4/25/2018

SINOPSIS Grand Prince Episode 8 PART 3

SINOPSIS Grand Prince Episode 8 BAGIAN 3


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: OCN
Supported by: oppasinopsis.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 8 Part 2
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Grand Prince Episode 8 Part 4

Deuk Sik bingung harus menjawab apa. Soal itu... . Ja Hyeon jadi lemas. Kkeutdan sigap menangkapnya. Semua orang jadi cemas. 


Ibu suri sakit. Dayang memintanya untuk meminum tonik untuk mendapatkan kekuatan. Ibu suri menolak. Baginya ia adalah seorang ibu yang nggak berhak untuk minum obat. Dengan tangannya sendiri... ia mendorong putranya menuju ajal. Dayang menyangkal. Itu bukanlah salah ibu suri. Dengan mata berkaca-kaca ibu suri melanjutkan, melindungi anak adalah tugas seorang ibu. Dayang menasehati agar ibu suri nggak menyalahkan diri sendiri. Surga akan memahami perasaannya. Ibu suri mengaku membenci suaminya yang meninggal sebelum dirinya. Gimana bisa dia meninggalkannya dan membiarkannya menanggung beban yang begitu berat ini? Untuk melindungi tahta, ia telah membuat anaknya yang lain meninggal. Ibu suri merasa ia lah ibu yang paling mengerikan. Dayang juga ikut menangis melihat kesedihan ibu suri. Seberapa menyakitkan itu? Bagaimana dinginnya itu? Seberapa besar dia membenci dirinya? Tangis ibu suri pecah. Duka seorang ibu yang kehilangan putranya. 


Yoo Kyung sedang berdandan. Rekannya sesama gisaeng menghampirinya dan bertanya kenapa Yoo Kyung membiarkan istrinya melakukan itu? Ia bahkan hampir mati. Apa Yoo Kyung akan menderita seperti itu? Ia memberitahu kalo pangeran Jin Yang ada di sana. Yoo Kyung bisa memberitahu pangeran Jin yang sekarang. Atauelaporkannya ke polisi. Yoo Kyung cuek dan terus mengaca. 


Yoo Kyung  bertanya jika pangeran tahu, apa akan ada yang berubah? Rekan Yoo Kyung mengatakan jika pangeran tahu wanitanya dipukuli sampai babak belur dan dia merasa nggak terjadi apa-apa apa dia pantas disebut sebagai pria? Yoo Kyung mengingatkan kalo istrinya yang memukulinya. Apa dia pikir pangeran Jin yang akan membuang istrinya dan mengambil gisaeng sebagai selir? Dan melaporkannya ke polisi? Yoo Kyung menengok temannya sambil tersenyum. Jika ia melakukannya, lalu akankah mereka menghukum permaisuri kerajaan karena gisaeng melaporkannya? 


Yoo Kyung bangkit. Ia pikir pangeran Jin yang hanya akan memarahi istrinya. Yoo Kyung duduk dengan santainya. Apa itu akan memuaskan amarahnya? Teman Yoo Kyung memanggilnya, unnie... . Yoo Kyung ingat Na Gyeom mengatakan bahwa ia harus bersyukur karena Na Gyeom nggak melukai wajahnya. Na Gyeom sudah mempermalukannya, ia perlu istirahat selama sebulan. Teman Yoo Kyung memotong, makanya itu, ini sangat memalukan. Yoo Kyung tersenyum. Ia berkata akan membalas dendam dengan caranya sendiri. Ia akan mengembalikan rasa sakit yang ia rasakan, seratus kali, bahkan seribu kali lebih banyak. Teman Yoo Kyung memintanya untuk mengatakan kalo Yoo Kyung perlu bantuannya. Ia nggak akan membiarkan wanita itu. Yoo Kyung berkata kalo itu akan memakan waktu lama. Waktu yang sangat lama. Saat wanita itu lupa... tentang apa yang ia lakukan. 


Kang menuangkan minuman untuk paman. Paman sudah mengalami masa berat. Paman mengaku hanya pura-pura berkelahi dan kemudian pulang. Nggak ada kesulitan sama sekali. Menurut paman itu adalah pertarungan yang menyenangkan. Paman meletakkan cangkirnya dan menanyakan kenapa Kang nggak bertanya? Apa Kang nggak ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Hwi? 


Kang menghela nafas. Mereka akan mengadakan pemakaman. Entah dia masih hidup atau enggak. Paman menegaskan kalo kematian Dun Sung telah diakui secara resmi, dia nggak akan jadi penghalang yang menghalangi Kang lagi. Paman bertanya apa Kang senang? Kang hanya menghela nafas lalu meneguk minumannya. Sambil menatap paman ia lalu berkata kalo adiknya telah meninggal. Adik dari ibu yang sama. Dengan mata berkaca-kaca Kang bertanya, apa ia harus senang? Kang memalingkan wajahnya. 


Paman berpikir. Menurutnya Kang nggak boleh sedih atau marah. Ia baru saja melewati gunung pertama. Dibandingkan adiknya, Kang harus bertarung dengan ibu suri. Waktu adalah musuh terbesarnya. Setelah wonja tumbuh dewasa, bahkan tanpa raja, ibu suri dapat mengambil alih pemerintahan dan menurut paman itu akan menjadi akhir. Paman menasehati agar Kang jangan terbawa emosi. Sebenarnya perjuangan yang sulit belum dimulai. 


Paman memberikan sesuatu pada Kang. Kang menatap paman seolah menanyakan apa itu? Paman mengatakan kalo itu yang ditinggalkan Eun sung. Paman berpesan jika nggak ada yang percaya berita itu, paman menyuruh Kang untuk menunjukkan itu pada mereka. Saat mereka melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri, mereka akan percaya. Kang hanya menghela nafas. 


Na Gyeom bertanya pada Ja Hyeon dia ingin bertemu dengan ibu suri? Ja Hyeon berkata kalo mereka harus menemukan pangeran Eun sung. Ja Hyeon yakin dia belum mati. Dia hanya menghilang. Na Gyeom memotong, menurutnya, jika dia menghilang maka nggak ada harapan. Ja Hyeon ingat mereka mengatakan nggak menemukan mayatnya. Nggak ada yang melihat dia mati. Na Gyeom malah bertanya jika dia masih hidup  kenapa dia nggak pulang? Mata Ja Hyeon berubah merah. Na Gyeom menasehati kalo sekarang Ja Hyeon harus memikirkan hidupnya. Kalo Ja Hyeon berpegang pada orang yang sudah meninggal, itu hanya akan menghancurkan hidupnya. Air mata mulai mengalir di pipi Ja Hyeon. Dia nggak bisa bilang apa-apa lagi. 


Kang pulang ke istananya dengan menaiki tandu. Ia turun dari tandu dengan membawa pakaian Hwi yang diberikan oleh paman tadi. 


Ja Hyeon keluar dari kamar Na Gyeom dengan gontai, Kkeutdan sampai harus membimbingnya. Matanya kosong. Ia berpapasan dengan Kang yang baru pulang. Kang bertanya apa Ja Hyeon bertemu dengan temannya? Ja Hyeon memalingkan wajahnya meminta Kkeutdan menunggu di luar. Kkeutdan menurut lalu berjalan melewati Kang. Kang juga menyuruh pelayan dan anak buahnya untuk pergi. kang menatap Ja Hyeon. 


Na Gyeom membuka lemari dan mengambil pakaian. Na Gyeom tersenyum menatapnya. Pelayan di luar memanggilnya dan memberitahu kalo Daegam sudah datang. Na Gyeom tersenyum lalu bangkit dengan membawa pakaian itu. 


Ja Hyeon menghampiri Kang. Dengan mata berkaca-kaca ia duduk di hadapan Kang. Ia meminta agar Kang nggak melepaskan adiknya. Ia meminta tolong untuk menemukan pangeran Eun Sung. Air mata Ja Hyeon mengaliri pipinya. Ia lalu melanjutkan, orang tuanya bahkan nggak mengijinkannya berbicara tentangnya. Nggak ada yang bertanya dan mengeluh. Ja Hyeon menatap Kang dengan berurai air mata. Hanya Kang yang bisa melakukannya. 


Kang menatap Ja Hyeon dan memberitahu istana akan mengadakan pemakaman. Ja Hyeon mengulangi, pemakaman? Keluarga kerajaan sudah menyerah pada pangeran Eun sung? Ja Hyeon mengatakan hal itu nggak boleh terjadi. Ia minta tolong Kang untuk menemukannya. Dia adiknya. Ja Hyeon meminta Kang jangan mengesahkan kematiannya. Kang bertanya apa Ja Hyeom harus melihatnya sendiri agar percaya? 


Kang mendekat dan menjatuhkan bungkusannya. Ia menyuruh Ja Hyeon untuk melihatnya sendiri. Ja Hyeon pelan-pelan membukanya dan melihat isinya. Ja Hyeon terkejut dan menutup mulutnya. Itu adalah pakaian pemberiannya. Ka Hyeon menangis sedih. Ia terus menggeleng nggak percaya. Ia bilang itu hanya bajunya. 


Kang membantu Ja Hyeon untuk bangkit. Ia bertanya apa Ja Hyeon masih bersikeras kalo Hwi masih hidup? Bahkan setelah melihat darah itu? Ja Hyeon menggeleng nggak percaya. 
Na Gyeom yang baru keluar  melihat Ja Hyeon bicara dengan suaminya. 


Kang menatap Ja Hyeon dalam-dalam. Ia lalu menarik Ja Hyeon dan memeluknya. 
Na Gyeom nampak terluka melihat adegan itu. 
Kang menyuruh Ja Hyeon untuk membuang harapannya. Ja Hyeon refleks mendorong Kang. Kang memberitahukan, raja, ibu suri, dan keluarga kerajaan sangat putus asa. Ja Hyeon berkata kalo Kang hanya mencoba mencari alasan untuk membenarkan tindakan menyerahnya. Ia minta tolong sekali lagi agar Kang menemukan Hwi. 


Na Gyeom menghampiri mereka. Ia bertanya pada Ja Hyeon, apa ia merengek ke pangeran Jin Yang? Kang menatap istrinya. Na Gyeom tersenyum dan memberitahu sudah larut. Ia mempersilakan Kang untuk masuk ke dalam. Kang menatap Ja Hyeon dan berpesan agar Ja Hyeon jaga diri. Ia lalu pergi meninggalkan Ja Hyeon bersama Na Gyeom. 


Selepas Kang pergi, sikap Na Gyeom langsung berubah. Ia memperingatkan Ja Hyeon agar jangan bersikap seperti itu. Na Gyeom melangkah dan berdiri di depan Ja Hyeon. Ia menasehati jika mereka mengatakan tidak maka Ja Hyeon harus menerimanya. Ja Hyeon bergantung pada suami orang lain. Apa-apaan ini? Ja Hyeon mengingatkan kalo dia kakak pangeran Eun sung. Na Gyeom tertawa kecil dan mengingatkan kalo dia adalah suaminya. Ja Hyeon menatap Na Gyeom dan meminta maaf atas kelancangannya. Na Gyeom menghela nafas. Karena sudah larut malam, ia menyuruh Ja Hyeon untuk pulang ke rumah. Mereka bisa bicara lagi saat siang hari. 


Ja Hyeon mengangguk pelan. Ia lalu membungkus pakaian Hwi dengan kain. Na Gyeom malas melihatnya dan memilih untuk masuk ke dalam meninggalkan Ja hyeon. 


Na Gyeom berhenti melangkah. Ia teringat saat Kang memeluk Ja Hyeon. Ia juga teringat perkataan Yoo Kyung yang memberitahunya kalo perasaan pangeran Jin Yang bukan untuknya. Yoo Kyung menyuruh Na Gyeom untuk menemukan kekasihnya yang sebenarnya. Na Gyeom berbalik dan melihat Ja Hyeon dengan marah. 


Kkeutdan menunggu dengan cemas. Ia bertanya-tanya apa yang terjadi? Ja Hyeon keluar dan Kkeutdan buru-buru menghampiri. Ia bertanya apa mereka sudah selesai bicara? Kkeutdan menanyakan apa itu yang dibawa Ja Hyeon? Ia berniat membawanya. Tapi Ja Hyeon nggak memperbolehkannya. Ia berjalan meninggalkan Kkeutdan. Kkeutdan berjalan mengikuti. 


Kang berganti pakaian dibantu istrinya. Na Gyeom mengaku kalo dia nggak keberatan jika Kang menemui gisaeng. Karena itu adalah sesuatu yang dibutuhkan pria hebat. Tapi Na Gyeom melarang Kang untuk menemui wanita lain. Kang malah bertanya pernahkah Na Gyeom melihat orang yang merindukan kekasihnya? Na Gyeom menanyakan apa maksud Kang adalah Ja Hyeon? 


Kang berbalik dan menghadap Na Gyeom. Sama seperti Nona Ja Hyeon yang menginginkan Hwi, Na Gyeom menginginkannya. Na Gyeom bertanya apa Kang lupa? Ia menarik pisau perak di depannya? Kang memotong. Na Gyeom melakukannya demi harga diri Na Gyeom sendiri, bukan untuknya. Kang menghela nafas. Ia memperbolehkan Na Gyeom pergi. Ia ingin beristirahat. 


Kang sudah mau meninggalkan Na Gyeom. Na Gyeom mengatakan, betapapun besarnya kerinduannya, itu nggak akan menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Mereka harus menemukan calon suami yang cocok untuknya saat ada waktu yang tepat. Itu adalah etiket seorang teman yang menikah dengannya, dan pertimbangan prinsip keluarga kerajaan. 


Kang kembali berbalik dan mengingatkan kalo ini belum waktunya. Masa berkabung harus diakhiri terlebih dahulu. Na Gyeom meminta tolong agar Kang mendapatkan ijin dari ibu suri. Mereka nggak menikah secara resmi. Mereka hanya saling bertemu satu atau dua kali. Minta agar hubungan Ja Hyeon dengan pangeran Eun Sung dilupakan demi masa depannya. 


Kang maju dan menghampiri sang istri. Apa yang ia janjikan pada Na Gyeom adalah tempat di sisinya. Menahan diri dari rasa cemburu. Jika Na Gyeom terus serakah, maka ia bisa kehilangan apa yang ia miliki. Na Gyeom menghela nafas dengan perasaan kesal.


Ja Hyeon membuka pakaian itu lagi dan kembali bersedih. Ia memeluk pakaian itu dan mengis sejadi-jadinya. 


Sementara itu Hwi yang lagi ada di penjara nggak bisa tidur. Dia terus memandangi ikat rambut Ja Hyeon. Air matanya menetes. Ia menggenggamnya erat dan membuat hatinya makin sakit. 

Bersambung...

Komentar : 
Kang keterlaluan banget, ya. Bukan April Mop juga tapi ngerjain anak orang sampai segitunya. 
Comments


EmoticonEmoticon