10/06/2018

SINOPSIS The Perfect Match Episode 6 PART 4

SINOPSIS The Perfect Match Episode 6 BAGIAN 4


Penulis Sinopsis: Anysti18
All images credit and content copyright: SET TV
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 6 Part 3
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 7 Part 1

Tingen tersenyum perih. Ia mengingatkan kalo dulu ia membuat adik perempuannya sakit. Karena ia peduli padanya makanya ia ingin melindunginya. Walaupun orang yang Fenqing pikirkan bukanlah dia, itu nggak masalah untuknya. 


Xiaobin mendekat dan mengulangi kalo Tingen peduli pada Fenqing. Jadi Tingen mengakuinya? Tingen mengelak. Dia nggak bilang apa-apa. Xiaobin mengingatkan kalo Tingen yang mengatakannya sendiri. Tingen mengelak. Xiaobin tetap kekeuh kalo Tingen bilang gitu tadi. Tingen menatap Xiaobin dan nggak bisa mengelak lagi. Terserah! Ia lalu pergi. 


Fenqing masih dalam perjalanan pulang. 
Ah Wei sendiri sudah selesai berkemas. Dengan berat hati ia pun pergi. Ia berpapasan dengan Fenqing. Fenqing putar balik dan mengejar Ah Wei. Ia menambah kecepatannya dan memotong jalan Ah Wei. Ah Wei buru-buru mengerem. Ia menatap Fenqing sebentar lalu memalingkan wajahnya. 


Fenqing turun dari motornya dan melepas helmnya. Ia memanggil Ah Wei dan memintanya untuk menatapnya. Ah Wei nggak mau. Fenqing meminta maaf. Ia memberitahu kalo Ah Wei adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya dengan baik. Dan dia adalah satu-satunya orang yang mengerti Ah Wei dengan baik. Harusnya ia percaya kalo Ah Wei nggak akan menyakitinya. Fenqing mengakui kalo dia takut dan marah. Dia membiarkan hal itu mempengaruhinya dan menyakiti Ah Wei. Fenqing meminta maaf dan meminta Ah Wei agar jangan seperti itu. Fenqing nggak ingin selamanya melihat punggung Ah Wei. 


Ah wei sepertinya mulai luluh. Ia turun dari motornya dan melepas helmnya. Ia menatap Fenqing dan memberitahu kalo harusnya Fenqing tahu kalo dia nggak akan meninggalkannya. Fenqing bertanya apa Ah Wei bisa nggak melakukan sesuatu yang bisa melukainya? Ah Wei menanyakan apa yang Fenqing maksud? Fenqing memberitahu kalo Zhen zhen sudah memberitahunya kalo mantan pacar Ah Wei datang untuk mengajaknya pergi. Ah Wei nggak ngerti, mantan pacarnya? Fenqing mengiyakan. 

Flashback...


Ruxi bertanya berapa lama lagi Ah Wei akan tinggal di pasar malam? 

Flashback end...


Fenqing melanjutkan kalo meski ia nggak tahu kenapa mantan Ah Wei ingin melihatnya kalo itu karena Ah Wei marah dengannya, Fenqing berharap Ah Wei nggak akan melukai dirinya sendiri. Ah Wei bertanya apa Fenqing peduli padanya? Fenqing mengiyakan. Tentu ia peduli. Ah Wei bertanya gimana kalo ia benar-benar kembali pada mantan pacarnya? Fenqing mengatakan kalo ia akan terus menghentikan Ah Wei. Fenqing mengaku nggak ingin melihat Ah Wei terluka lagi. Ah Wei mengingatkan kalo Fenqing sendiri yang mengatakannya. Fenqing membenarkan. Ah Wei mengiyakan. Fenqing bertanya apa Ah Wei mau pulang bersamanya? 


Ah Wei mengiyakan. Tapi ia adalah pria yang menuruti tradisi. Ia nggak terbiasa kalo wanita mengejarnya. Itulah sebabnya kalo ia kembali maka biarkan ia yang mengejar Fenqing. Fenqing hanya tersenyum. Boleh kalo Ah Wei bisa menyetir dengan lebih cepat darinya. Tapi Fenqing rasa sudah cukup dengar Ah Wei mau pulang bersamanya. Ia nggak masalah dengan semua keinginnanya. Mereka lalu pulang bersama-sama. 


Tingen sendiri terus mematung di sebelah Xiaobin. Xiaobin menanyakan apa yang Tingen pikirkan? Ia memberitahu kalo nggak ada gunanya berpikir. Kan Tingen sendiri yang menyuruh Fenqing untuk pergi. Tapi sekarang orang yang cemberut adalah Tingen. Ia bertanya-tanya kenapa mesti repot-repot terjebak oleh cinta? Ia meminta Tingen untuk berhenti. Xiaobin mengingatkan kalo hanya ada satu kesempatan untuk cinta sejati. Ia menyuruh Tingen untuk pergi kalo dia memang ingin. Tingen lalu menoleh ke Xiaobin. Xiaobin mengatakan kalo ia yang akan mengurus restoran. 


Tingen buru-buru bangkit dan berlari keluar. Xiaobin tertawa. Apa sih yang mereka berdua lakukan? 


Ah Wei dan Tingen sudah kembali ke rumah. Fenqing menertawakan Ah Wei karena lebih lambat darinya. Ia mengingatkan kalo Ah Wei yang akan ia kejar. Ah Wei mengingatkan kalo ia hampir menang kalo nggak gara-gara lampu merah. Tingen tiba-tiba datang dengan mobilnya. 


Ia menatap mereka lalu turun dari mobil. Fenqing bertanya kenapa ia datang? Fenqing menghampirinya tapi ditahan sama Ah Wei. Ia melarang Fenqing bicara dengan Tingen dan menyuruhnya naik ke atas. Ia bahkan meledek Tingen. 


Fenqing menghampiri Tingen. Ia memberitahu kalo ia sudah menyelesaikan masalahnya dan bisa kembali ke  La Mure untuk kembali bekerja. Tingen mengangguk. Bagus kalo Fenqing sudah menyelesaikannya. 


Ah Wei memanggil Fenqing dan bertanya kenapa Fenqing harus kembali ke La Mure? Fenqing mengingatkan kalo dia harus belajar cara membuat kari lobster dalam waktu 7 hari. Waktunya sudah hampir habis. Itulah sebabnya setiap menit dan detik sangat penting baginya. Karena itulah dia harus mengikuti Chef. 


Tingen tersenyum. Ia merasa kalo Fenqing mengatakan hal yang benar. Sebelumnya Fenqing sudah janji untuk mempelajarinya jadi ia harus memenuhi janji itu. Ia merangkul Fenqing sambil menatap Ah Wei dan melanjutkan kalo dalam hidup Fenqing sekarang tiap detik dan menit sangatlah penting. Sambil memainkan tangannya seolah balas meledek Ah Wei. 


Tingen lalu kembali ke mobilnya. Fenqing juga pamit pada Ah Wei. Ia menyuruhnya untuk naik ke atas dan beristirahat. Ia akan pergi kerja. Mereka saling melambaikan tangan lalu berpisah. 


Fenqing dan Tingen berjalan beriringan. Fenqing dengan motornya dan Tingen di dalam mobil. Saat berhenti, mereka saling menatap. 


Tiba-tiba hujan turun. Fenqing berhenti dan turun dari motornya. Ia mengambil jas hujan di dalam tasnya. Tingen tahu-tahu datang dan memayunginya. Ia lalu membawa Fenqing ke mobilnya. Diam-diam Tingen mengambil kunci motor Fenqing. 


Di dalam mobil Fenqing memberitahu kalo dia sebenarnya masih biss mengendarai motornya. Dia nggak perlu masuk mobil Tingen. Tingen mengingatkan kalo hujannya sangat deras. Memakai jas hujan juga nggak akan ada gunanya. Ia akan mengantar Fenqing. Tingen lalu memberikan handuk pada Fenqing. Fenqing nggak sengaja melihat foto Tingen dan mengambilnya. Ia menanyakan tempat yang ada pada gambar. Sepertinya nggak asing. 


Tingen memberitahu kalo itu adalah tempat biasa Tingen untuk berkemah. Fenqing mengangguk sambil mengeringkan diri dengan handuk pemberian Tingen. Ia berterima kasih karena Tingen sudah membiarkannya pergi untuk mencari Ah Wei padahal ia sedang bekerja. Tingen mengiyakan. Ia memberirahu kalo nggak ada gunanya orang itu ada tapi hatinya ada di tempat lain. Fenqing yang merasa tersindir hanya mengiyakan. 


Tingen menatap Fenqing yang dalam keadaan basah lalu menambah volume musik. Ia menyuruh Fenqing untuk memakai sabuk pengaman. 


Nggak lama kemudian mereka sampai di La Mure. Tingen menyuruh Fenqing untuk keluar duluan. Fenqing bertanya apa Tingen nggak akan keluar? Tingen memberitahu kalo masih ada sesuatu yang harus ia urus. Ia mengingatkan kalo 7 hari akan segera berlalu. Selama waktu yang tersisa ia menasehati agar Fenqing lebih banyak mendengar, memperhatikan dan belajar. Fenqing mengangguk mengiyakan. 


Fenqing akan keluar. Tingen lalu memberikannya payung. Fenqing menerimanya dan berterima kasih. Ia lalu keluar. Mobil Tingen langsung pergi. Fenqing menatapnya. Mendadak ia jadi merasa sedih karena 7 hari bersama Chef akan segera berakhir. Akan seperti apa evaluasinya? Apakah ia harus menulis laporan atau mengerjakan ujian? Ia lalu menatap La Mure dan merasa sudah kehabisan waktu. Ia harus mengambil keuntungan dari setiap detik yang tersisa di sana. 


Tingen pulang ke rumahnya dalam keadaan basah kuyup. Ia bahkan sampai bersin segala. 


Sesaat kemudian Tingen sudah berganti pakaian. Ia memakai pakaian resmi. Setelah bercermin ia lalu keluar dan mengambil sebuah undangan di meja. 


Fenqing sendiri baru mau pulang. Ia mencari-cari kunci motornya di sakunya tapi nggak ada. 

Flashback...


Tingen memayungi Fenqing dan membawanya ke mobilnya. 

Flashback end...


Fenqing baru ingat kalo dia meninggalkan motornya. Ia jadi kesal. Dia kan bilang bisa mengendarainya sendiri. Sekarang sudah larut malam dan dia masih harus mengambil motornya. 


Fenqing melangkah dan tahu-tahu melihat motornya sudah ada di depan matanya. Dia sampai heran. 

Flashback...


Xiaobin memayungi Tingen yang sedang berusaha memakai jas hujan. Ia bertanya apa Xiaobin tahu cara memakainya? Xiaobin mengaku nggak tahu karena dia nggak pernah menggunakannya. Tingen marah dan merasa nggak memerlukannya. Tingen kesal karena nggak bisa dari tadi. Ia malah membuatnya robek dan akhirnya nggak bisa dipakai. Xiaobin sampai nggak bisa menahan tawa melihatnya. Tingen ngamuk dan membuang jas hujannya. 


Ia menyuruh Xiaobin untuk pergi. Tingen menghampiri motor Fenqing dan akan mengendarainya. Xiaobin melarangnya karena hujan sangat deras dan ia bisa basah kuyup nanti. Xiaobin malah membonceng sambil memayungi Tingen. Tingen menyuruh Xiaobin untuk membawa mobilnya. Xiaobin menurut. Tinhen lalu pergi dengan motor Fenqing. Tapi karena nggak terlalu mahir naik motor, hampir aja dia nabrak. Xiaobin teriak-teriak menyuruhnya hati-hati. 

Flashback end...


Fenqing senang melihat motornya kembali. Ia lalu mencari kunci motornya tapi nggak nemu. Xiaobin menghampirinya dan menanyakan kenapa Fenqing masih belum pulang? Fenqing memberitahu kalo motornya... . Xiaobin mengangguk dan mengatakan kalo motornya bagus. Fenqing juga merasa kalo itu bagus. Ia lalu pamit. Xiaobin menyuruhnya untuk hati-hati. Ia mengeluh kalo mereka berdua akan mati tanpanya. Fenqing bertanya, apa tadi? Xiaobin melihat ke atas dan bilang ada piring terbang. 


Ia lalu kembali mencari kuncinya. Fenqing mengangkat helmnya dan ketemu. 


Fenqing sudah di rumah dan sudah mau tidur. Ponselnya tiba-tiba bunyi. Ada pesan masuk dari Tingen yang menyuruhnya untuk tidur lebih awal. Selamat malam. Fenqing lalu membalasnya dengan video. Ia membuat wajah jelek sambil bilang selamat malam, tidur lebih awal. Ia lalu mengirimkannya ke Tingen. 


Nggak sengaja Fenqing melihat video Tingen. Ia bertanya-tanya apa ia yang telah merekamnya? Fenqing melihatnya dan kaget dengar apa yang Tingen bilang. Tingen mengatakan kalo dia mencintai Fenqing. 

Bersambung...


Komentar:
Terharu lihat pengorbanan Tingen buat Fenqing. Sampai rela basah-basahan buat ngambil motornya Fenqing segala. 
Dan emang bener orang yang paling berjasa buat mereka berdua adalah Xiobin. Mereka akan mati tanpa dia. 

Salam
Anysti18

2 komentar

  1. Wkwkkwkwk..
    Ini couple lucu banget bangey sih kak

    BalasHapus
  2. Penasaran ma kelanjutanny...
    Sehat trs n ttp semangat nulis sampai tamat y say...

    BalasHapus


EmoticonEmoticon