9/06/2018

SINOPSIS The Perfect Match Episode 4 PART 2

SINOPSIS The Perfect Match Episode 4 BBAGIAN 2


Penulis Sinopsis: Anysti18
All images credit and content copyright: SET TV
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 4 Part 1
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 4 Part 3

Tingen berolahraga malam harinya. Mengangkat barbel, sit up, push up. Tingen benar-benar nggak bisa tenang. Bentar-bentar lihat ponsel. Ternyata dia nungguin telpon dari Fenqing. 


Fenqing sendiri sedang makan ayam. Nggak tanggung-tanggung ia memasukkan banyak makanan ke dalam mulutnya. Ah Wei datang membawa bir. Ia kaget lihat kebiasaan Fenqing pada camilan saat sedang marah mulai lagi. Tanpa berhenti makan Fenqing mengiyakan. Ah Wei menghitung jumlah makanan yang dimakan Fenqing. Ia kagum Fenqing membuat rekor baru kali ini. Ah Wei duduk di sebelah Fenqing bertanya separah itukah? Fenqing mengangguk mengiyakan. 


Ah Wei merasa itu sempurna. Ia membawa minuman pendamping yang sempurna. Fenqing mengacungkan jempolnya buat Ah Wei. Ah Wei akan menuangkannya untuk Fenqing. Fenqing bercerita kalo Huo Tingen merasa paling benar sendiri. Huo Tingen selalu menjadi gila karena merasa benar sendiri. Sambil mencampur minuman, Ah Wei memberi nasehat agar Fenqing menjaga jarak sejauh mungkin dari  Huo Tingen. Fenqing nggak menjawab. 


Ah Wei memberikan minuman yang ia racik pada Fenqing. Fenqing menerimanya dan berterima kasih. Mereka bersulang dan menimumnya bersama-sama. Habis minum Fenqing berpendapat kalo teh hijau keluarga Zhenzhen memang lezat. Itu sangat cocok dengan bir. Ah Wei mengangguk membenarkan.

Fenqing teringat sesuatu dan meletakkan gelasnya. Ia memberitahu kalo dia nggak boleh minum bir lagi. Huo Tingen telah membuat isi perutnya penuh dengan udara gas. Jika ia minum lagi maka perutnya akan meledak. Ah Wei tersenyum lalu meneguk minumannya. Ia menatap Fenqing dan bertanya apa dia benar-benar memutuskan untuk nggak akan kembali ke La Mure? 


Fenqing nggak langsung menjawabnya. Sejujurnya dia merasa kalo Huo Tingen itu sangat menakjubkan. Ia baru di La Mure selama tiga hari tapi rasanya ia telah belajar selama 3 tahun. Rasanya seperti ia jadi agak dekat dengan ayahnya. Jadi kalo dia nggak masuk ke La Mure, dia nggak akan pernah punya kesempatan untuk belajar tentang alkohol. Mendadak Fenqing jadi semangat lagi. Ia beranya apa Ah wei tahu kalo gudang penyimpanan La Mure punya banyak minuman anggur merah? Ia memberitahu kalo ada beberapa anggur merah dengan rasa buah-buahan. Beberapa terasa manis dan yang lainnya terasa asam. 


Ah Wei mendengarnya sambil senyum. Dia mengaku tahu. Biasanya kalo dia makan daging merah, maka dia minum anggur merah. Karena tanin dalam anggur merah bisa dikombinasikan dengan protein dalam daging merah dan melembutkan pahitnya anggur. Tapi biasanya kalo dia makan ikan, maka dia minum anggur putih. Karena kalo minum anggur merah maka akan membuat rasa anggurnya jadi semakin pahit. Sesuatu seperti itu? 


Fenqing sampai bengong. Dia penasaran gimana Ah Wei bisa tahu banyak tentang anggur? Ah Wei tampak sedikit gugup. Ia memberitahu kalo dulu pernah bekerja sebagai pelayan di pesta gudang anggur dan dia mempelajarinya disana. 


Fenqing jadi makin tertarik. Jadi Ah Wei pernah pergi ke pesta gudang anggur? Ah Wei mengangguk menyiyakan. Ia menanyakan apa Fenqing ingin pergi kesana? Fenqing mengangguk. Ah Wei menatapnya sambil senyum. 


Fenqing memberitahu kalo seharusnya Tingen membawanya pergi ke pesta gudang anggur. Fenqing akan mengambil kesempatan itu untuk mempelajari anggur. Dengan begitu, saat ia harus menggunakan anggur untuk memasak di masa yang akan datang, maka itu nggak akan membuatnya bingung. Fenqing kecewa karena itu nggak akan terjadi lagi. 


Ah Wei menatap Fenqing. Ia mengatakan kalo memang Fenqing sangat ingin pergi ke pesta gudang anggur, maka dia bisa... . Belum sampai Ah Wei menyelesaikan kalimatnya, Fenqing sudah keburu memotong, Ah Wei menyuruhnya untuk minta maaf pada Tingen? Sambil memasukkan makanan ke mulut, Fenqing mengumumkan kalo dia nggak akan minta maaf. Nggak papa kalo memang dia nggak bisa pergi. 


Ah Wei tersenyum membenarkan. Jangan minta maaf pada Tingen. Ah Wei akan mendukungnya. Fenqing mengangguk lalu mengangkat gelasnya. Bersulang. Ah Wei mengangkat gelasnya dan mereka minum bersama-sama. 


Tingen masih berolahraga. Kali ini dia melakukan pull up sambil terus menengok ke ponselnya. Tingen benar-benar nggak bisa menahannya. Dia mengambil ponselnya dan memuji Fenqing yang punya keberanian. Fenqing bilang nggak akan kembali dan dia nggak akan kembali. Tingen meletakkan ponselnya dan beranjak ke kamar. 


Sedetik kemudian Tingen balik lagi dan kembali mengambil ponselnya. Dia akan memberi Fenqing kesempatan. 


Fenqing masuk ke kamarnya. Ia melihat sepatu dari Tingen dan mematung. 

Flashback...


Tingen memintanya untuk mencoba sepatu itu dan lihat apakah sepatunya cocok. Fenqing mencobanya dan memberitahu kalo sepatu itu sempurna. Itu ukurannya. 


Tingen menggendong Fenqing saat turun gunung hujan-hujanan. 


Saat Tingen bertaruh dengan bos lintah darat. Tingen janji akan membayar dua kali lipat kalo bos itu menang. Fenqing meletakkan tangannya di atas tangan Tingen saat Tingen berniat menusukkan pisau di sela-sela jarinya. 

Flashback end.. 


Fenqing terkenang semua yang peristiwa yanh pernah dia lalui bersama Tingen. Menurutnya, meski sedikit sombong, tapi Tingen masih cukup baik padanya. 


Fenqing duduk sambil memandangi ponselnya. Rupanya dia juga menunggu pesan dari Tingen. Fenqing bertanya-tanya apa dia benar-benar nggak harus kembali? Tapi kan Tingen yang ingin Fenqing memutuskannya? Jadi artinya Tingen memperbolehkannya untuk kembali atau enggak. Fenqing jadi bingung sendiri jadinya. 


Akhirnya Fenqing menulis pesan untuk Tingen. 

Fenqing: Berkenaan dengan kembali ke restoran... 


Fenqing mendadak jadi ragu. Menurutnya itu nggak benar. Tingenlah yang butuh penjelasan. Ia merasa kalo Huo Tingen hanya merasa kesal hari ini. Karena dia salah paham dengan semua orang. Harusnya Fenqing memberitahunya kalo semua orang hanya bercanda. 


Fenqing lalu mengubah pesannya. 


Tingen selesai mandi. Dia terus memegang ponselnya. Pesan Fenqing masuk dan Tingen pun membacanya. 

Fenqing: Aku nggak akan pergi ke restoran besok. Aku akan menanganinya. 


Pesan dari Fenqing malah membuat Tingen jadi bertanya-tanya. Menangani apa? Apa Fenqing akan berhenti kerja? Tingen pun membalasnya. 


Tingen: Kalo kamu nggak kembali maka kamu nggak perlu mengatakan apapun. 


Fenqing malah bingung dengan jawaban dari Tingen. Jangan mengatakan apapun? Ia mencoba menelaah dan mengartikannya dengan versinya sendiri. Jangan mengatakan apapun artinya jangan mengatasinya. Fenqing lalu membalasnya. 


Fenqing: Aku masih harus menyelesaikan beberapa hal yang perlu aku selesaikan. 


Tingen juga nggak ngerti maksud Fenqing. Memangnya apa yang harus diselesaikan? Kalo memang Fenqing ingin kembali maka bilang saja. 

Tingen: Beberapa hal lebih penting daripada menyelesaikan itu. 


Fenqing membaca pesan balasan dari Tingen. Dia juga nggak ngerti maksudnya apaan? 


Fenqing: Hal apa? 

Tingen membaca pesan Fenqing dan nggak habis pikir kenapa Fenqing bertanya padanya? Hadeuh, apa Fenqing nggak bisa memahami situasi? 


Tingen bangkit dan jalan mondar-mandir. Dia sudah nggak bisa nahan lagi. Tingen pun menelponnya. Tingen menanyakan apa Fenqing tahu apa yang sebenarnya terjadi? 


Fenqing mengaku tahu. Tingen bertanya apa yang Fenqing tahu? Fenqing jadi kesal dan meminta Fenqing untuk melupakannya saja. BYE! 


Tingen menutup telponnya padahal Fenqing masih ingin bicara. Fenqing kesal habis. Tingen sungguh nggak sopan menutup telpon seperti itu. 


Tingen menatap ponselnya di sofa dan mengatakan kalo yang ia inginkan adalah mendengar Fenqing bilang, maaf, Chef, ijinkan aku kembali. Dan Tingen akan mengatakan pada Fenqing, baiklah, kembalilah, nggak masalah. Tingen bertanya-tanya kenapa Fenqing selalu keras kepala? 


Tingen lalu teringat saat Fenqing memboncengnya. Fenqing meminta Tingen mengulurkan tangannya dan berpegangan erat-erat di perutnya. 


Fenqing menyiapkan penyangga tangan untuk Tingen. Itu sempurna untuk keadaannya. 


Tingen menarik Fenqing dan bertanya kalo Fenqing dan bertanya kalo Fenqing bilang kalo orang yang dia kenal adalah temannya, benar? Fenqing membenarkannya tanpa ragu. Tingen kembali bertanya kalo suatu hari terjadi sesuatu yang buruk padanya apa Fenqing juga akan melangkah dengan berani untuknya? Fenqing kembali mengiyakan. 


Tingen terdiam teringat semua kenangan itu. Dia kembali dan mengambil ponselnya. Ia merasa kalo itu bukanlah sesuatu yang biasa. Itu adalah kepribadian Fenqing. Tingen mengucapkan selamat malam lalu beranjak. 


Tingen terbangun keesokan paginya dan langsung mencari ponselnya. Rupanya Fenqing belum juga menelponnya. Tingen bertanya-tanya apa Fenqing benar-benar nggak ingin kembali? 


Tingen bangun dan duduk di tepi tempat tidur. Dia ingin menelpon Fenqing tapi nggak jadi. Siapa yang peduli? Ia lalu membuang ponselnya ke belakang. 


Tiba-tiba ponselnya bunyi. Tingen langsung melompat dan mengambilnya. (Lah, katanya nggak peduli? Hadeuh, tepok jidad!) Rupanya yang menelpon adalah Tianzhi. Tingen bertanya ada apa? Tianzhi memberitahu kalo ibu ingin Tingen pulang untuk makan siang. 


Tingen makan bersama Tianzhi dan  ibunya. Tingen makan dengan menggunakan saus tomat. Ibu menegurnya, gimana bisa Chef papan atas sangat suka makan saus tomat? Ibu mempeeingatkan kalo makan terlalu banyak nggak baik untuk Tingen. Tingen memberitahu kalo saus tomat sangat lezat. Ibu kesal, apa Tingen  anak kecil sampai membantah ibunya? 


Tingen bertanya apa nenek nggak di rumah? Ibu memberitahu kalo telah terjadi sesuatu jadi nenek pergi. Tingen menanyakan kemana nenek pergi pagi-pagi sekali? Ibu memberitahu kalo teman nenek mengajaknya keluar. Tahu kan kalo orang tua selalu bangun pagi. Tingen mengangguk lalu memakan rotinya. 


Ibu tiba-tiba menanyakan apa malam ini Tingen akan pergi ke pesta ulang tahun Presdir Wang? Tingen mengangguk mengiyakan. Ibu merasa kalo itu bagus karena ia dengar Ruxi juga diundang. Ibu berpikir kalo Tingen bisa pergi dengan Ruxi malam ini. 


Tingen merasa nggak bisa. Ia menatap Tianzhi. Ibu bertanya ada apa? Tingen bilang nggak papa. Ia memberitahu kalo ibu terlambat memberitahunya sehingga ia sudah janji akan mengajak seseorang dari dapur. Ibu hanya tertawa. Ia merasa kalo Tingen pasti bercanda. Tingen mengajak seseorang dari dapur ke acara yang sangat penting? 


Tingen meminum jusnya dan memberitahu ibunya kalo lebih baik mengajak orang dapur. Alasannya adalah karena mereka selalu menghabiskan waktunya di dapur dan hanya tahu caranya memasak. Menurut Tingen, mengajak mereka akan membuat mereka melihat dunia dan belajar gimana caranya bersosialisasi. 


Ibu merasa kalo itu nggak mungkin. Benar-benar nggak mungkin. Ibu menatap Tianzhi seolah minta dukungan. Menurut ibu staf dapur nggak tahu tata krama. Mereka bisa saja mempermalukan La Mure. Tingen bilang kalo itu nggak akan terjadi. Ia yakin kalo mereka akan mengikutinya. Gimana bisa mereka bikin malu? Selain itu Tianzhi juga ada disana. Tingen meminta ibu untuk tenang. 


Ibu meminta Tianzhi untuk bicara pada Tingen. Tingen menatap Tianzhi. Tianzhi mengerti dan memanyakan siapa orang yang beruntung itu? Tingen memberitahu kalo namanya Wei Fenqing, mungkin dianggap sebagai juru masak kedua. Nggak juga, sih, dia bahkan bukan juru masak ketiga. Hanya asisten saja. Ibu terkejut mendengarnya, asisten? Tingen ngajak asisten ke pesta gudang anggur? Tingen mengangguk mengiyakan. 


Ibu sampai nggak habis pikir. Dia benar-benar nggak bisa memahami Tingen. Menurut ibu Ruxi lebih cocok untuk berada di samping Tingen tapi dia malah mengajak asistennya? Ibu yang kesal sampai memukul kepala Tingen. Apa dia sudah g*la? Tingen mengeluh memberitahu kalo dia nggak g*la. Tingen minta ibu untuk memikirkannya. Dia adalah manajer. Karena dia manajer makanya dia nggak bisa mengingkari janjinya. Tingen sudah janji untuk mengajaknya jadi dia harus memenuhi janji itu. Itu adalah hadiah istimewa yang sudah ia janjikan. Mungkin sekarang dia sangat gembira dan sedang bersiap-siap. Menurut Tingen itu adalah sesuatu yang baik dan jangan membuatnya kecewa. 


Tingen malah menyuruh ibu untuk bertanya pada Tianzhi. Sebagai manajer, bukannya seharusnya mereka membangun reputasi mereka disaat seperti ini? Benar, kan Tianzhi? Tianzhi membenarkan. Ibu menegur Tianzhi, apanya yang benar? 


Tingen tersenyum. Tingen melihat jamnya dan bilang kalo sudah waktunya kembali ke restoran. Ibu memberitahu kalo ia belum selesai bicara. Tingen memberitahu kalo dia sudah selesai makan dan sudah kenyang juga. Tingen bangkit. Ibu masih meminta Tingen untuk mendengarkannya. Tingen bertanya apa ibu yang sudah memanggang daging itu? Rasanya terlalu asin. Ibu pasti menambahkan garam terlalu banyak. Tingen bilang kalo dia mencintai ibunya lalu pamit pergi. Ibu masih ingin bicara tapi Tingen nggak menggubrisnya. 


Tingen sampai di luar dan merasa lega. Tapi sedetik kemudian dia malah bingung. Siapa yang akan dia ajak? Dia kan lagi berantem sama Fenqing? 


Tingen masuk ke dapur tapi nggak ada siapa-siapa disana kecuali Xiaobin. Tingen menanyakan apa yang Xiaobin lakukan di dapur sendirian? Apa pegawainya yang lain belum datang? Xiaobin memberitahu kalo ia punya tiga hal yang harus ia beritahukan pada Tingen. Dua berita baik dan satu berita buruk. Xiaobin menyuruh Tingen untuk memilih mana yang ingin ia dengar lebih dulu? Tingen milih berita baik karena suasana hatnya sedang buruk. 


Xiaobin memberitahu berita pertama tentang renovasi area dapur baru sudah selesai dan mereka sudah melewati semua pemeriksaan. Tingen mengulangi, mereka sudah lulus pemeriksaan api? Xiaobin mengiyakan. Apa Tingen nggak senang? Xiaobin minta Tingen untuk memberinya senyuman. 


Tingen nggak mau basa-basi. Dia berbalik dan minta diberitahu berita kedua. Xiaobin merangkul Tingen dan mengaku suka dengan berita itu karena Jake sudah kembali, mereka bisa pergi ke pesta malam ini. Tingen menatap Xiaobin dan memberitahu kalo hanya Xiaobin yang senang. Kalo Jake nggak kembali maka Xiaobin nggak usah pergi. Xiaobin protes, apa yang Tingen katakan? Dia mungkin saja bisa ketemu dengan cinta sejatinya. 

Bersambung...


Komentar:
Tingen sama Fenqing emang besar banget harga dirinya. Dua-duanya nggak ada yang mau mengalah. Padahal sama-sama mikirin satu sama lain, tuh. Hadeuh, tepok jidad!
Maaf, ya baru bisa lanjut. Dan buat selanjutnya nggak bisa janji juga sih bakal lanjut cepat. Soalnya masih mau namatin Grand Prince dulu, sama nyambi Sm:)e juga. ^_^ 

Salam
Anysti18
Comments


EmoticonEmoticon