4/20/2018

SINOPSIS Grand Prince Episode 6 PART 4

SINOPSIS Grand Prince Episode 6 BAGIAN 4


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 6 Part 3
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 7 Part 1

Hwi mengajak Ja Hyeon menikah setelah dia kembali. Ia janji akan membawa hadiah kemenangan. Tapi Ja Hyeon enggan. Is mengatakan ini karena Hwi mungkin nggak bisa kembali. Kalo gitu Ja Hyeon nggak mengijinkan Hwi pergi. Hwi mencoba meyakinkan Ja Hyeon. Ia akan janji akan pulang dengan selamat. Hidupnya adalah milik Ja Hyeon. Hwi nggak akan lupa kalo Ja Hyeon menunggunya bahkan sedetikpun. Ja Hyeon menghela nafas. Ia nggak bisa meminta Hwu untuk nggak pergi atau memintanya untuk menikahinya terlebih dahulu. Ja Hyeon menatap Hwi dan menanyakan kenapa Hwi nggak mendengarkan permintaannya? 


Hwi menatap kedua mata Ja Hyeon dan mengatakan ia hanya ingin hidup sebagai laki-laki biasa. Tapi, sebelum ia menjadi Lee Hwi kekasihnya, ia adalah pangeran negeri ini. Eunsung. Ja Hyeon menundukkan wajahnya sambil menghela nafas. Hwi melanjutkan jika ia menolak tugasnya dan lari pada Ja Hyeon, ia merasa nggak bisa menjalani hidupnya dengan bangga. Hwi meminta Ja Hyeon untuk menunggunya sampai ia menyelesaikan tugasnya dan kembali lagi. Hwi menatap Ja Hyeon dengan penuh keyakinan. Air mata bahkan mengalir di pipinya. Ja Hyeon merasa sedih sekaligus kesal. Ia memukuli dada Hwi berkali-kali. 


Permaisuri Hyo menemui ayah dan kakaknya. Ayahnya menanyakan apa yang harus ia lakukan? Yang lebih penting daripada mengalahkan Jurchens, adalah melindungi pangeran Eunsung. Hanya dia yang bisa menghentikan pangeran Jinyang. Permaisuri Hyo memohon pada Oraboeni-nya. Pangera  Eunsung harus kembali dengan selamat agar mereka bisa tetap hidup. Kakak permaisuri Hyo memintanya agar jangan khawatir. Siapa ia? Ia putra dari seseorang yang membuat Jurchens gemetar ketakutan selama bertahun-tahun. Wilayah perbatasan adalah tempat bermainnya. Ia akan melakukan segalanya untuk memastikan pangeran Eunsung srlamat. Permaisuri Hyo menatap kakaknya dan memintanya memaafkan adiknya ini. Ia harus melindungi anaknya lebih dulu, jadi ia membuat permintaan ini dan mengirimnya ke medan perang. 


Deuk Sik terkejut. Dengan mata membelalak dia bertanya pada ayah, ayah ingin dia pergi ke medan perang? Deuk Sik protes. Kenapa harus dia? Dia kan bukan prajurit? Dia pelajar di Sungkyunkwan. Ayah balik nanya lalu apa Deuk Sik ingin ayahnya yang pergi? Deuk Sik mengatakan kalo ayahnya juga nggak boleh pergi. Ayah kesal, dasar anak nakal! Ia memukul kepala anak laki-lakinya pakai tongkat. Deuk Sik kesakitan. Ibu marah pada ayah. Kenapa ayah mrmukul anaknya? Deuk Sik bertanya kenapa ayah melakukan ini? Ayah geram. Yang benar saja. Bahkan anggota keluarga kerajaan pun mendaftar. Ayah mengingatkan ada dua pria di keluarga ini dan setidaknya satu dari mereka harus mendaftar. Deuk Sik menegur ayahnya. Ia bertanya apa reputasi keluarga lebih penting daripada nyawa mereka? Ayah menjawab bagi kepala sekretaris, ini lebih penting daripada kehidupan. Jika bukan karena penyakit raja, ia akan melakukannya sendiri. Ia nggak bisa pergi meskipun ia khawatir sesuatu akan terjadi saat ia nggak ikut pergi. 


Ibu yang dari tadi diam saja kini mulai buka suara. Ia menyatakan nggak ada yang boleh pergi. Bagi ibu, nyawa keluarganya lebih penting daripada kehormatan keluarga ini. Tanpa persetujuannya nggak ada seorangpun di keluarga ini yang bisa pergi. Deuk Sik yang dapat tatapan tajam dari ayah langsung sembunyi di belakang ibu. Ayah hanya bisa menghela nafas.


Ja Hyeon sedang menjahit. Ia sudah kelelahan dan mengantuk tapi tetap nggak mau istirahat. 


Ja Hyeon ketemuan sama Hwi. Hwi bertanya apa tempat ini yang ingin Ja Hyeon kunjungi bersamanya? Ja Hyeon tersenyum. Ada sesuatu dang ingin ia lakukan dengan Hwi disini. Hwi meminta Ja Hyeon untuk mengatakan semua yang ia inginkan. Ja Hyeon tersenyum. Ia berkata ingin menunggang kuda seperti sebelumnya bersama yang mulia. Hwi tersenyum dan menanyakan ada yang lain lagi? 


Ja Hyeon dan Hwi berdiri saling berhadapan. Ja Hyeon berkata, ia, Seong Ja Hyeon, bersama pangeran negeri ini, ... . Hwi menggeleng. Ja Hyeon mengoreksi. Ia, Seong Ja Hyeon, bertemu calon suaminya, Lee Hwi dan sampai kehidupan ini berakhir. Hwi melanjutkan, setelah kehidupan ini berakhir, bahkan setelah kehidupan mereka selanjutnya. Ia, Lee Hwi, bertemu Seong Ja Hyeon sebagai istrinya. Hwi bersumpah untuk mencintai dan menyayangi Ja Hyeon dengan segenap hatinya. Ja Hyeon tersenyum. Ia bersumpah di depan Buddha. Ja Hyeon meraih kedua tangan Hwi dan menatap Hwi sembari tersenyum. 


Hwi menggenggam tangan Ja Hyeon. Mereka saling mengaitkan jemari. Ja Hyeon tersenyum dan mengatakan di dunia ini nggak ada yang tahu bahwa mereka sekarang sudah menikah. Hwi membalas, meskipun ia meninggalkan Ja Hyeon sekarang, setelah ia kembali, ia nggak akan terpisah dari Ja Hyeon bahkan untuk sesaat. Ja Hyeon tertunduk. Hwi melanjutkan, saat matahari terbit dan terbenam, saat bulan berada disana atau tersembunyi dibalik awan, bahkan saat hujan atau berangin, ia akan berada di sisi Ja Hyeon. Ja Hyeon tersenyum menatap Hwi. Ia menambahkan mereka akan makan tiga kali sehari bersama. Mereka akan minum teh yang lezat bersama dan belajar minum arak. Hwi juga ikut tersenyum melihat Ja Hyeon tersenyum. Ja Hyeon kembali melanjutkan, saat bunga mekar, mereka akan melihatnya bersama. Saat semuanya membeku, mereka akan meluncur di atas es. Entah itu kejadian bahagia atau sedih, mereka akan melakukannya bersama. 


Ja Hyeon lalu melepaskan ikat rambutnya dan memberikannya pada Hwi. Ja Hyeon berpesan agar Hwi jangan lupa kalo ia akan menunggunya. Hwi lalu mengambil tusuk kondenya. Ia memberikannya pada Ja Hyeon. Hwi lalu menarik Ja Hyeon kedalam pelukannya. Mereka seolah begitu meresapi pelukan itu karena mereka akan berpisah.


Hwi membantu Ja Hyeon memakai sepatunya. Ja Hyeon merasa nggak nyaman. Dia mengatakan nggak papa, itu kotor. Tapi Hwi juga merasa nggak papa. Dia tetap melakukannya (aww... so sweet!!!) 


Hwi lalu bangkit dan menata pakaian Ja Hyeon. Mereka saling lempar senyum lalu berjalan sambil bergandengan tangan. 


Habis itu mereka menunggang kuda bersama. Hwi tampak mendekap Ja Hyeon erat. Kuda yang mereka tunggangi  berlari makin jauh. 


Kkeutdan berpapasan dengan Deuk Sik. Kkeutdan sangat kaget melihat wajah Deuk Sik yang ditekuk. Deuk Sik memanggil Kkeutdan. Kkeutdan bertanya ada apa? Apa Deuk Sik lapar? Apa Deuk Sik ingin camilan larut malam? Atau air? Deuk Sik bertanya apa Kkeutdan tahu kali ia akan berangkat besok? Kkeutdan mengaku tahu Deuk Sik akan ke medan perang. Deuk Sik mengatakan karena ia merasa nggak akan melihat Kkeutdan lagi setelah pergi, ia akan mengumpulkan keberaniannya dan... . 


Kkeutdan meledek, kenapa mereka nggak saling bertemu lagi? Deuk Sik memberitahu itu kalo itu medan perang. MEDAN PERANG! Apa Kkeutdan tahu betapa brutalnya orang Bar-bar? Deuk Sik mengatakan ia bisa mati disana. Kkeutdan berseru mengatakan Do-ryongnim nggak akan mati. Deuk Sik yang gugup membenarkan. Karena ia berani dan kuat jadi dia nggak akan mati dengan mudah, kan? Tapi tetap saja Kkeutdan nggak pernah tahu dalam peperangan. Deuk Sik menangis. Kkeutdan memanggil tuannya. Kkeutdan menyampaikan Deuk Sik adalah kucing yang penakut dan pengecut. Ia berpesan agar Deuk Sik jangan mendekati garis depan pertempuran. Jika dia bersembunyi di belakang, dia akan selamat. 


Deuk Sik tersenyum garing. Ia merasa Kkeutdan salah menilainya. Deuk Sik mengaku sangat berani. Kkeutdan memotong, makanya itu. Jika ia melakukan hal ceroboh, ia bisa terluka. Kkeutdan nyuruh Deuk Sik bersikap seperti pria pemberani dan kembali. Deuk Sik menghela nafas. Gimanapun juga, karena ini malam terakhirnya, ada hal yang ingin ia tanyakan pada Kkeutdan. Kkeutdan mengingatkan Deuk Sik harus berangkat pagi-pagi sekali dan menyuruhnya cepat tidur. Jika Deuk Sik bepergian jauh, ia harus tidur nyenyak. Kkeutdan menepuk lengan Deuk Sik lalu meninggalkannya sambil menguap. Deuk Sik berkata ia belum selesai bicara. Deuk Sik kesal. Tapi dia hanya bisa menghela nafas. 


Ja Hyeon masih menjahit. Kkeutdan menghampirinya sambil membawa minum. Ia mengatakan Ja Hyeon bisa memberikan padanya. Kkeutdan akan membantunya. Ja Hyeon menolak. Ia akan melakukannya sendiri, dengan tangannya sendiri. Kkeutdan mengingatkan kalo Ja Hyeon nggak akan bisa menyelesaikannya hari ini. Besok Hwi sudah pergi. Ia meledek apa Ja Hyeon akan menyuruhnya memakai baju setengah jadi? Sambil menjahit Ja Hyeon berkata pelan-pelan ia garus menambahkan doa agar pangeran pulang dengan selamat. Kkeutdan mau merebutnya. Dia juga bisa melakukannya. Ja Hyeon merasa percuma saja jika bukan dia yang melakukannya. Kkeutdan akhirnya membiarkan Ja Hyeon menjahit sendiri meski ia ingin membantunya.


Hwi berjalan menuju kamarnya. Di depan ia melihat sepasang sepatu Kang. Kang ada di dalam. Kini mereka sudah duduk berhadap-hadapan. Hwi pikir ia akan menemuinya saat pasukan berangkat. Kang memberi Hwi sebuah pedang. Itu adalah pedang kakek mereka. Itu adalah harta yang diwariskan kepada Kang. Kang ingin memberikannya pada Hwi. Karena ia akan besada di medan perang. Kang mengatakan pedang itu akan melindungi Hwi. Hwi menatap Kang. Ia berharap Kang bisa melindungi raja dan ibu mereka. Dan juga keponakan mereka. Ia meyakinkan hyung-nya kalo ia akan kembali dengan selamat. Kang berkata juga ingin pergi. Hwi tersenyum. Ia mengaku tahu. Kang bertanya apa Hwi nggak marah? Hwi berkata ini seperti kekhawatirannya saat dulu meligat Kang pergi meninggalkan istana. Itulah keluarga. Kang mengangguk. Ia lalu berkata seandainya mereka nggak dilahirkan menjadi keluarga kerajaan, mereka akan memiliki hubungan yang cukup baik sebagai saudara. Hwi bilang kalo mereka masih bisa melakukan hal yang baik sekarang. Selama Kang nggak memiliki keserakahan. Kang menatap Hwi lalu memalingkan wajahnya. 


Hari itu tiba. Rakyat berbaris di sepanjang jalan mengantar kepergian pangeran ke medan perang. Hwi menunggangi kudanya berada di barisan depan bersama paman dan kakak permaisuri Hyo. Deuk Sik berada di belakangnya bersama para prajurit. Hwi melihat rakyat yang menyemangatinya. Ia lalu menatap ikat rambut Ja Hyeon yang ia ikatkan di tangannya. Hwi lalu tersenyum. 


Di barisan paling belakang, seorang laki-laki bertanta padaorang di sampingnya, ia berasal dari keluarfa mana? Ia dari keluarga pangeran Yang Ahn. Orang itu menjawab dia berasal dari keluarga kepala sekretaris (lah bukannya dia Ja Hyeon?) Ja Hyeon melihat depan dan tersenyum. 

Bersambung...

Komentar :
Pasti berat buat Ja Hyeon untuk melepas kepergian Hwi. Karena ada kemungkinan Hwi nggak akan kembali. Makanya Ja Hyeon minta kepastian dengan ingin Hwi menikahinya sebelum pergi. Rada terharu pas melihat mereka mengukir kebersamaan sebelum Hwi pergi. 

Eh iya, karena masih bulan April, jadi sekalian mau ngucapin selamat hari Kartini. Maju terus perempuan Indonesia! ^_*

2 komentar

  1. Selamat hari kartini juga kak... semangat ya. Di tunggu kelanjutan nya 😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat hari Kartini juga buat kamu. Terima kasih dah baca. Hope you enjoy ^_*

      Hapus


EmoticonEmoticon