggilnya do-ryongnim. Kang tersenyum dan bertanya apa yang Hwi lakukan disini? Hwi nggak menggubris dan nyuruh Ja Hyeon buat turun, ia akan mengantarnya pulang. Kang menarik tangan Ja Hyeon. Ia nggak akan mengijinkannya pergi. 


Ja Hyeon menatap Hwi begitupun sebaliknya. Ja Hyeon lalu menarik tangannya dan lompat ke sungai. Hwi juga nggak ragu buat ikutan lompat seperti Ja Hyeon. Di atas perahu, Gi Teuk nggak henti-hentinya manggil-manggil yang mulia, soalnya Hwi sama-sama nggak kelihatan setelah lompat ke air. 


Hwi melihat Ja Hyeon dan berenang menghampirinya. Ja Hyeon tampak mengulurkan tangannya, minta pertolongan. Hwi meraih tangan Ja Hyeon dan memeluknya lalu mengangkatnya ke permukaan (ah, so sweet...). 


Mereka sudah sampai di atas air. Gi Teuk melihat mereka dan membantu mereka. Kang melihat drama itu dari atas kapalnya. Dan... apa itu? Dari mukanya kelihatan banget kalo dia sedih. Ja Hyeon dan Hwi sudah di atas perahu. Hwi yang khawatir menanyakan apa Ja Hyeon baik-baik aja? Apa dia bisa bernafas? Ja Hyeon mengangguk sambil mengatur nafasnya. Hwi memarahinya, kenapa dia nekat buat lompat? Dia bahkan nggak bisa berenang! 


Ja Hyeon menatap Hwi, lah, bukannya tadi Hwi nyuruh dia buat turun? Hwi menjelaskan kalo maksudnya nyuruh dia buat pindah ke perahu bukannya malah masuk ke air. Gimana kalo dia tenggelam dan meninggal? Ja Hyeon mengaku kalo dia percaya sama Hwi. Ia tahu Hwi akan menyelamatkannya. Hwi lalu memeluk Ja Hyeon. Ia bilang agar jangan melakukannya lagi. Tolong jangan melakukan hal berbahaya seperti itu lagi. 


Hwi memeluk Ja Hyeon dengan sangat erat. Kang masih melihat mereka dari kapalnya. Matanya berkaca-kaca. Dia lalu melangkah menuju mejanya. Dia marah dan mengobrak-abrik piring-piring yang ada di atasnya. Dia lalu menghela nafas. Sekilas dia tersenyum tapi habis itu kembali menampakkan raut kesedihan. 


Hwi dan Ja Hyeon meninggalkan perahu. Hwi mengulurkan tangannya membantu Ja Hyeon. Habis itu dia membopong Ja Hyeon. Ja Hyeon bertanya apa yang Hwi lakukan? Hwi nggak menjawa  dan terus berjalan. Ja Hyeon mengaku bisa jalan sendiri. Dia minta diturunin. Sekali lagi dia bilang ke Hwi kalo dia bisa jalan sendiri. Karena Hwi terus diam, Ja Hyeon juga nyerah dan ngikut aja. 


Gi Teuk memeriksa sebuah rumah dan mempersilakan Hwi buat masuk. Hwi masuk bersama Ja Hyeon. Ia mendudukkan Ja Hyeon. Ja Hyeon menanyakan kenapa Hwi membawanya kesana? Ia harus segera pulang. Hwi bertanya Ja Hyeon mau kemana dengan basah kuyup seperti itu? Hwi mengambil kayu, mau buat api untuk menghangatkan badan tapi malah kayunya dikit doang. Dia lalu bilang ke Ja Hyeon kalo dia akan mencari sesuatu untuk menyalakan api. 


Hwi keluar meninggalkan Ja Hyeon. Gi Teuk yang berdiri di luar menawari Hwi buat mencari kayu bakar. Hwi bilang nggak perlu, biar dia aja. Dia lalu nyuruh Gi Teuk untuk mencari pelayan wanita dan membawakan pakaian kering. Gi Teuk mengangguk. Hwi berpesan agar Gi Teuk melakukannya dengan diam-diam agar para tetua nggak tahu. Gi Teuk mengiyakan, ia akan segera kembali. Gi Teuk bergegas pergi. Hwi melihatnya sambil menghela nafas. 


Api sudah jadi. Hwi dan Ja Hyeon duduk di dekatnya. Mereka sama-sama kikuk. Hwi bertanya apa perasaannya nggak berarti buat Ja Hyeon? Gimana bisa Ja hyeon menerima undangan orang lain dengan mudah? Ja Hyeon mengaku datang ke sungai karena berpikir Hwi ada disana. Hwi bilanv sama saja. Apa Ja Hyeon sama sekali nggak curiga kalo dia memintanya untuk datang sendiri? Gimana bisa Ja Hyeon berpikir begitu? Ja Hyeon menunduk, ia mengatakan itu karena ia ingin ketemu sama Hwi. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan. Hwi menatap Ja Hyeon. Ja Hyeon ingin bertanya kenapa Hwi mengajarinya melukis? Kenapa memberikan Sim Jung Cheon itu? Kenapa mengajaknya ke kandang kuda? Dan kenapa Hwi pergi ke gibang bersamanya? Hwi melakukan semua yang Ja Hyeon ingin lakukan. Ja Hyeon menatap Hwi dan menanyakan alasannya. 


Hwi mengaku tahu Ja Hyeon sangat ceroboh. Tapi apa dia juga b*doh? Heh? Apa Hwi bilang? Hwi mengaku ingin melihat Ja Hyeon bahagia. Bukankah dia sangat menginginkan Sim Jung Cheon biru? Bukankah ada sesuatu yang ingin ia lukis dengan warna biru? Bukankah dia ingin bisa melukis kuda perang? Selain Sim Jung Cheon biru, ada banyak hal yang ingin Hwi berikan padanya. Hwi ingin menunjukkan bunga krisan yang sedang mekar di bawah dinding batu. Saat buah pohon jujube berwarna merah dan matang, ia ingin memetiknya buat Ja Hyeon. Saat pelangi keluar setelah hujan, Hwi khawatir Ja Hyeon mungkin nggak bisa melihatnya sebelum menghilang. Meskipun batu di jalan berbeda dan unik, Hwi ingin membawakannya padanya. 


Ja Hyeon tersipu malu. Dia mengatakan makanya itu... . Kenapa? Hwi melirik melihat Ja Hyeon. Dia lalu bangkit dan mencium Ja Hyeon. Habis itu Hwi menatap Ja Hyeon dan bertanya apa itu cukup untuk menjawab pertanyaannya? Mereka berdua saling menatap tapi tiba-tiba Kkeutdan datang. Dia ngasih tahu kalo dia datang. Seketika Hwi dan Ja Hyeon memperbaiki posisi mereka. Kjeutdan dan Gi Teuk juga merasa nggak enak karena sudah mengganggu. 


Hwi keluar bersama dengan Gi Teuk. Hwi menghela nafas sementara Gi Teuk tersenyum menatapnya. Hwi menatapnya. Kenapa? Gi Teuk bilang bukan apa-apa. Hwi ngasih tahu kalo nggak ada yang terjadi. Gi Teuk meledek, apa dia mengatakan sesuatu? Hwi kesal dan meninggalkan Gi Teuk. Gi Teuk tersenyum lalu menyusulnya. 


Kkeutdan membantu Ja Hyeon ganti baju. Dia menanyakan apa yang terjadi? Ja Hyeon ngasih tahu kalo dia terjatuh kedalam air. Kkeutdan terkejut dan menarik Ja Hyeon. Gimana bisa? Ah, dia nggak percaya itu. Ja Hyeon ngasih tahu kalo Do-ryongnim menyelamatkannya. Kkeutdan merasa mereka berdua pasti sudah ditakdirkan. Jika bukan do-ryongnim menyelamatkan Asshi, pasti akan terjadi hal yang lebih buruk. Tapi... apa itu? Apa nggak ada hal lain lagi yang terjadi? Ja Hyeon malu dan mengalihkan dengan bertanya apa Kkeutdan nggak membawa sisir? Ia perlu menyisir rambutnya. Kkeutdan menghela nafas lalu menarik Ja Hyeon agar menghadapnya.


Yoo Kyung menemui Kang dan menanyakan ada perlu apa, yang mulia? Kang datang tanpa memberitahu terlebih dahulu. Kang nggak bilang apa-apa dan langsung menarik tangan Yoo Kyung. Kang membawanya ke kamar dan mendorongnya ke dinding. (Mohon maaf, sekali lagi aku harus memotong adegan. Bukan apa-apa, sih tapi mending sampai disini aja. Sstt... adegan dewasa.) 


Ingatan Kang melayang kembali saat Ja Hyeon lompat ke sungai, saat ia melihat Ja Hyeon dipeluk sama Hwi. 


Ja Hyeon membuat simpul bersama dengan Kkeutdan. Kkeutdan menghela nafas karena Ja Hyeon nggak melakukannya dengan benar. Kkeutdan bilang nggak kayak gitu. Tadi kan dia sudah bilang untuk memasukkannya kesini dan memutarnya. Lihat? 


Kkeutdan kesal. Dia kan sudah bilang untuk beli yang sudah jadi, tapi Ja Hyeon ingin membuatnya sendiri dan sekarang mereka menderita. Ja Hyeon mengatakan kalo ia harus membuatnya sendiri agar lebih berkesan. Kkeutdan memperlihatkan miliknya, tapi dia yang membuatnya, bukannya Ja Hyeon. Ja Hyeon juga memperlihatkan miliknya, dia nggak juga membuatnya. Kkeutdan mengeluh. Dia bahkan nggak bisa tidur. 


Ja Hyeon melihat saputangannya. Ingatannya kembali ke saat Hwi menciumnya. Ja Hyeon jadi tersipu malu. Dia meraba bibirnya. Ja Hyeon tersenyum lalu menyembunyikan wajahnya. Kkeutdan bertanya apa itu? Ja Hyeon bangkit dan bersikap biasa. Kkeutdan bertanya apa Ja Hyeon menyembunyikan sesuatu darinya? Ja Hyeon jadi gugup. Apa? Apa yang akan ia sembunyikan, apa? Kkeutdan memincingkan matanya menatap Ja Hyeon, sangat mencurigakan. 


Kang memakai pakaiannya. Yoo Kyung mengatakan sudah malam. Kenapa bggak tidur disana dan pergi besok pagi? Kang menghela nafas. Dia bilang kalo Yoo Kyung sekarang miliknya. Kang menatap Yoo Kyung lalu mengatakan hidup dan matilah hanya atas perintahnya. Yoo Kyung menatap Kang dalam-dalam. Jika ia melakukannya, apa yang akan dia dapatkan? Kang menanyakan apa yang Yoo Kyung inginkan? Yoo Kyung bilang akan memikirkannta dulu. Kang menghela nafas lalu tersenyum. 


Kang keluar dengan diantar oleh Yoo Kyung. Ia duduk di atas tandu lalu pergi. Yoo Kyung memberi hormat. Dia menatap kepergian Kang. Dia mengatakan kalo dia bukan milik siapapun. Tapi dengan senang hati ia akan menerima apa yang akan Kang berikan kepadanya. Dia lalu tersenyum. 


Hwi sengaja menunggu Kang pulang. Dia menatap tajam Hyung-nya. Hwi mendekat dan memberikannya pukulan tepat di wajahnya. Kang menghela nafas. Bibirnya sampai berdarah. Ia lalu berbalik dan menarik kerah baju Hwi. Hwi nggak terima dan memegang tangan Kang. Kang bertanya apa ini karena gadis itu? Hwi geram, melarang Kang menyentuh Ja Hyeon. Jangan pernah menyentuh wanitanya lagi. 


Kang menata pakaiannya. Ia mengatakan sepertinya Hwi salah paham. Jadi Kang akan membiarkannya kali ini. Ia berkali-kali bertanya apa ada wanita yang Hwi suka. Hwi nggak pernah menjawabnya dengan benar. Bukankah masuk akal kalo ia merasa kecewa? Hwi menatap Kang dengan berapi-api dia mengatakan hyung selalu menginginkan apa yang menjadi miliknya. Kang menatap Hwi dengan tatapan tak mau kalah. Hal-hal yang menurut Hwi miliknya... . Pernahkah Hwi berpikir bahwa mereka benar-benar bisa menjadi miliknya? 


Hwi menghela nafas. Ia akan memberikannya semuanya. Ambil apaun yang Kang mau. Tapi jangan main-main dengan wanitanya. Kang memalingkan wajahnya. Ia bertanya apa Hwi masih salah paham? Bahwa ia yang membunuh pelayan istana muda itu? Apa Hwi belum bisa melupakannya? Dan pura-pura lupa? Hwi geram. Ia mengatakan karena saat itu Kang masih muda. Kang nggak akan tahu apa yang sedang ia lakukan. Dengan berat hati Hwi menguburnya dan berpikir begitu. Teruslah hidup untuk menebusnya. 


Kang ngasih tahu kalo mereka adalah pangeran. Mereka dilindungi karena garis darah mereka yang berharga. Suara Hwi meninggi, menurut Kang, apa keluarga kerajaan ada disana untuk menikmati hak istimewa itu? Melindungi orang adalah tugas mereka juga. Kang memotong, raja nggak perlu merasa segan. Hwi berteriak, Kang bukan raja. Hwi mendekat. Dia bilang Kang juga nggak bisa jadi raja. Apa dia tahu itu? Hwi lalu meninggalkan hyung-nya. Kang memalingkan wajahnya melihat Hwi yang berjalan membelakanginya. 


Hwi menggosok tinta dengan perasaan hampa. Dia lalu mengambil kuas hendak menulis sesuatu. Hatinya tampak berat. Ia menghela nafas panjang sebelum benar-benar menulis.


Gi Teuk berlari sambil membawa amplop merah. Gi Teuk mengetuk pintu rumah Ja Hyeon. Kkeutdan membuka pintu. Gi Teuk segera menyerahkan suratnya dan Kkeutdan menerimanya. Ia lalu mengacungkan jempolnya buat Gi Teuk. 


Kkeutdan menyerahkan surat itu pada Ja Hyeon. Ja Hyeon  membukanya dengan senyum lebar. Ia membancanya sambil senyum-senyum. Habis itu dia menyimpannya bersama saputangannya. 


Sejak saat itu mereka jadi rajin berbalas surat. Kkeutdan dan Gi Teuk juga jadi sering bertemu. (Duh, ribet amat, ya?) 


Ja Hyeon membaca surat Hwi.
"Bulan yang cerah, taman di penuhi bunga, bayang-bayang bunga menambah bayangan bulan. 
Orang-orang baik duduk bersama.
Siapa yang menghormati atau menghina dunia?" (???)
Ja Hyeon tersenyum setelah membacanya. Mereka terus berkirim surat. Ja Hyeon menyimpan semuanya di dalam sebuah kotak.

Bersambung...

Komentar :
Hwi marah banget sama Hyung-nya. Ya iyalah, aku juga kesel banget sama dia. Tapi kalo melihat raut wajah Kang pas ngamuk di kapalnya, kelihatannya dia benar-benar sedih. Tapi nggak tahu juga dia sedihnya gara-gara Ja Hyeon nggak bisa membalas perasaannya atau gara-gara dia nggak bisa memiliki Ja Hyeon? Sama seperti saat ia nggak bisa memiliki Yeon Hee. 
Comments


EmoticonEmoticon