4/23/2018

SINOPSIS Grand Prince Episode 7 PART 3

SINOPSIS Grand Prince Episode 7 BAGIAN 3


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 7 Part 2
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 7 Part 4

Kang dan Ja Hyeon masih dalam perjalanan. Kang tiba-tiba berhenti dan turun dari kudanya. Ia  mengulurkan tangannya bermaksud membantu Ja Hyeon turun. Ja Hyeon menghela nafas. Ia bisa turun sendiri. Ja Hyeon mengira mereka akan langsung ke ibukota. Kang mengatakan  karena Ja Hyeon ia berjalan sepanjang malam kemarin. Kang juga harus membiarkan pelayannya untuk makan dan beristirahat. Kalo gitu Ja Hyeon nyuruh untuk pergi dan beristirahat. Ia bisa pergi sendiri jika Kang meminjaminya satu kuda. Kang menghela nafas dan memberitahu kalo semua kuda juga lelah. Oh, Ja Hyeon mulai mengerti. 


Kang lalu bilang ke anak buahnya untuk menyuruh pelayan untuk menunjukkan kamar mandi kepada Ka Hyeon dan mengambilkan juga beberapa pakaian untuk Ja Hyeon. Pelayan Kang mengangguk mengiyakan. Ja Hyeon menolak. Nggak perlu. Dia merasa nggak papa. Kang mengingatkan kalo orangtua Ja Hyeon akan lebih khawatir kalo Ja Hyeon pulang dengan penampilan seperti itu. Ja Hyeon melihat pakaiannya dan menghela nafas. Ia merasa Kang ada benarnya juga. Kang mengatakan Daejehak memintanya untuk membawanya pulang dengan selamat. Kang harus menepati janjinya. Kang berjalan duluan dan meninggalkan Ja Hyeon. Ja Hyeon menghela nafas. Dia nggak punya pilihan lain selain mengikuti Kang. 


Ja Hyeon sudah berganti pakaian. Ia berada dalam satu ruangan bersama Kang. Kang menuang minuman ke dalam gelas dan meminumnya. Ja Hyeon yang meeasa nggak nyaman mempersilakan Kang untuk menikmati makan malamnya sendiri dengan nyaman. Ia akan makan secara terpisah. Ja Hyeon sudah mau bangkit tapi Kang mencegahnya. Bukankah seharusnya mereka berbagi cerita? Kang menghela nafas. Ia bertanya-tanya, bagaimana Ja Hyeon pergi, seberapa jauh dia pergi, dimana dia tidur, dan apa yang dia lakukan?

Ja Hyeon menghela nafas. Dia sama sekali nggak memikirkan tentang hal itu. Kang melihat Ja Hyeon lalu berkata kalo keluarga kerajaan mungkin sudah tahu. Setidaknya  Kang harus tahu apa yang terjadi jika ia harus mengajukan alasan. Ja Hyeon memalingkan wajahnya. Kang menjelaskan, bukan untuk Ja Hyeon tapi untuk adiknya. Ja Hyeon langsung menatap Kang. Dia telah salah paham. Ja Hyeon mengaku hanya mengikuti mereka sebagai salah satu pelayan kakaknya. Kang menuang kembali minumannya dan bertanya dimana Ja Hyeon tidur. Ja Hyeon menjawab di dalam tenda. Kang meletakkan tekonya. Ia bertanya apa Ja Hyron nggak takut atau b*doh? Ja Hyeon mengatakan kalo pangeran Eun sung menjaganya. Kang bertanya lagi apa Ja Hyeon berencana untuk mengikutinya sampai ke medan perang? 


Ja Hyeon bilang enggak. Kang mendesak, lantas? Ja Hyeon mengaku hanya memikirkan satu hal. Ia hanya ingin melihat pangeran Eun Sung sedikit lebih lama. Mata  Kang seperti berkaca-kaca. Ia meminta Ja Hyeon mengatakan bahwa dia menginap di kantor pemerintah setelah melihat dia pergi. Itulah satu-satunya cara untuk mencegah fitnah. Ja Hyeon mengiyakan. 


Ja Hyeon bersiap untuk tidur. Ia lalu melihat kain penutup telinga dan syal dari Hwi. Ja Hyeon tersenyum lalu menghela nafas. Ja Hyeon lalu melepas ikat rambutnya. 


Kang berdiri di luar kamar Ja Hyeon. Ia melihat bayang-bayang Ja Hyeon. Ia seperti tampak sedih (kenapa?)


Hwi dan rombongan mrlanjutkan perjalanan mereka. Hwi melihat ke belakang. 


Ja Hyeon sendiri nggak bisa tidur. Ia kepikiran saat bersama Hwi. Saat Hwi mengulurkan tangannya dan menggenggam tangannya. Saat Hwi menciumnya. Ja Hyeon jadi malu sendiri lalu mengubur dirinya di dalam selimut. 


Pagi hari di rumah Ja Hyeon.
Ibu mengikat kepalanya saking pusingnya memikirkan anak gadisnya. Kkeutdan membawakan makanan tapi ibu nggak mau makan. Dia nggak selera makan. Ibu bahkan nggak bisa tidur saat memikirkan putra dan putrinya. Kalo seperti ini dia akan mati sebelum waktunya. Kkeutdan menasehati agar ibu jangan seperti itu. Ia membujuk ibu untuk makan sedikit saja. Ibu harus kuat untuk menjaga keluarga ini. 


Kkeutdan mengambil mangkuk makanan ibu. Maksudnya mau menyuapi ibu. Tapi ...mangkuknya kok kosong? Makanannya sudah habis. Ibu nggak bilang apa-apa dan mau tidur saja. Pelayan ibu memanggil-manggil ibu. Ia meminta ibu keluar. Ashi pulang. Ja Hyeon Asshi! Ibu langsung bangun dengar Ja Hyeon pulang. 


Ibu dan Kkeutdan berlari keluar. Itu benar-benar Ja Hyeon. Ibu hampir aja terjatuh. Ja Hyeon memberi hormat dan mengatakan ia pulang, ibu. Ibu buru-buru menghampiri Ja Hyeon dan memukulnya. Ibu nyuruh Ja Hyeon enyah (lah tadi katanya nggak bisa tidur mikirin anaknya. Sekarang anaknya pulang kok malah disuruh enyah? Hadeuh, tepok jidad!) Kkeutdan dan pelayan ibu berusaha melerai. 


Kkeutdan berdiri di depan Ja Hyeon. Ibu bertanya di mana Ja Hyeon bisa pergi dan pulang sesukanya? Apa Ja Hyeon pria? Bisa-bisanya dia tidur di sembarang tempat? Ja Hyeon meminta maaf. Ia berjanji nggak akan melakukannya lagi. Ibu menyuruh Ja Hyeon mendekat. Ibu ingin mengakhiri hubungan antara dirinya dan Ja Hyeon. Entah Ja Hyeon yang mati atau ibu yang mati. Ja Hyeon menggeleng nggak mau. 


Ja Hyeon memberitahu dia nggak terluka, bahkan sehelai rambut pun. Ia pulang dengan selamat. Ia juga melihat kalo oraboeni baik-baik saja. Ibu meledek, apa dia mengatakan kalo dia ingin tahu itu? Putrinya meninggalkan rumah untuk mencari putranya. Ibu memukuli Ja Hyeon lagi. Kkeutdan melerai. Dia bertanya kenapa ibu nggak menghukum Ja Hyeon? Jika ibu melakukannya disini seperti ini, itu nggak akan terlihat baik di depan semua pelayan dan semua... . Kkeutdan mempersilakan ibu masuk ke dalam dan menghukum dia dengan benar. 


Kkeutdan bertanya berapa kali ibu akan memukulnya. Dua kali? Tiga kali? Ja Hyeon memanggil Kkeutdan. Ibu malah merasa apa yang dikatakan Kkeutdan ada benarnya. Ibu menyuruhnya untuk mengambil cambuk. Ibu akan mematahkan kaki mereka berdua hari ini. Kkeutdan heran. Dia? Kenapa dia? Ibu memarahi Kkeutdan karena dia nggak mengawasi Asshi-nya dengan benar. Karena Kkeutdan bahkan nggak tahu kapan dia melarikan diri di tengah malam. Kkeutdan bilang ke ibu kalo dia nggak bersalah. Ja Hyeon menarik Kkeutdan. Bersama dalam hidup atau mati. Karena mereka sudah ditakdirkan. Kkeytdan berusaha mendorong Ja Hyeon. Tapi Ka Hyeon malah nggak mau melepaskannya. Ibu sampai heran melihat mereka berdua. 


Ayah mengatakan pada Kang kalo ia merasa malu padanya dan keluarga kerajaan. Kang berkata kalo dia nggak memberitahu orang-orang di istana. Ia akan merahasiakannya. Jadi Kang minta ayah mempercayainya. Ayah merasa berhutang budi pada Kang. Kang menatap ayah dan menanyakan apa ayah memikirkan masa depan putrinya? Ayah mengatakan kalo dia adalah putrinya. Ayah ingin dia bahagia. Karena istri dan putrinya secara resmi diperkenalkan ke istana, ayah rasa ia nggak bisa menghentikan pernikahannya dengan keluarga kerajaan. Tapi menurut Kang ini tentang menemukan jalan. Dan jika ayah nggak bisa menemukannya, ayah hanya perlu membuat jalan yang baru. Kang mengatakan akan serinh mampir. Ia berharap bisa mendengarkan nasehat ayah yang baik di masa-masa penuh gejolak ini dan berbagi informasi dari medan perang. Ayah mengangguk pelan. Kang lalu beranjak dan meninggalkan ayah. 


Para pelayan pulang ke istana Kang. Na Gyeom dan kakaknya mrnyambut di depan pintu. Na Gyeom menanyakan dimana Kang? Bukankah ia ikut bersama mereka? Pelayan menjawab, masalahnya ...yang mulia pergi ke rumah gisaeng. Na Gyeom terkejut sekaligus marah. Kakak Na Gyeom merasa sepertinya dia punya janji dengan seseorang. Na Gyeom bertanya namanya Cho Yoo Kyung, kan? Yang mulia sering berkunjubg kesana. Kakak Na Gyeom menghadap adiknya dan memintanya jangan khawatir. Na Gyeom nggak bisa mengetahui semua urusan pria yang berada di rumah gisaeng. Bahkan seorang gusaeng memiliki kegunaan. Nggak selalu tentang mengumpulkan orang kuat. Na Gyeom tampak menghela nafasnya mencoba untuk bersabar. 


Sementara itu di gibang, Yoo Kyung sedang menjamu Kang. Ia bertanya, Kang pulang dari perjalanan jauh. Kenapa nggak beristirahat di rumah? Kang santai menjawab kakinya membawanya kemari. Yoo Kyung mengaku senang tapi... . Kang memotong menanyakan kapan seorang gadis menyadari kalo hatinya dicuri oleh seorang pria? Memikirkan tentang itu... . Kang nggak pernah sekalipun bisa memenangkan hati wanita. Yoo Kyung menanyakan hati siapa yang ingin Kang miliki? Kang mengatakan, ia terlahir sebagai putra raja. Para dayang selalu menghormatinya. Saat ia datang ke gibang dengan teman-temannya, gisaeng ada di mana-mana. Tanpa ambisi untuk bergabung dengan keluarga kerajaan, para wanita dari kelyarga bangsawan juga, mendekatinya bahkan sebelum ia merayu mereka. Kang tersenyum. Ia merasa itu menunjukkan kalo mereka tahu yang ia inginkan. Itu membuat mereka mendekatinya terlebih dahulu. Kang lalu meminum minumannya. Yoo Kyung mau menyuapkan makanan tapi Kang menolak. Ia memilih menuang minumannya lagi. 


Yoo Kyung mengatakan kalo gisaeng mengikuti pria dengan uang dan kekuasaan. Dan mungkin ada wanita yang akan jatuh cinta pada pria tampan dan cerdas. Tapi meskipun jarang, beberapa wanita jatuh cinta pada pria. Kang menatap Yoo Kyung. Ia menggaris bawahi, jatuh cinta pada pria? Yoo Kyung melanjutkan, jika seorang wanita jatuh cinta pada seorang pria, dia akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk pria itu. Kang menanyakan sisi mana darinya yang Yoo Kyung lihat? Yoo Kyung mengaku melihat masa depan Kang. Jika ia mengabdilan diri untuk masa depannya, bukankah ia juga akan mendapatkan masa depan itu? Kang tersenyum lalu meneguk minumannya. 


Di luar para prajurit sedang berlari. Sementara itu di dalam tenda paman tengah menyusun rencana bersama yang lain. Ia mengatakan Sab Seung Pil Mang. Jika mereka menang berkali-kali, sebuah kekalahan akan mengikuti. Jika mereka kalah seratus kali, mereka akan berambisi untuk menang. Tapi jika mereka menang seratus kali, seorang jenderal bisa bersikap sombong. Paman merasa mereka harus menunggu. Dan kemudian mendapatkan mereka sekaligus. 


Hwi menghela nafas. Ia merasa rakyat akan sangat menderita jika mereka terus menunggu. Banyak Jurchen datang ke desa dan mengambil makanan mereka. Paman berpendapat mereka nggak bisa melakukan apa-apa tentang penderitaan kecil atas nama pertempuran. Yang lebih besar. Hwi berkata dalam perang, cara terbaik adalah menang tanpa pertempuran. Ia menanyakan bagaimana kalo memulai negoisasi sebelum pertempuran? 


Paman bertanya, bernegoisasi dengan Jurchen? Hwi merasa itu perlu jika merrka ingin mencegah gugurnya pasukan mereka. Paman bertanya apa Hwi siap untuk mrlakukannya sendiri? Kakak permaisuri langsung menoleh dengar paman bilang begitu. Paman melanjutkan bisakah Hwi masuk kesana sendiri dan bernegoisasi dengan mereka sendiri? 


Kakak permaisuri mengingatkan paman kalo pangeran nggak memiliki pengalaman sebelumnya. Apa maksudnya bernegoisasi? Itu tigas yang sulit bahkan bagi para jenderal yang paling berpengalaman. Paman mengatakan ia percaya pertempuran adalah cara yang terbaik. Tapi pangeran ingin menghindarinya. Bukankah dia harus bertanggung jawab atas kata-katanya? Kakak permaisuri menyarankan jangan pangeran. Mereka nggak bisa membiarkannya melalui bahaya seperti itu. 


Tapi Hwi berkehendak lain. Ia akan pergi. Kakak permaisuri menegur Hwi. Hwi merasa paman benar. Mereka yang berbicara harus bertanggung jawab atas kata-katanya. Paman tersenyum.


Kakak permaisuri mengingatkan Hwi. Ia melarang Hwi pergi. Bagaimana dia bisa pergi kesana tanpa mengetahui bagaimana reaksi mereka? Hwi nggak menjawab. Ia berjalan dan mengambil baju hangat dari Ja Hyeon. Ia akan melakukan kunjungan pribadi jadi lebih baik ia melepas baju besi. Kakak permaisuri menegur Hwi. Hwi menatapnya. Ia pergi ke sana untuk membayar rasa hormatnya sebagai pangeran. Meskipun mereka Jurchen, mereka nggak akan mengacungkan pedangnya padanya. Kakak permaisuri pikir nggak ada jaminan. Hwi mengatakan mereka sudah banyak membunuh prajuritnya. Mereka bisa menggunakannya sebagai perisai jika terjadi pertemputan. Itu berarti mereka harus mrmbunuhnya agar dapat berperang. Mereka harus menyelamatkan rakyat mereka yang sekarang menjadi sandera  jangan meninggalkan satu orangpun. Kakak permaisuri mengatakan akan ikut dengan Hwi. Hwi tersenyum. Itu akan membuatnya merasa kuat. Gi Teuk mengatakan jika ia ikut denga mereka, itu akan sangat membantu. Mereka nggak akan membutuhkan penerjemah. Hwi bertanya apa dia bisa berbicara bahasa mereka? Kakak permaisufi memberitahu kalo ia tinggal di sini dengan ayahnya. Ia menggunakannya sepanjang jalan dan ia belum melupakan satupun. Hwi tersenyum dan meraih tangan iparnya. Ia merasa seperti mendapatkan seribu kuda. 


Hwi berangkat bersama Gi Teuk dan kakak permausuri. Mereka menunggang kuda menuju ke sana. Nggak jauh dari sana paman mengawasi bersama pengawalnya. Paman mengatakan pada pengawalnya untuk memastikan bertemu dengan pemimpinnya. Negoisasi sebenarnya ada di tangan mereka, bukan di tangan Eun sung. Pengawal mengiyakan. 


Di istana Kang sedang mengawasi para prajurit yang sedang berlatih. Mereka menghunakan tongkat sebagai pengganti pedang. Kang berkata pada kakak iparnya kalo merdleka perlu memberi mereka masing-masing senjata. Kakak Na Gyeom mengatakan mereka menyelundupkan senjata. Mereka akan mendapat senjata. Ini akan memakan waktu jadi mereka harus melakukannya secara diam-diam. Kang memintanya untuk pergi dan menemui para pejabat di gudang senjata. Jika ia bisa mendapatkan senjata dari merdka itu pasti senjatanya. Kakak Na Gyeom menyampaikan kalo ibu suri mengetahui semua orang yang dekat dengan mereka. Kang menggadap kakka iparnya. Ia mekarangnya melakukan sendiri. Kirim orang lain untuk menggantikannya. Mereka akan tahu apa yang harus dilakukan dan mengurusnya. Kang lalu kembali melihat prajuritnya. Menurutnya nggak ada yang nggak suka uang, dan juga nggak ada pintu yang nggak bisa di buka. Orang-orang di dalamnya harus dijaga oleh orang-orang yang bertanggung jawab. Kakak Na Gyeom mengerti. Ia akan mengirim mereka. 


Na Gyeom datang dan menyuruh para prajurit yang sedang berlatih untuk beristirahat untuk minum. Di belakangnya ada banyak pelayan yang juga membawakan makanan. Kakak Na Gyeom menyuruh para prajurit untuk menurunkan senjata mereka. 


Na Gyeom menghampiri suaminya dan memberinya makanan. Kang meminumnya tanpa ragu. Na Gyeom bertanya bagaimana jika Kang mengadakan pertemuan itu di rumah mereka? Na Gyeom akan menjamu mereka sebaik mungkin. Nggak selezatapa yang bisa Kang dapatkan di rumahnya sendiri. Kang mengela nafas lalu tersenyum. Tanpa bilang apa-apa ia meminum minuman dari Na Gyeom sampai habis lalu memberikan mangkuknya pada pelayan. 


Kang menyindir apa Na Gyeom berencana bertemu dengan semua pria dari luar? Apa Na Gyeom akan menggoda semua pria agar bisa menjadikan mereka sekutunya? Kang menasehati istrinya, nggak perlu bersikap seperti gisaeng. Kang mengaku tahu Na Gyeom nggak suka suaminya pergi ke gibang. Tapi Kang mengaku nggak bisa mencapai tujuan besarnya dan memperhatikan istrinya pada waktu yang bersamaan. Na Gyeom tersenyum getir. Ia hanya berusaha melakukan yang terbaik. Kang memotong. Meminta Na Gyeom memperhatikan anggota tim yang terus bertambah, dan para pelayan juga. Na Gyeom mengiyakan. Ia akan menerima sarannya. Kang lalu pergi meninggalkan Na Gyeom. Na Gyeom sendiri hanya bisa menghela nafas.

Bersambung...

Komentar :
Kang mulai menunjukkan perhatiannya nih. Tapi Ja Hyeon nggak tergoda kayaknya.
Comments


EmoticonEmoticon