12/03/2018

SINOPSIS The Perfect Match Episode 11 PART 4

SINOPSIS The Perfect Match Episode 11 BAGIAN 4


Penulis Sinopsis: Anysti18
All images credit and content copyright: SET TV
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com
Follow TABLOID DRAMA on: TWITTER

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 11 Part 3
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 12 Part 1

Di pasar malam Ah Wei menghayal kalo Fenqing sedang hamil besar. Fenqing mengeluh padanya kalo bayi mereka terus menendanginya. Ah Wei lalu bicara pada perut Fenqing kalo Meng kecil nggak boleh menendangi ibunya. Fenqing meremehkan kalo dia nggak mau mendengarkan Ah Wei dan masih melakukannya. Ah Wei lalu menempelkan telinganya ke perut Fenqing dan ngomong sendiri kalo dia akan mendengarkan Ah Wei dan mengucapkan selamat tinggal pada Huo Tingen. Ah Wei memujinya yang sangat pintar. Ah Wei lalu merangkul Fenqing. Dia akan bekerja keras untuk mereka dan akan mengajak Fenqing keliling dunia. Fenqing merasa kalo itu pasti berat buat Ah Wei. Dia lalu mengelap keringat Ah Wei. 


Ah Wei merasa kalo itu nggak akan sulit kalo dia bersama dengan Fenqing. Ah Wei tersadar lalu menggunakan lapnya untuk bersih-bersih. Seorang pelanggan memanggilnya dan menanyakan ayam gorengnya. Ah Wei meminta maaf lalu mengambilkannya. 


Teman-teman Fenqing terkejut dengar berita dari Ah Wang kalo Huo Tingen sudah bertunangan. Mereka menanyakan tunangan Tingen. Ah Wang memberitahu kalo tunangannya adalah Wei Fenqing. Bibi Yu mengiyakan kalo Tingen tunangan dengan tunangannya. Tapi namanya siapa? Ah Wang kembali menyebutkan nama Wei Fenqing. (Dalam bahasa Mandarin kata tunangan kedengaran sama dengan Wei Fenqing). Paman Rib merasa kalo nama itu nggak asing. Ah Wang membenarkan karena dia adalah Master Qing. Mereka semua terkejut. 


Ah Wei juga sudah melihat beritanya. Hiks..hiks, dia langsung patah hati. Ah Wang dan yang lain menghampirinya dan mengatakan kalo itu hanya berita di internet dan belum tentu benar. Ah Wei mematung dan nggak mendengarkan omongan teman-temannya lagi. Dia lalu pergi dan nggak peduli meski teman-temannya memanggilnya. 


Dalam perjalanan naik motor Ah Wei menyesal. Nggak seharusnya dia nunggu. Hanya sebentar saja, walaupun hanya momen kecil tapi Fenqing sudah jadi tunangan orang lain. Nggak boleh. Padahal dia sudah menunggu Fenqing selama 2 tahun. Fenqing nggak boleh hilang dari kehidupannya seperti ini. 


Tingen dan Fenqing sudah sampai di pintu pagar dan terus melangkah. Ah Wei sampai nggak lama kemudian dan masih melihat mereka. Sayang dia nggak diijinkan masuk oleh satpam dengan alasan kalo itu adalah hunian pribadi. Ah Wei hanya bisa melihat Tingen dan Fenqing yang makin menjauh. Makin sedih lagi pas lihat mereka gandengan tangan. 


Tingen dan Fenqing sampai rumah. Tingen mrngenalkan nenek, ibu, ibu tiri dan Tianzhi pada Fenqing. Nenek langsung bangkit dan kelihatan seneng banget. Apa itu nyata? Tingen mengiyakan. 


Ibu bangkit dan menarik Tingen untuk bicara. Tingen minta pada nenek untuk melindungi Fenqing selama dia bicara dengan ibunya. Nenek menarik Fenqing untuk duduk. 


Ibu memarahi Tingen karena berani-beraninya membawa Fenqing ke rumah. Sambil memegangi perutnya Tingen memberitahu kalo dia hanya ingin mengenalkan Fenqing pada nenek biar ibu nggak berpikir kalo dia bercanda. Ibu menyatakan kalo dia nggak setuju dan besok akan mengumumkan kalo itu hanya salah paham. Menurut ibu gadis liar itu nggak memenuhi syarat buat masuk ke keluarga Huo. Tingen memberitahu kalo dia punya nama. Namanya Wei Fenqing dan Tingen serius kali ini. 


Fenqing yang melihat Tingen terus-terusan memegangi perutnya langsung bangkit dan mendekat. Apa Tingen baik-baik saja? Tingen mengiyakan. Dis nggak papa. Ibu mengingatkan kalo keluarga Huo hanya menerima pernikahan yang sudah ditentukan sebelumnya. Ibu mengaku sudah sering melihat gadis seperti Fenqing yang terlalu percaya diri ingin menikah dengan anaknya. Ibu menasehati Fenqing agar jangan terlalu banyak berharap. 


Ibu Tianzhi mendekat dan membenarkan. Tiap panci punya tutup yang serasi. Habis itu ibu Tianzhi pergi. 


Tingen mau bilang sesuatu tapi dipotong sama Fenqing. Fenqing mengangkat kakinya dan meletakkannya di atas kursi sambil bilang kalo dia, Wei Fenqing daru pasar malam Taman Linkou, polos dan baik hati, glamor dan penuh kasih sayang. Nenek dan Tianzhi sampai kaget. Apalagi Tingen. Dia meminta Fenqing untuk menurunkan kakinya. 


Tiba-tiba Tingen jatuh dan pingsan. Nenek dan Tianzhi langsung mendekat. Nenek bahkan memarahi ibu karena memarahi Tingen. 


Ah Wei menunggu Fenqing di atap. Sudah lewat tengah malam tapi Fenqing belum juga pulang. 


Tingen di dorong sesampainya di rumah sakit. Fenqing terus-terusan memanggilnya. Tingen bisa melihat Fenqing tapi nggak bisa menjawab. Perutnya sakit banget. Tingen sampai di UGD dan keluarga nggak diperkenankan buat masuk. 


Ah Wei makin nggak tenang. Tiba-tiba Fenqing memanggilnya dari bawah. Fenqing lalu datang dengan membawa kue ulang tahun. Ternyata itu hanya halusinasi Ah Wei. Nyatanya Fenqing nggak ada dimanapun. 


Fenqing mengajak yang lain untuk berdoa. Seorang perawat datang dan meminta keluarga untuk mengisi formulir. Fenqing buru-buru mengambilnya dan mengatakan kalo dia tunangan pasien. Nenek tampak kagum atas tindakan Fenqing. 


Tingen sudah dipindah di kamar rawat. Ibu nampak sangat khawatir pada Tingen sementara Fenqing sibuk menata selimut Tingen. Tianzhi memberitahu nenek kalo kakaknya akan baik-baik saja. Dia hanya maag dan mengalami perdarahan ringan di lambungnya. Setelah diperiksa maka kakak boleh pulang besok. Nenek bersyukur Tingen baik-baik saja. 


Nenek meminta Fenqing untuk tetap di sana dan menjaga Tingen. Nenek lalu menhajak ibu untuk pulang. Ibu merasa nggak bisa meninggalkan Tingen bersama orang lain. Ibu mengatakan kalo ibu nggak akan bisa melakukan apa-apa. Palingan ibu cuman bisa nangis. Nenrk lalu keluar bersama Tianzhi. Tianzhi meminta nenek untuk nggak usah khawatir. Dia akan memgambil mobil. Setelah Tianzhi pergi nenek langsung mengambil ponselnya dan nelpon Xiaobin. 


Ah Wei masih menunggu Fenqing. Dia sangat gelisah ingat Fenqing gandengan dengan Tingen. 


Fenqing menata selimut Tingen lalu menatap wajah Tingen. 


Ruxi memakai produk kecantikan di kamarnya. Ia teringat pertemuan pertamanya dengan Tingen. 


Lalu saat pembukaan restoran. Tingen menyelamatkannya dari beberapa pria yang mendekatinya. 


Dan saat Ruxi tanpa sadar terus menggandeng tangan Tingen sampai dilihatin orang tapi ternyata Tingen adalah orang yang nggak peduli dengan omongan orang. 


Ruxi tersenyum ingat semua itu. Apalagi dia mendapat dukungan dari ibunya Tingen. Tapi tiba-tiba Tingen mengumumkan kalo dia sudah punya tunangan dan akan menikah. Ia menjadi sedih. Ia lalu mengirim pesan ke ibunya Tingen kalo dia akan mencoba lagi dan meminta bantuan. 


Hari sudah pagi tapi Fenqing masih tidur sambil menggenggam tangan Tingen. Tingen bangun dan melihat tangan Fenqing memggenggam tangannya. Dia memanggil Fenqing tapi Fenqingnya nggak mau bangun. Lah, Fenqing sampai ngiler. Tingen lalu mengetuk hidung Fenqing. Fenqing membuka matanya dan melihat Tingen sudah sadar. Tingen bahkan mengucapkan selamat pagi padanya. Fenqing duduk dan menanyakan kondisi perut Tingen. Tingen bilang nggak papa seolah nggak ada yang terjadi. Fenqing memberitahu kalo semalam tingen menakuti semua orang. Tingen tiba-tiba pingsan pas lagi ngomong. 


Tingen bertanya apa Fenqing yang membawanya kesana? Fnqing memberitahu kalo semua panik dan membawa Tingen ke rumah sakit. Tingen bertanya lagi, apa Fenqing nggak pulang sejak semalam? Fenqing mengiyakan. Kalo Fenqing terus disampingnya sepanjang malam artinya Fenqing nggak mandi? Fenqing bahkan masih pakai baju yang sama. Pantas saja tadi dia mencium bau... . 


Fenqing bangkit dan protes. Bukan dia. Gimana bisa Tingen bilang begitu padahal saat Tingen nggak sadar dia sama sekali nggak keluar nungguin Tingen. Dia bahkan harus berlari ke toilet saat akan buang air kecil biar nggak terlalu lama ninggalin Tingen. Tingen mengulangi, Fenqing mengkhawatirkannya? Oops! Fenqing merasa kalo dia salah ngomong barusan. 


Tingen lalu meminta Fenqing untuk mendekat. Dia akan menciumnya. Fenqing mengiyakan. Dia mendekat dan menyuruh Tingen untuk mencium...badannya. Xiaobin tiba-tiba datang melihat kemesraan mereka dan meledek kalo pagi-pagi mereka sudah melakukan hal buruk. 


Xiaobin mendekat dan memberikan beberapa dokumen yang harus Tingen sahkan. Tingen memunta stemprl pada Xiaobin tapi malah dikasih pisang. Ia lalu mengembalikan piaang itu ke Xiaobin yang ternyata adalah sarapannya. Fenqing mengingatkan kalo Tingen masih sakit tapi masih harus kerja. Tingen mengaku nggak punta pilihan lain. Itu hanya masalah rutin. Fenqing kembali bertanya kenapa Tingen langsung menyetempel dan nggak membacanya dulu? Sambil makan pisang Xiaobin memberitahu kalo itu nggak perlu. Tingen memberitahu Fenqing kalo semua dokumen itu sudah diperiksa oleh Tianzhi dan dia sangat mempercayai adiknya. 


Ibu, Tianzhi dan nenek tiba-tiba datang. Nenek memarahi Xiaobin yang membiarkan Tingen mrlihat semua dokumen perusahaan di saat dia sedang sakit. Tingen bilang nggak papa. Dia meminta nenrk agar nggak menyalahkan Xiaobin. Nenek mau memarahi Xiaobin lagi tapi Xiaobin buru-buru pamit dan pergi. 


Nenek menghampiri Tingen dan menanyakan keadaannya. Tingen bilang kalo dia merasa baikan. Nenek menarik Fenqing agar duduk di samping Tingen. Ibu memberitahu kalo perdarahan di lambung Tingen nggak parah. Dia sudah boleh pulang tapi harus banyak istirahan dan minum obatnya juga. Tingen mengiyakan. Dia sudah dewasa dan tahu gimana caranya merawat diri. Ibu meremehkan. Kalo Tingen bisa merawat diri dis nggak akan berakhir di rumah sakit. Nenek jadi punya ide. Dia menyuruh Fenqing untuk kerumahnya biar bisa merawat Tingen. Baik Tingen maupun Fenqing sama-sama terkejut dengar ide nenek. 

Bersambung...

Komentar:
Wah. Jadi ikut kaget lihat Tingen tiba-tiba jatuh. Puncak dari rasa sakitnya belakangan ini. Dan terharu lihat Fenqing dengan setia nungguin Tingen sampai sadar. 

Salam
Anysti18
Comments


EmoticonEmoticon