10/06/2018

SINOPSIS The Perfect Match Episode 6 PART 2

SINOPSIS The Perfect Match Episode 6 BAGIAN 2


Penulis Sinopsis: Anysti18
All images credit and content copyright: SET TV
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 6 Part 1
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 6 Part 3

Ah Wei mengatakan kalo karena itulah dia selalu berterima kasih pada Fenqing. Fenqing berpaling dan mengatakan kalo Ah Wei nggak perlu berterima kasih padanya. Saat itu ibunya sakit dan pingsan. Dia juga nggak berdaya. Kalo nggak ada Ah Wei dia juga nggak tahu harus gimana. Mereka saling bergantung dan membantu satu sama lain. 


Fenqing menatap Ah Wei dan mengingatkan kalo mereka sudah mengalami banyak hal bersama. Maka dari itu ia mengira kalo Ah Wei adalah orang yang paling mengerti dirinya. Ah Wei tahu gimana susahnya dia bekerja agar ibunya bisa tenang dan gimana dia berusaha sebaik mungkin tapi sekarang Ah Wei malah mendukung Yang untuk meninggalkan rumah? Ah Wei sebenarnya nggak ngerti sama sekali. 


Ah wei memberitahu kalo dia ngerti. Gimana bisa dia nggak ngerti? Tapi dia ngerti kenapa Yang ingin meninggalkan rumah. Dulu saat keluarganya seperti itu, mereka terus memaksanya untuk meninggalkan rumah. Ah Wei mengingatkan kalo Fenqing nggak bisa memaksa Yang untuk hidup seperti yang ia inginkan. 


Fenqing merasa kalo dia nggak memaksa Yang. Justru ia sedang melindungi Yang. Ah wei bertanya gimana kalo Fenqing akhirnya menghabiskan hidup Yang? Apa Fenqing bisa mengganti hidupnya? Apa Fenqing yakin kalo itu adalah keinginan ayahnya? 


Fenqing marah dan mengangkat tangannya tapi dia nggak melakukan apa-apa. Ia menatap Ah Wei dengan tatapan tajam dan mengatakan kalo orang yang paling penting baginya adalah orang yang sudah melukai hatinya. Ia lalu meninggalkan Ah Wei begitu saja. 


Fenqing keluar dari rumah dengan perasaan marah. 


Ah Wei sendiri masih di tempatnya. Zhenzhen datang dan menanyakan kemana saja dia hari ini? Ah Wwi nggak bilang apa-apa dan malah menendang kursi. Ia mengeluhkan Fenqing yang nggak bisa mempercayainya. Zhen zhen menasehati agar Ah Wei jangan marah. Ia bertengkar karena ia punya hubungan yang baik dengan Fenqing. Ah Wei lalu pergi. Zhen zhen memanggilnya  dan bertanya dia mau kemana? Ah wei mengatakan kalo ini sudah malam. Bahaya bagi Fenqing berada di luar sendirian. 


Fenqing berjalan sambil memaki Ah Wei. B*doh! S*alan! Apa ia pernah menganggapnya sebagai teman? Fenqing terdiam sambil mengatur nafasnya. Ia menangis. 


Fenqing naik bus. Ia terdiam. 

Flashback...


Ah wei membantu Fenqing memasak. Ah Wei bertanya apa Fenqing mau membuat mini burger kari udang? Fenqing mengiyakan. Ia memberitahu kalo adiknya menyukai itu. Fenqing memberitahu kalo ia harus memikirkan cara untuk mendapatkan gelar Raja Kari ayahnya kembali. Ah Wei mengatakan kalo ia akan mendukung Fenqing. Gimana kalo Fenqing belajar membuat kari dan ia akan menjaga toko ayam goreng? Fenqing mengiyakan. Ia lalu menyampaikan kalo paman Rib menawari Ah Wei untuk tinggal dengannya jadi Ah Wei nggak perlu lagi tidur di ruang tamu rumahnya lagi. Ah Wei mengingatkan kalo paman Rib kurang peduli. Fenqing malah merasa kalo mereka mirip. 


Ah Wei dan Fenqing buru-buru berlari ke atap. Wajah Ah Wei tampak terluka. Ah Wei meraih wajah Fenqing dan memeriksanya. Fenqing lalu mengobati luka di wajah Ah Wei. Setelah itu Ah wei mengobati luka di tangan Fenqing. 

Flashback end...


Fenqing berdiam diri di tengah jalan. Orang-orang berlalu lalang di sekitarnya. 


Ah Wei mengendarai motornya mencari Fenqing. 


Fenqing sendiri masih berjalan sendirian. Ia lalu teringat kata-kata Tingen. Tingen mengatakan kalo mulai sekarang, kalo terjadi sesuatu pada Fenqing, maka Fenqing harus mencarinya. 


Saat di dapur, Tingen menuntut Fenqing yang nggak mencarinya saat ada masalah. 

Flashback end...


Fenqing menghela nafas. Ia melihat sekitar dan tahu-tahu dia sudah di depan La Mure. 


Tingen naik di atas meja menulis resep baru. Fenqing menghampirinya dengan langkah gontai. Fenqing memanggil Tingen. Tingen bertanya kenapa Fenqing datang? Fenqing nggak menjawab. Tingen bertanya ada apa? Tingen mendekat dan memberitahu kalo musim akan segera berganti. Ia berencana untuk bersih-bersih. Ia meminta Fenqing untuk mrmbantunya. Fenqing mengingatkan kalo sekarang bukan jam kerjanya. Tingen mengatakan kalo Fenqing sudah datang, lagian dia juga nggak akan mati kalo membantunya. Ia menyuruh Fenqing untuk bersih-bersih sementara dia akan memikirkan menu baru. 


Fenqing mulai membersihkan, dari meja sampai mengepel lantai. Tingen menyuruhnya agar bergegas kalo enggak maka Fenqing nggak akan selesai sampai besok. Tingen mengawasinya sambil senyum. Habis itu Fenqing masih harus mencuci panci dan pot juga beberapa mangkuk. Setelah itu Tingen menyuruhnya untuk membuat adonan menjadi 3 tipe kehalusan. Permukaannya harus halus, alat dan tangan Fenqing juga harus halus. 


Fenqing mengambil adonan itu lalu membantingnya. Meratakannya, menaburkan tepung dan kembali membantingnya. Tingen menghpirinya dan bertanya apa Fenqing lelah? Apakah suasana hatinya sudah sedikit lega? Apa merasa lebih baik? Fenqing menatap Tingen dan menyimpulkan kalo Tingen menyuruh-nyuruhnya karena ingin ia merasa tenang? Tingen mengiyakan. Ia lalu menyuruh Fenqing untuk berhenti. Lagian dia juga nggak akan menggunakan adonan itu. Tingen lalu mengajak Fenqing untuk minum. 


Mereka berdua minum di depan. Tingen menanyakan apa Fenqing masih mengkhawatirkan adiknya? Fenqing heran, gimana Tingen bisa tahu? Tingen meledek, apa Fenqing amnesia? Tadi pagi di ginekolog, dan siang tadi ia mendengar pembicaraan Fenqing dengan Ah Wei di telpon. Fenqing marah, kenapa Tingen menguping pembicaraannya? Tingen mengingatkan kalo dia punya kuping. Fenqing bicara segitu kerasnya dan kebetulan ia mendengarnya. 


Fenqing mengira kalo Tingen akan mengkhawatirkannya. Tingen menatap Fenqing lalu meminum minumannya. Fenqing memberitahu kalo nggak semuanya tentang adiknya tapi karena Ah wei. Tingen bertanya ada apa? Fenqing mengadu kalo Ah Wei mengetahui kalo adiknya ingin meninggalkan rumah dan menyetujuinya. Harusnya dia tahu rasanya karena pernah meninggalkan rumah juga. Gimana bisa dia malah mendukung Yang? Dan harusnya Ah Wei paling tahu dirinya. 


Tingen membenarkan. Tapi meninggalkan rumah adalah tindakan yang paling melukai keluarga. Jadi Fenqing sedih karena Ah Wei? Fenqing menatap Tingen dan memberitahu kalo Ah Wei benar-benar penting untuknya. Tingen bertanya, sangat penting? Bukannya perasaan yang pernah Fenqing bilang sebelumnya tentang nggak meninggalkan teman di belakang? Tingen lalu bertanya kalo hari ini Tingen mendukung adiknya meninggalkan rumah, apa Fenqing akan sedih sesedih ia pada Ah wei? Fenqing mengiyakan. Tingen tersenyum dan mengaku suka dengan jawabannya. Ia lalu ngajak Fenqing untuk minum lagi. 


Tingen menatap Fenqing. Ia lalu teringat saat di pesta gudang anggur. Mereka minum habis-habisan hingga mabuk. Bahkan setelah sampai di rumah mereka masih minum sampanye. Fenqing sendiri juga teringat dengan kejadian itu. Mereka mabuk dan berakhir dengan tidur bersama. 


Fenqing pamit. Ia akan menghancurkan bubuk karinya. Ia memberikan minumannya pada Tingen dan menyuruhnya minum pelan-pelan. Tingen bersulang dengan botol Fenqing dan lanjut minum lagi. Dia juga harus mengembangkan menunya. 


Fenqing memasak bumbunya. Tingen lewat. Sedetik kemudian dia balik lagi dan mencicipi masakan Fenqing. Lumayan. Fenqing bertanya-tanya, apa nggak panas? Ia mencoba seperti Tingen tapi malah kepanansan. 


Tingen masih sibuk membuat menu baru. Fenqing tiba-tiba datang dan menambahkan bahan ke catatan Tingen yang kosong habis itu pergi. Tingen melihat bahan yang dipilih Fenqing lalu mengacungkan jempolnya. 


Fenqing makan apel di dekat Tingen. Tingen merasa frustasi karena menunya belum juga tercipta. Ia mengumpulkan kertas-kertas itu lalu membuangnya. Ia juga membuang jasnya lalu berolahraga. Sampai saat ia melihat Fenqing yang ternyata sudah tidur. 


Tingen menghampirinya dan memandanginya. Ia lalu mengambil apel yang masih Fenqing pegang dan pergi. 


Tingen menyelimuti Fenqing dengan jasnya. Ia lalu duduk di samping Fenqing dan kembali menulis menunya. 


Ah Wei datang ke La mure. Di depan  ada dua botol minuman yang ditinggalkan Tingen dan Fenqing. 


Ah wei masuk ke dapur dan melihat Tingen dan Fenqing tidur bersebelahan. 


Ah Wei kesal. Ia bahkan sampai menepuk motornya saking kesalnya. Ruxi tiba-tiba menghampirinya dan memanggilnya Xiaowei dan Ah Wei memanggilnya kakak. Ruxi bertanya berapa lama lagi Ah Wei akan tinggal di pasar malam? Ah Wei bangkit. Ia mengaku nggak tahu. Tapi ia merasa kalo sekarang dia hidup dengan baik. 


Ruxi menanyakan maksud Ah Wei, hidup dengan baik dengan berjualan di pasar malam? Ah Wei mengangguk mengiyakan. Dulu saat di rumah, semua orang melakukannya untuknya, tapi sekarang dia tahu gimana susahnya kerja cari uang di luar rumah. Dia juga tahu kalo bekerja keras untuk menyelesaikan apa yang ingin ia lakukan dan bangga pada diri sendiri karena bisa bahagia. 


Ruxi memberitahu kalo Ah Wei juga bisa bahagia kalo pulang dan bekerja keras. Ah Wei hanya tersenyum. Ia meminta kakaknya agar nggak usah mengkhawatirkan dirinya. Ia menyuruh kakkanya untuk mengunjungi dirinya di pasar malam kalo memang merindukannya. Ia akan menggoreng ayam untuknya. Ruxi bertanya apa Ah Wei nggak merindukan rumah? 


Ah Wei memberitahu kalo orang pasar malam mengajarinya kalo meskipun mereka nggak tinggal satu atap, tapi perasaan dan hubungan antar keluarga akan tetap ada. Ruxi mengangguk. Dia serasa nggak percaya adiknya mengucapkan kalimat bijak seperti itu. Ah Wei tersenyum dan memberitahu kalo dia hidup dengan baik jadi kakak nggak usah khawatir. Ah Wei nggak ingin pergi karena orang yang ia cintai ada di sana. 

Bersambung...


Komentar:
Lah ternyata Ah Wei adiknya Ruxi? Wah nggak nyangka kalo ternyata dia adalah pangeran yang kabur dari rumah. 
Dan suka dengan cara Tingen untuk menenangkan Fenqing. 

Salam
Anysti18
Comments


EmoticonEmoticon