2/19/2019

SINOPSIS Legal High Episode 2 PART 3


Penulis Sinopsis: Lfa
All images credit and content copyright: jTBC
Supported by: OPPA SINOPSIS
Follow TABLOID SINOPSIS on: TWITTER

Seo Jae In dan seol Hee masih tertidur pulas di rumah Seo Jae In. Kemudian handphone Seo Jae In berdering.
Seol Hee : “Hei, seseorang menelponmu. Ada telpon tuh.”


Seol Hee : “Halo? Sekarang Seo Jae In lagi...”
Penelfon : “Hei, kau pemula yang gak tahu apa-apa. Ini aku, Go Tae Rim. Cepat kesini.”(Mematikan sambungan telfon)
Seol Hee : “Halo? Halo?”


Seo Jae In : “Hei, kau sedang apa di rumahku?”
Seol Hee : “Kau tidak ingat? Kau barusan dapat telepon. “
Seo Jae In : “Dari siapa?”
Seol Hee : “Aku tidak tahu dia memanggilmu pemula dan menyuruhmu segera ke tempatnya.”
Seo Jae In : "Pemula?" Siapa yang iseng telpon pagi-pagi begini...”


Seol Hee : “Kenapa? Ada apa?”


Sekretaris Gu : “Aku membuat beberapa perubahan kecil. Silahkan dibacar dan tanda tangani di bawahnya. Aku mencoba mengurangi durasinya dari 18 tahun, 3 bulan. Bisa dilihat di sana jadi 15 tahun dan 3 bulan, hanya berlaku ketika tidak ada insentif.
Go Tae Rim : “Astaga, 15 tahun tidak adanya bedanya dengan 18 tahun. Pada dasarnya, ini akan berakhir ketika napi bisa dibebaskan bersyarat. Aku sudah muak dengan itu.”
Sekretaras Gu : “Tentu saja, kalau kau menangani kasus individual dan menang, durasinya akan berkurang secara signifikan.”
Go Tae Rim : “Mungkin dia berbakat dengan kemampuan seperti itu dalam semalam.”
Seo Jae In : "Untuk keadaan yang tidak terduga, Atau jika kontraktor itu melanggar aturan perusahaan..."
Sekretaris Gu : “Ya, kami akan memperkenalkanmu kepada pemberi pinjaman pribadi... dan dapat pembayaran penuh. Kau bisa melunasinya.”
Go Tae Rim : “Jangan menandatanganinya kalau tidak mau. Kami tidak memaksamu menandatanganinya. Kau setuju, kan? Kau tidak akan pergi ke Maroko atau Sotheby.”
Sekretaris Gu : “Benar, aku tidak akan pergi. Kau tidak harus menandatanganinya kalau tidak mau. Tapi dari yang kutahu, batas waktu banding akan segera tiba.”
Seo Jae In : “Oke, aku punya syarat. Kalau kau gagal dapat pembebasan bersyarat, kontrak ini akan dibatalkan.”
Go Tae Rim : “Tentu saja. Aku berbeda dari mereka yang tidak kompeten... yang masih menagih pembayaran setelah kalah, bilang kalau mereka sudah melakukan yang terbaik.”


Sekretaris Gu : “Jasmu sudah disetrika.”


Seo Jae In : “Sekretaris Gu, apa ini telur dadar keju? Bagaimana rasanya bisa seperti ini? Enak sekali.”
Sekretaris Gu : “Saat aku tinggal di Swiss, Aku pernah jadi koki sebentar.”
Seo Jae In : “Aku tahu.”
Sekretaris Gu : “Silahkan duduk.”
 Seo Jae In : “Baik.”


Byung Tae : “Dia biasa mengundang karyawan ke tempatnya sesekali... untuk memasak bersama mereka dan makan malam tim.”
Seo Jae In : “Jadi, tidak aneh kalau sidik jarimu ditemukan di pisau. Kau bilang dipaksa untuk mengaku selama interogasi polisi. Kau bilang seorang detektif mengancammu. Kau juga bilang dia menendang kursimu, kan?”
Byung Tae : “Lebih tepatnya, dia menendang kaki kursi.”


Seo Jae In : “Kau dengar 'kan?
Go Tae Rim : “Astaga, siapa yang meludah ke lantai? Kotor sekali.
Seo Jea In : “Dia menjelaskan semuanya lagi karenamu. Tolong, cobalah fokus.”
Go Tae Rim : “Lalu, kau sedang apa saat kejadian?”
Byung Tae : “Tiba-tiba hujan turun, jadi aku berteduh di halte bus supaya tidak basah kuyup.”
Seo Jae In : “Dia punya alibi yang valid jika kita bisa membuktikannya. Tapi sayangnya, tidak ada saksi.“
Go Tae Rim : “Setelah bus berhenti berjalan. Kau terus duduk di halte bus sampai hujan berhenti?”
Seo Jae In : “Ada toko di dekatnya. Dia beli kopi sendiri...”


Go Tae Rim : “Aku bisa tanya padanya sendiri. Kau beli kopi sendiri. Jadi, si pemilik toko pasti melihatmu.”
Seo Jae In : “Pemilik toko tidak mengingatnya. Dan dia tidak punya kwitansi.”
Go Tae Rim : “Siapa namamu lagi? Benar, Kim Byung Tae. Nikmati waktumu di sini sementar. Kau tidak perlu tinggal di sini lebih lama.”


Seo Jae In : “Ini laporan kasus polisi, dan ini laporan forensik. Ini preseden serupa yang kukumpulkan.”
Go Tae Rim : “Apa ini?”
Seo Jae In : “Alasan untuk naik banding.”
Go Tae Rim : “Sia-sia. Sampah. Hanya akan membuat mataku membusuk. Ini dan itu juga. Kau punya kemampuan mengumpulkan sampah. Buang sekarang juga ketempat sampah.”
Seo Jae In : “Lalu apa yang harus kulakukan?”


Go Tae Rim : “Pertama, kumpulkan cerita yang menghangatkan hati yang sudah dilakukannya. Dia anak baik, atau tidak pernah menyisakan sebutir pun makanan. Kumpulkan apapun itu.”


Seo Jae In : “Pak Tua. Kalian ingat Byung Tae yang dulu tinggal di sini bersama ibunya, kan? (Menunjukkan foto Byung Tae waktu kecil) Ini dia.”
Nenek dan kakek : “Ya, kami mengingatnya.”
Seo Jae In : “Aku mengumpulkan kalian semua di sini untuk bertanya mengenai Byung Tae.”
Nenek : “Cucuku sangat manis. Setiap kali aku pulang kerja seharian, dia memijitku, dan pijitannya enak.”
Kakek : “Dia selalu menyapa kami dengan sopan.”
Nenek lain : “Astaga. Setiap musim liburan, dia membelikan kami sepatu dan pakaian...”


Go Tae Rim : “Kedua, kumpulkan keluhan mengenai petugas yang bertanggung jawab.”


Rambut blonde : “pas, kubilang! Sakit!”
Penyidik : “Hei! Bedebah. Beruntung kau kubiarkan hari ini. Jika aku menangkapmu lagi, kau akan jadi daging mati.”


Rambut blonde : “Wah, sungguh.”


Seo Jae In : “Permisi, bisakah sebentar...”
Rambut blonde : “Apa ini?”


Go Tae Rim : “Ketiga, kumpulkan semuanya dan libatkan media. Pengadilan sangat memperhatikan opini publik.”


Rambut blonde : “Detektif itu bertindak terlalu jauh. Dia menendang kursiku lalu mengatakan itu kesalahan. Kau tidak boleh melakukan itu lagi.Jika aku dipaksa terus menerus di tanyayang tidak kulakukan, aku mulai berpikir aku melakukannya.”


Go Tae Rim : “Keempat, libatkan organisasi HAM.”


Rambut blonde : “Kami berusaha menunjukkan bahwa Kim Byung Tae tidak bersalah. Seorang pria muda dijebak karena investigasi yang cacat. Silakan tanda tangani petisi kami.”
Seo Jae In : “Tolong bekerja sama untuk pemuda kita. Mohon bantuannya.”
Rambut blonde : “Kemari tanda tangani petisi. Terima kasih.”


Yoon Sang Koo : “Benar-benar bukan aku. Aku tidak melakukannya.”
Bang Dae Han : “Ketika aku Wakil Direktur Kejaksaan, Aku melihatsangat banyak orang bodoh sepertimu. Terlepas dari bukti yang jelas, mereka terus bersikeras tidak melakukannya. Mereka bahkan meneteskan air mata seperti kau sekarang.”
Yoon Sang Koo : “Maaf, tapi sungguh, semua yang kulakukan dipekerjakan nenek-nenek yang memprotes di luar gedung pengadilan untuk mengumpat Monster Mesum.”


Bang Dae Han : “Lalu apa ini? Apa ini?”
Yoon Sang Koo : “Ini gila. Aku tidak tahu siapa ini. Aku bersumpah atas nama jasad ibuku. Percayalah, Dae Han.”
Bang Dae Han : “Diam. Mulai sekarang, jangan berani-berani memikirkan atau memutuskannya sendiri. Bahkan menggerakan jari pun jangan, mengerti?”
Yoon Sang Koo : “Baik.”


Bang Dae Han : “Astaga. Jangan!”
Yoon Sang Koo : “Ya.”


Ju Kyung : “Sungguh bukan kau?”
Yoon Sang Koo : “Berapa kali harus kukatakan? Bukan aku, bukan aku, bukan aku, bukan aku, bukan aku.”
Ju Kyung : “Bagaimana jika seseorang menyalahkan kita? Apakah itu orang yang dendam atau pihak ketiga yang ingin mengganggu Monster Mesum sehinggga membuat kita terluka?”
Yoon Sang Koo : “Dendam? Padaku?”
Ju Kyung : “Bukankah sudah jelas? Kerusakan yang kita alami ini ada pada firma hukum kami dan kau.”
Yoon Sang Koo : “Aku tidak punya dendam. Aku bersumpah pada langit... Aku tidak melakukan hal seburuk itu.”
Ju Kyung : “Berarti bisa jadi firma hukum saingan. Mari selidiki lagi.”


“Kau'lah yang lebih mencurigakan. Kau pura-pura membelaku untuk menutupi sesuatu yang kau lakukan.” Gumam Yoon Sang Koo.


“Siapa kau?”


Seo Jae In : “Kudengar kau punya banyak mobil. Kenapa naik kereta bawah tanah?”
Go Tae Rim : ”Agar musuhku tidak bisa memprediksi pergerakanku. Aku lengah dan seseorang mengetahui jadwalku. Oh, trauma.”
Seo Jae In : “Apa seseorang menyakitimu?”
Go Tae Rim : “Serangan. Pembunuhan yang menyamarsebagai serangan tepatnya.”
Seo Jae In : “Tidak mungkin.”
Go Tae Rim : “Dia menendang dan meninjuku dan dengan pisau... Jangan mendekat.” 
Seo Jae In : “Jangan lakukan hal-hal yang membuat orang dendam.”
Go Tae Rim : “Maksudmu aku melakukan hal-hal yang akan membuat orang dendam?”
Seo Jae In : “Bukan itu maksudku.”
Go Tae Rim : “Kau belum belajar orang-orang terluka dan marah oleh peristiwa yang tidak selalu terkait oleh sebab akibat.”
Seo Jae In : “Apa?”


Go Tae Rim : “Bahkan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan dapat menderita tanpa alasan. Itulah hidup di dunia ini.”


Seo Jae In : “Aku ke sini berkali-kali. Pemiliknya tidak ingat dia.”
Go Tae Rim : “Foto.”
Seo Jae In : “Apa?”
Go Tae Rim : “Beri aku foto Byung Tae.”
Seo Jae In : “Oh ya.”


Go Tae Rim : “Halo.”
Pedagang : “Hai... Aku tidak tahu. Berapa kali harus kukatakan? (Foto Byung Tae) Kau pikir ini akan membuatku ingat?” 
Go Tae Rim : “Kau menyimpan catatan penjualan, kan?”
Pedagang : “Aku sudah memberi tahu wanita ini. Hujan deras malam itu. Aku tutup ketika ada orang yang ingin membeli kopi. Aku tidak ingat wajahnya.”


Go Tae Rim : “Dia duduk di sana dengan kopi ketika layanan bus sudah berakhir. Pasti mengganggumu.” 
Pedagang : “Aku menjadi pelupa akhir-akhir ini.”
Go Tae Rim : “Tuan Park Hyo Sung.”
Pedagang : “Bagaimana kau tahu namaku?”


Go Tae Rim : “Otak manusia adalah organ yang menarik. Bahkan jika kau pikir kau lupa, ingatan berakar jauh di dalam alam bawah sadarmu. Kau hanya perlu sesuatu untuk memunculkannya ke permukaan.”
Pedagang : “Walaupun demikian...”
Go Tae Rim : “Media mengaitkan cerita ini. Kau tahu ketertarikan publik, kan?”
Pedagang : “Aku tahu itu.”
Go Tae Rim : “Duduklah sebentar.” 


Go Tae Rim : “Pernyataanmu bisa menyelamatkan pemuda yang tidak bersalah dari kehancuran. Kaulah satu-satunya di dunia ini yang memiliki kekuatan untuk melakukannya. Menyelamatkan orang lain seperti menyelamatkan diri sendiri juga. Istri dan anak perempuanmu mungkin akan melihat persidangan. Tak ada yang tahu.”
Seo Jae In : “Tuan Park.”
Go Tae Rim : “Sadarlah dan ucapkan kebenaran. Melihat kau mengungkapkan para jaksa dan polisi yang korup. Apa yang dipikirkan istri dan anakmu tentang hal itu?”


Seo Jae In : “Apa yang kau lakukan?”
Go Tae Rim : “Aku hanya membantunya membuka Pintu Memori. Apa yang kulakukan salah?”


Go Tae Rim : “Bagaimana? Apa Pintu Memori terbuka? Kau ingat sesuatu?”
Pedagang : “Yah, kenyataannya aku bilang kepada polisi bahwa aku melihat seseorang berpakaian serupa dengannya.”
Seo Jae In : “Apa?”
Go Tae Rim : “Apa polisi mengatakan hal seperti ini? "Kau keliru." 
Pedagang menganggukkan kepalanya.
Go Tae Rim : “Sudah selesai.”

Comments


EmoticonEmoticon